Mengenal Lebih Jauh Bekantan: Keunikan, Ancaman, hingga Upaya Perlindungan

oleh -34 kali dilihat
Mengenal Lebih Jauh Bekantan: Keunikan, Ancaman, hingga Upaya Perlindungan
Bekantan - (Foto bekantan di Kalimantan Timur, dokumentasi YPUI)
Fiahsani Taqwim

Klikhijau.com – Seekor Bekantan jantan dewasa ditemukan hidup sendirian di area hutan mangrove Desa Pondong Baru, Kecamatan Kuaro, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Menurut penjelasan dari Dr. Triatmoko, seorang peneliti primata dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bekantan tidak biasa hidup sendirian. Mereka cenderung hidup berkelompok, antara sepuluh sampai dua puluh individu. Namun, Bekantan jantan di Pondong Baru yang ditemuinya pada awal Februari 2024 silam memilih untuk menjalani sisa hidupnya dengan soliter.

Kesendirian Bekantan itu bukan tanpa sebab. Dr. Tri melanjutkan penjelasannya tentang muasal kisah si Bekantan jantan yang kesepian itu. Sebelum si jantan yang malang itu memutuskan untuk hidup menyendiri, dahalu dia adalah seekor Bekantan pemimpin dalam koloninya.

Hal itu terbukti dari beberapa ciri yang melekat padanya, yaitu ukuran tubuh dan hidungnya yang relatif besar, serta jenis kelaminnya. Hingga suatu ketika muncul Bekantan jantan dewasa lainnya yang ingin merebut posisinya. Keduanya kemudian bertarung untuk menunjukkan siapa yang paling layak menjadi ketua kelompok.

Sayangnya, si Bekantan jantan yang ditemukan di Pondong Baru itu harus menerima kekalahannya, sehingga dia harus keluar dari koloninya dan menempuh jalan hidup terasing sampai mati.

Peneliti lulusan S3 Program Studi Primatologi IPB tersebut menyampaikan bahwa hal seperti itu beberapa kali terjadi. Bekantan yang kalah bertarung pasti siap menerima risiko untuk meninggalkan kelompoknya dan hidup menyendiri sampai akhir hayat.

KLIK INI:  Ekosistem Mangrove, Ciri, Fungsi, serta Organisme yang Mendiaminya

Keunikan lain bekantan, sebagai spesies payung

Pada presentasi pemaparan hasil riset terkait identifikasi populasi Bekantan di beberapa area hutan mangrove di Kalimantan Timur, tanggal 29 Februari 2024 silam, Dr. Tri mengemukakan bahwa Bekantan termasuk spesies dengan home range yang luas. Dari hasil pengamatan pada Januari-Februari 2024 lalu di hutan mangrove Desa Muara Badak Ulu dan Desa Tanjung Limau, Kabupaten Kutai Kartanegara, diketahui bahwa luasan wilayah habitat bekantan bisa sampai 2 kilometer.

Temuan serupa juga didapatkan di area lain, yaitu di Desa Babulu Laut, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Desa Pondong Baru, Kabupaten Paser.

Luasnya area habitat spesies tersebut membuatnya memainkan peran sebagai spesies payung atau umbrella species dalam ekosistem. Artinya, apabila ada program rehabilitasi di area hidup bekantan, maka impak positifnya akan dirasakan pula oleh banyak spesies lain di sekitarnya.

Pada penelitian yang merupakan hasil kolaborasinya dengan Yayasan Planet Urgensi Indonesia (YPUI) ini, Dr. Tri menemukan bahwa terdapat beberapa spesies primata lain seperti lutung grey, monyet ekor panjang, bahkan orangutan yang tinggal dalam satu habitat dengan bekantan. Tidak hanya itu, ditemukan pula berbagai jenis spesies burung, di antaranya bangau putih, bangau tong-tong, dan kingfisher dalam hutan area tinggal bekantan.

KLIK INI:  7 Fakta Perihal Kucing Kesayangan yang Perlu Dimengerti

Ancaman kelangsungan hidup bekantan di Kalimantan Timur

Dr. Tri menyampaikan bahwa hutan mangrove adalah habitat yang paling disukai Bekantan. Sebab, primata berhidung besar itu gemar sekali memakan daun mangrove muda, terutama mangrove yang berjenis Soneratia alba dan Soneratia caseolaris. Sayangnya, sebagian besar hutan mangrove di Kalimantan Timur mulai rusak. Penyebab kerusakan yang paling tinggi disebabkan oleh alih fungsi hutan mangrove menjadi lahan tambak.

“Tekanan habitat Bekantan paling banyak disebabkan oleh ulah manusia, yaitu alih lahan hutan menjadi tambak,” terangnya.

Degradasi hutan mangrove di Kalimantan Timur juga terkonfirmasi dari data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2021 yang menyebutkan bahwa lebih dari 25.000 hektar potensi hutan mangrove di Kalimantan Timur merupakan area tambak (sumber: researchgate). Area tersebut dulunya merupakan hutan mangrove yang kemudian dialihfungsikan.

Ancaman lain bagi Bekantan yang teridentifikasi yaitu kebakaran hutan. Peneliti BRIN itu menyampaikan bahwa ditemukan tanda-tanda adanya kebakaran hutan di area Pondong Baru, Kabupaten Paser yang dapat menganggu kelangsungan hidup para bekantan di sana. Kebakaran yang terjadi diprediksi adalah sebab ulah manusia dan sangat kecil kemungkinannya akibat pengaruh cuaca atau perubahan iklim.

(Foto bekantan di Kalimantan Timur, dokumentasi: Muhammad Al Fatih)
(Foto bekantan di Kalimantan Timur, dokumentasi: Muhammad Al Fatih)

Para Bekantan yang hidup di Desa Tanjung Limau, Kecamatan Muara Badak, Kutai Kabupaten Kartanegara juga tidak lepas dari gangguan. Area mangrove habitat mereka yang dibelah oleh jalur lintas Muara Badak-Bontang membuat para bekantan ini terancam menjadi korban tabrak kendaraan yang lalu lalang. Salah seorang warga Tanjung Limau, Sopian Hadi bercerita bahwa beberapa kali ada kejadian induk atau anak Bekantan yang tertabrak kendaraan saat mereka hendak berpindah pohon ke jalur seberang.

“Sering juga ada bekantan yang ketabrak mobil atau motor saat nyebrang. Mereka (para bekantan) itu kan suka pindah-pindah pohon untuk tidur, bermain, atau cari makan,” jelas lelaki tersebut.

Selain ancaman yang bersifat antroposentris, bahaya lain yang mengintai para Bekantan juga berasal dari predator muara. Sebut saja buaya muara yang habitatnya berdampingan dengan Bekantan. Buaya punya potensi besar untuk memangsa Bekantan yang kebetulan sedang mencari makan atau beristirahat di atas pohon mangrove di area riparian atau pesisir. Di samping buaya, burung elang juga disinyalir akan menganggu kehidupan Bekantan. Anak Bekantan yang berada dalam pelukan induknya yang sedang lengah dapat dengan mudah dimangsa oleh burung elang dari udara.

KLIK INI:  Belum-Temenggor, Rumah Berbagai Macam Flora dan Fauna Langka

Upaya perlindungan Bekantan

Perlindungan Bekantan berarti perlindungan terhadap habitatnya. Demikian kata Dr. Triatmoko saat dia diminta untuk memberikan rekomendasi terkait upaya pelestarian satwa endemik Borneo tersebut. Menurut Dr. Tri, agenda konservasi bekantan melalui rehabilitasi hutan mangrove adalah salah satu alternatif yang paling direkomendasikan.

Dalam konteks rehabilitasi hutan, sosialiasasi kepada masyarakat sekitar akan pentingnya menjaga habitat Bekantan juga amat diperlukan. Dr. Tri menyampaikan bahwa perlu upaya untuk mendorong para pengelola tambak di kawasan habitat bekantan agar mereka bersedia menanam mangrove di dalam empang mereka. Adanya mangrove dalam empang/tambak dapat menambah area habitat bekantan.

“Perlu mengedukasi masyarakat terkait aquaculture atau penanaman mangrove di area tambak, supaya Bekantan tetap bisa hidup meski tidak di kawasan hutan mangrove,” terangnya.

Terkait upaya-upaya perlindungan Bekantan, Yayasan Planet Urgensi Indonesia adalah salah satu lembaga nonprofit yang telah memulai iniasi rehabilitasi hutan mangrove demi mempertahankan keanekaragaman hayati di dalamnya, termasuk Bekantan. Direktur yayasan tersebut, Reonaldus menyampaikan bahwa dia bersama timnya dan para mitra terus berupaya untuk melakukan penanaman mangrove yang salah satu tujuannya adalah demi kelestarian bekantan.

“Mangrove itu rumah Bekantan. Saat ini, mangrove di Kaltim mengalamai degradasi hebat karena alih fungsi lahan. Kami berusaha memperbaiki rumah itu dengan melakukan penanaman agar luasnya semakin bertambah dan kualitasnya semakin membaik,” terangnya.

Tidak hanya itu, Yayasan Planet Urgensi Indonesia juga beberapa kali melakukan riset terkait kesesuaian lahan dan pemetaan potensi keanekaragaman hayati yang habitatnya di kawasan mangrove, salah satunya adalah riset yang menggandeng Dr. Triatmoko sebagai peneliti utama. Hasil riset itu kelak akan dipakai untuk menentukan strategi program rehabilitasi mangrove ke depan yang akan disesuaikan dengan prioritas kebutuhan perlindungan keanekaragaman hayati di dalamnya.

KLIK INI:  Otentik, 6 Tanaman Ini Berhubungan Erat dengan Budaya Toraja