Upaya Selamatkan Terumbu Karang Maluku Utara

oleh -81 kali dilihat
Terumbu karang
Terumbu karang/foto-ppid.menlhk.go.id
Dr Abdul Motalib Angkotasan

Klikhijau.com – Provinsi Maluku Utara adalah provinsi kepulauan yang secara geografis terletak di bibir Samudra Pasifik. Memiliki 395 pulau yang eksostis didalamnya terhampar ekosistem pesisir dan laut yang kaya akan keanekaragaman hayati.

Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu diantara ekosistem utama pesisir dan laut yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Berperan sebagai penyedia kebutuhan protein bagi manusia yang bersumber dari kekayaan biota laut. Sebut saja ikan karang, ikan pelagis, cumi, lobster, teripang dan lain-lain.

Akan tetapi dewasa ini, ekosistem terumbu karang belum dianggap sebagai sesuatu potensi sumberdaya daerah yang bernilai ekonomis tinggi dan punya manfaat lebih.

Dengan demikian dalam proses pengambil kebijakan di daerah ini, belum menjadikan ekosistem terumbu karang sebagai potensi unggulan daerah yang perlu diurus dan dikelola buat meningkatkan pendapatan asli daerah.

Padahal, potensi ini dapat menghasilkan banyak manfaat secara ekonomi bagi masyarakat dan daerah jika mau diurus dengan baik.

Alih-alih diurus, ekosistem ini cenderung diabaikan dalam pengambilan kebijakan pembangunan. Sebut saja Pembangunan reklamasi pantai yang merusak ekosistem terumbu karang, kebijakan investasi pertambangan juga punya daya rusak sangat dahsyat terhadap kehidupan terumbu karang.

KLIK INI:  9 Hal Istimewa di Pulau Jinato yang Membuatmu Kangen Datang Lagi

Herannya, semua itu diabaikan atas nama mengejar pertumbuhan ekonomi. Padahal, dalam wacana pembanguna berkelanjutan (sustainability development) pemerintah selalu menggaungkan perlindungan sumberdaya, pelestarian ekosistem pesisir dan  laut. Sayangnya semua itu hanyalah konsep semata dan meninggalkan kehancuran ekosistem, suatu yang jauh panggang dari api.

Jika dicek berdasarkan data lapangan, faktor-faktor yang merusak ekosistem terumbu karang di perairan Maluku Utara diantaranya kegiatan penangkapan ikan dengan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan atau destruktif, misalnya menggunakan bom dan Potassium Sianida.

Pembangunan reklamasi pantai, pengembangan kawasan pertambangan di area pesisir yang mensuplai material dari daratan ke perairan dan membunuh hewan karang sebagai kontributor utama pembangun ekosistem terumbu karang.

Eksploitasi material tambang di darat, yang ketika terjadi hujan material ini akan dibawah ke perairan sehingga terjadi kekeruhan. Fenomena kekeruahan dapat dilihat ketika terjadi hujan perairan pesisir berubah warnah menjadi kecoklatan dan kekuningan. Jika ini terjadi, terumbu karang akan mati.

Kematian terumbu karang menyisahkan dampak yang buruk dan merusak sistem rantai makanan dan sistem kehidupan biota laut yang sangat panjang. Terumbu karang itu rumah bagi ikan berteduh, tempat biota laut  mencari makan dan tumbuh besar serta bertelur.

Artinya, jika terumbu karang rusak maka semuai sistem hidup dari biota laut di ekosistem ini terganggu dan bahkan bisa mati jika tidak mampu beradaptasi atau migrasi. Jikalau hal tersebut terjadi maka nelayan akan sulit mendapatkan ikan dan dimasa depan kita akan sulit mendapatkan ikan karang segar di pasar.

KLIK INI:  Tentang Labolontio dan Serang

Problematika ini tidak boleh dianggap remeh, karena akan menghancurkn ekosistem terumbu karang di masa depan. Butuh urung tangan semua pihak, terutama Gubernur, para Bupati dan Walikota yang punya kuasa untuk ambil bagian dalam menyelamtkan ekosistem terumbu karang Maluku Utara di Masa Depan. Pertanyaannya, apa yang harus dilakukan?. Bagaiaman merumsukan peta jalan Selamatkan Terumbu Karang Maluku Utara?

Beberapa langkah strategis dapat dilakukan oleh para penguasa daerah ini untuk menyelamatkan ekosistem terumbu karang Maluku Utara sebagai berikut: Pertama, memperketat proses evaluasi dampak lingkungan yang berpotensi merusak eksositem terumbu karang. Kedua, melakukan kajian komperhensip tentang potensi dan  permasalahan ekosistem terumbu karang. Ketiga, merumuskan peta jalan restorasi dan rehabilitasi ekosistem terumbu karang. Keempat, Menyusun tata Kelola ekosistem terumbu karang untuk menopang pertumbuhan ekonomi daerah dan keberlanjutn ekosistem pesisir dan laut.

Memperketat evaluasi dampak lingkungan terhadap terumbu karang

Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) merupakan instrumen penting bagi pemerintah dalam memproteksi dan memproyeksi dampak lingkungan dari seluruh kebijakan pembangunan. Hal ini perlu dievaluasi, pasalnya proses pemberian izin lingkungan yang merupakan produk akhir dari dokumen AMDAL terkadang masuk angin karena kepentingan Pembangunan disatu sisi, dan disis lain tekanan kepentingan korporasi yang kuat.

Hal lain yang perlu diperketat dalam evaluasi AMDAL dimana dokumen izin yang diterbitkan mengikat setiap institusi dan korporasi untuk wajib melaporkan secara berkala setiap semester kondisi lingkungan sebagai tindak lanjut dari dokumen AMDAL dan izin lingkungan yang telah dikeluarkarn.

Oleh karena itu para akademisi, LSM, pegiat lingkungan dan Masyarakat sipil di Maluku Utara harus hadir membantu pemerintah mengevaluasi tata kelola lingkungan di Maluk Utara, terutama di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang rawan terdampak.

KLIK INI:  Ikut Perundingan OECPR, Ini Rancangan Resolusi Indonesia bagi Pelestarian Lingkungan

Caranya dengan memberanikan diri mengkritisi setiap kesalahan yang di akibatkan oleh kebijakan pembangunan, menjadi sitizen jurnalisme melalui media sosial. Jika ada aktivitas korporasi atau institusi yang memberikan dampak terhadap kerusakan ekosistem pesisir dan laut segerah direkam dalam bentuk video pendek dan diviralkan melalui media sosial.

Hal lain yang juga perlu menjadi evaluasi bersama seluruh Masyarakat Maluku Utara adalah aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat dan berdampak terhadap kehidupan terumbu karang. Misalnya membuang sampah di laut, diselokan kali mati atau disungai.

Tindakan ini turut merusak ekosistem terumbu karang, karena jika sampah plastik masuk ke peraian dan tenggelam ke area terumbu karang akan menutupi hewan karang dan menyebabkan karang mati. Ada juga aktivitas berwisata di kawasan  terumbu karang yang memicu kematian karang adalah tindak menginjak karang saat berenang di lokasi wisata.

Limbah rumah tangga, limbah pertanian yang dialirkan ke laut dan limbah kapal yang dibuang begitu saja ke laut akan mematikan karang. Untuk itu, butuh peran serta semua pihak terutama pemerintah sebagai pemantik gerakan bersama menyelamatkan masa depan terumbu karang  Maluku Utara.

KLIK INI:  Kisah Para Pemburu Buah Dao di Pesisir Sungai

Kajian potensi dan permasalahan

Disain kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di seluruh Maluku Utara terkesan tidak berbasis data dan informasi riset. Untuk itu butuh kajian komperhensip tentang potensi dan problematika ekosistem terumbu karang Maluku Utara.

Data riset ini penting untuk menjadi rujukan dalam merumuskan peta jalan  pengelolaan ekosistem terumbu karang. Pasalnya, ekosistem ini bisa menambah pundi-pundi pendapatan daerah jika dikelola sebagai potensi ekowisata bahari dan lain-lain. Proses pengembangan ekowisata bahari dapat dilakuakn melalui serangkaian atraksi wisata bawah air yang mendatangkan para penyelam dari dalam dan luar negeri.

Tercatat beberapa atraksi wisata di ekosistem terumbu karang yang dapat dikelola dengan serius sebagai iven wisata daerah, nasional dan internasional yakni menyelam sambil memberi makan ikan Hiu di Morotai, menikmati terumbu karang di laut dalam pada spot perairan Jikomalamo Ternate.

Bagi pecinta wisata snorkling atau berenang di permukaan perairan dangkal sambil menikmat indahnya ekosistem terumbu karang dapat dilakukan dibanyak sekalai tempat di Maluku Utara, sebut saja di Pulau  Maitara, di Sulamadaha, di Pulau Guraici, di Pulau Dodola Morotai, di Kepulauan Widi  dan lain-lain.

Seiring dengan pengembangan potensi ekowisata terumbu karang, kita juga diperhadapkan pada problematika kerusakan ekosistem terumbu karang yang tidak kalah pentingnya untuk di tangani secara serius.

Berdasarkan hasil observasi lapangan ditemukan adanya kerusakan terumbu karang di Kepulauan Ternate, Maitara, Tidore dan Hiri (TERMADOREH) akibat aktivitas penangkapan ikan dengan bom dan Potassium Sianida dimas lalu. Tumpukan sampah plastik di perairan Ternate Tengah dan Ternate Selatan yang butuh penanganan serius.

Reklamasi yang merusak ekosistem terumbu karang Maluku Utara. Untuk itu butuh suatu kebijakan restorasi dan rehabilitasi ekosistem terumbu karang secara berkelanjutan, agar anak cucu di masa depan masih dapat merasakan dan menikmati indahnya ekosistem terumbu karang.

KLIK INI:  Merancang Transisi Teratur Dunia Nol Bersih 2050

Peta jalan restorasi dan rehabilitasi

Restorasi adalah proses memperbaiki agar suatu ekosistem dapat pulih dan kembali seperti semula, sedangkan rehabilitasi adalah memperbaiki kondisi ekosistem yang sedang atau telah rusak. Dua konsep ini merupakan proses pelestarian sumberdaya yang baik dan telah menjadi konsepsi internasional dalam memulihkan sumberdaya alam termasuk terumbu karang. Proses perbaikan ini dapat dilakukan dengan merumuskan suatu peta jalan (road map) restorasi dan rehabilitasi.

Ini dapat diawali dengan membuat pemetaan distribsui potensi ekosistem terumbu karang di Maluku Utara. Atas dasar pemetaan tersebut dapat terklasifikasi kawasan yang perlu di restorasi dan di rehabilitasi. Indikator utamanya adalah identifikasi jensi karang yang potensial menjadi bibit karang dalam proses pemulihan nanti.

Selain itu pendalaman terkait faktor lingkungan perairan dalam hal ini kualitas perairan menjadi hal penting yang harus diketahui. Langkah selanjutnya menentukan metode restorasi dan rehabilitasi yang tepat. Mislanya melalui transplantasi karang (coral transflantation), karang buatan (artificial reef) atau berkebun karang (coral garden). Jika ini semua sudah dilakukan, butuh eksekusi kebijakan berkelanjutan dan konsistensi untuk merawat dan memulihkan ekosistem terumbu karang Maluku Utara.

Tata Kelola ekosistem terumbu karang Maluku Utara

Pengelolaan ekosistem terumbu karang sebagai salah satu potensi primadona di perairan Maluku Utara dapat dilakukan dengan pengembangan kawasan konservasi berbasis kearifan lokal. Menentukan kawasan atraksi wisata bawah air untuk pengembangan ekowisata dan edukasi. Membangun kesadaran kolektif masyarakat untuk menjaga kelestarian sumberdaya terumbu karang dengan tidak melakuakn aktivitas yang berdampak pada kerusakan sumberdaya terumbu karang.

Harapannya jika empat langkah atau pendekatan ini dilakukan, dapat diyakini bahwa ekosistem terumbu karang Maluku Utara akan lestari, dan kedepan dapat dijadikan laboratorium alami keanekaragaman karang dunia. Pasalnya perairan ini merupakan kawasan dengan tingkat keanekaragaman karang tertinggi ke tiga di kawasan segitiga terumbu karang. Semoga!

KLIK INI:  Revolusi dari Dapur, Praksis Ekologi Kaum Muda