Antara Patroli, Penyadartahuan, dan Durian

oleh -25 kali dilihat
Antara Patroli, Penyadartahuan, dan Durian
Antara Patroli, Penyadartahuan, dan Durian-foto/Ist
Ramli

Klikhijau.com – Bulan Februari 2024, hujan masih sering turun dengan lembut, menyiram tanah. Sementara matahari kadang-kadang muncul, menghangatkan bumi yang masih dingin setelah diselimuti rinai. Di tengah suasana seperti itu, alam memperlihatkan kehidupannya yang terus berlangsung.

Rumput-rumput yang tumbuh terlihat segar, sementara tanaman padi terus berkembang, menunjukkan tanda-tanda bulirnya akan segera muncul. Pada penghujung Februari ini saat saya kembali bersua dengan alam setelah sekian lama merindukannya.

Saya bersama kolega Resor Camba, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, melakukan patroli rutin bersama Masyarakat Mitra Polhut. Mereka adalah sahabat kami menjaga keamanan kawasan hutan dari tangan-tangan jahil. Masyarakat mitra polhut ini adalah warga yang berada di sekitar hutan. Pada waktu tertentu, kami mengajak mereka turut berperan menjaga hutan dengan berpatroli.

Patroli seperti ini merupakan bagian dari tugas rutin kami sebagai penjaga hutan di tingkat tapak. Merawatnya untuk memastikan bahwa paru-paru bumi yang tersisa tetap aman bagi generasi yang akan datang.

KLIK INI:  Draft RUU Sumber Daya Air yang Baru Disetujui DPR

Kami berkoordinasi dengan pemerintah setempat terlebih dahulu sebelum memulai perjalanan menyusuri jalan setapak di tengah rimba. Bersinergi dengan pemerintah setempat menjaga kawasan konservasi ini. Hari itu kami bersua dengan Kepala Desa Rompegading bersama jajarannya.

Rute patroli kali ini sebagian besar berbalut cor semen, tetapi beberapa meter lainnya masih tergenang lumpur saat hujan tiba.

Kami menyecek di peta, ternyata jalan beton ini sudah berada di kawasan taman nasional. Jalan tersebut telah sesuai dengan peruntukannya karena berada di zona khusus. Menjadi sarana pendukung warga di sekitar hutan.

Sesampainya di lokasi, kami memarkir kendaraan di bawah pohon yang rindang.  Sejurus kemudian menyusuri jalan setapak menuju target lokasi patroli. Tidak lama kemudian, kami tiba di salah satu gubuk sederhana milik penduduk setempat.  Pemiliknya Bernama: Pak Adnan, warga Rompegading yang mendiami gubuk bersama bersama istrinya.

KLIK INI:  Wiratno: Konservasi Alam Bukan Sekadar Pekerjaan, Tapi Jalan Hidup

Tempat tinggal Pak Adnan begitu asri. Pohon pinus menjulang seolah memagari. Konon pohon tusam ini hasil reboisasi pulahan tahun silam. Hal ini pertanda bahwa proyek penanaman itu berhasil.

Terdapat kolam kecil di depan rumahnya, menjadi kubangan itik-itik peliharaan Pak Adnan. Tak hanya itik, bapak berkulit sao matang ini juga memelihara dua ekor bebek angsa. Angsa yang selalu bersuara keras saat seseorang berada di kompleks rumah. Menjadi penjaga rumah yang disegani. Tak hanya itu, seekor anjing jantan juga menemani pasangan suami istri itu menjaga kebun dan rumahnya.

Papan nama kebun stroberi menarik perhatian saya. Saya pun bertanya kepada Pak Adnan tentang keberadaan kebun stroberi itu. Ia dengan bangga menjelaskan keberadaan kebun stroberi itu. “Kebun stoberi ini tidak luas, hanya tiga baris di samping rumah,” pungkasnya.

Pak Adnan dan istri adalah sosok pekerja keras. Sekali waktu pernah merantau ke negeri jiran, Malaysia, untuk mencari sumber penghidupan. Hanya beberapa tahun di negeri orang, keduanya kemudian kembali ke kampung halaman. Ciptakan kehidupan baru dengan sedikit pendapatan dan pengalaman merantau.

KLIK INI:  Paradoks Politik Hijau

Secara otodidak, Pak Adnan mulai mengembangkan budidaya tanaman stroberi. Meskipun usahanya tidak selalu mulus dan banyak menghadapi rintangan, namun baginya hasilnya cukup memuaskan. Keduanya pernah membudidayakan stroberi hingga 10.000 pohon, hasil panen mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Setelah mengobrol cukup lama, saya meminta izin untuk melihat kebun stroberi miliknya. Beruntung, saat itu masih ada buahnya. Saya pun merasa senang bisa memetik dan menikmati stroberi langsung dari pohonnya. Sensasi asam manis dan segar stroberi, begitu memikat lidah kami.

Sebelum meninggalkan kebun pasangan suami istri ini, kami melakukan sosialisasi dan penyadartahuan kepada Pak Adnan tentang pentingnya menjaga kawasan hutan sebagai paru-paru bumi dan penyedia air. Kami juga menjelaskan larangan melakukan penebangan liar dan aktivitas merusak hutan.

KLIK INI:  Aksi Teatrikal Buang Sampah di Balai Kota Tasikmalaya, Inikah Puncak Kemarahan?

Perjalanan kami terus berlanjut menuju Kampung Galung-Galung di zona khusus taman nasional. Warga setempat menyambut kami dengan ramah. Dengan suka rela mempersilahkan kami untuk beristirahat sejenak di teras mereka.

Patroli kali ini membawa kami menembus perbatasan dua desa, dua kabupaten, dan dua resor. Desa Rompegading, Camba, Maros, adalah wilayah kerja Resor Camba, sementara Desa Tompobulu, Balocci, Pangkep, berada di bawah pengawasan Resor Balocci. Akses antara kedua desa ini masih menggunakan jalan pengerasan, setidaknya memudah kendaraan roda dua warga lalu lalang.

Sungai menjadi batas alam antara dua desa. Warga pun dengan mudah mengenali batas ini. Jalan yang kami lalui merupakan jalur penghubung antara dua desa. Dahulu, wilayah ini adalah zona inti dan zona rimba, namun berdasarkan kajian kemudian diturunkan statusnya menjadi zona khusus. Memberikan akses yang lebih mudah bagi masyarakat setempat.

Saat melintasi Kampung Galung-Galung, saya mengamati kehidupan sehari-hari warga setempat. Nampak sebagian besar mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian. Warga terlihat sibuk bekerja di sawah, bercocok tanam palawija, dan merawat kebun kopi milik mereka.

KLIK INI:  Demmatande, Pejuang Pemberani dari Kampung Paladan Mamasa

Ketika hendak pulang, kami melihat buah durian yang menggelantungan. Salah satu kawan berani diri bertanya kepada pemilik kebun. “Apakah ada durian yang sudah matang?” Paisal dengan spontan melayangkan tanya.

Dengan senang hati pemilik kebun pun mengunduhkan beberapa durian yang matang. Kami pun bersantap ria dengan hati yang berbunga. Memproleh durian gratis dari warga pinggir hutan. Saya pun dengan lahap menikmatinya.

Perjalanan patroli kali ini memberi banyak makna. Tak hanya memantau keamanan hutan, tetapi juga memberikan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat. Memahami lebih dalam kehidupan mereka. Melalui sosialisasi dan penyadartahuan, kami berharap dapat memberi pemahaman dan kesadaran akan pentingnya menjaga alam bagi keberlangsungan hidup bersama.

KLIK INI:  Kawasan Konservasi Semakin Memikat untuk Dikunjungi