Papilio gigon, Kupu-kupu Endemik Sulawesi yang Gesit

oleh -41 kali dilihat
Papilio gigon, Kupu-kupu Endemik Sulawesi yang Gesit
Papilio gigon, kupukupu yang menyukai permukaan basah untuk memperoleh garam mineral - Foto: Taufik Ismail
Taufiq Ismail

Klikhijau.com – Sulawesi adalah surga satwa endemik. Termasuk kupu-kupu, wilayah ini kaya akan spesies yang sebarannya terbatas. Pada puncak peringatan hari kelahiran Alfred Russel Wallace ke-200 tahun yang dibingkai melalui sebuah symposium oleh Universitas Hasanuddin, Peggie Djuninanti, Peneliti Kupu-kupu Badan Riset dan Inovasi Nasional, menjadi salah satu narasumber. “Pulau Sulawesi adalah wilayah yang paling kaya akan keberagaman kupu-kupu. Termasuk spesies endemik, Sulawesi adalah wilayah terkaya di Indonesia. Mengingat Papua masih harus berbagi wilayah dengan negara tetangga, Papua Nugini,” terang Peggie, sapaan akrabnya.

Saya ingin mengenalkan salah satu kupu-kupu endemik Sulawesi: Papilio gigon. Kupu-kupu yang kadang kehadirannya tak dianggap. Perawakannya memang tak semanis dan seindah, Graphium androcles yang memiliki ekor yang menjuntai panjang laksana ular-ularan. Ataupun secerah Papilio blumei yang memiliki warna hijau atau malah biru toska yang selalu membuat pengagumnya klepek-klepek.

Sebelum lebih jauh, mari kita intip ciri-ciri kupu-kupu bersayap lebar ini. Bentang sayap Papilio gigon mencapai 13 cm (Handayani et al., 2018). Memiliki sayap berwarna hitam dengan corak kuning kehijauan membentuk garis melintang lurus dari sayap atas ke sayap bawah. Bagian bawah sayap sedikit berbeda dengan motif seperti batik. Pada bagian sayap belakang terdapat perpanjangan sayap yang menyerupai ekor. Meski tak begitu panjang.

Kupu-kupu bersayap hitam ini memiliki daya terbang yang tinggi. Meski berukuran cukup besar, namun begitu lincah. Selama mengamati kupu-kupu ini, terkadang saya merasa, kupu-kupu ini jarang hinggap, lebih sering terbang. Jika pun hinggap hanya untuk mengisap nektar ataupun asyik mengisap mineral pada permukaan basah. Selebihnya terbang berkelana.

Papilio gigon, Kupu-kupu Endemik Sulawesi yang Gesit
Papilio gigon sedang menghisap bunga pagoda di TN Bantimurung Bulusaraung – Foto: Taufiq Ismail

Tak hanya lihai terbang di tempat terbuka, pada wilayah berhutan dengan tegakan pohon yang rapat pun, kupu-kupu terbang dengan gesit. Karenanya cukup sulit mengabadikannya dengan kamera saat mengudara. Harus cukup sabar menantinya hinggap. Menantinya hinggap pada tumbuhan berbunga kesukaannya.

KLIK INI:  Tiga Jenis Biawak Ini Hanya Bisa Ditemukan di Raja Ampat

Kehadiran gigon di alam tak dapat dipandang sebelah mata. Hadir tak tak hanya dalam hitungan bulan namun muncul sepanjang tahun. Hal itu berarti memberi faedah sepanjang tahun. Apa faedah kupu-kupu bagi lingkungan sekitar? Yuk kita kupas sedikit demi sedikit.

Pertama, menjadi agen penyerbuk. Kupu-kupu dewasa mengunjungi bunga untuk memperoleh nektar. Namun, ternyata tidak semua bunga mereka kunjungi. Setiap kupu-kupu memiliki preferensi bunga. Setiap kupu-kupu memiki bunga pilihan. Menurut beberapa peneliti, ukuran belalai atau proboscis kupu-kupu dan kedalaman korola bunga memiliki hubungan yang erat.

Karena itu, kupu-kupu yang memiliki proboscis yang panjang cenderung lebih menyukai bunga dengan korola bunga yang dalam. Begitu pun kupu-kupu dengan probisis yang pendek maka hanya akan mengunjungi bunga dengan korola yang dangkal.

Kedua, menjadi bagian dari rantai makanan. Maha Pencipta telah mengatur alam sedemikian rupa sehingga equilibrium. Populasi satwa akan berada pada porsi yang sesuai jika tak ada ganguan padanya. Karena alam mampu mengatur dirinya sendiri. Seperti halnya kupu-kupu yang menjadi bagian dari alam. Pun tak luput dari pemangsaaan. Lalat perampok, capung, kadal, dan burung adalah beberapa predator dari kupu-kupu. Tak hanya imago yang menjadi incaran, ulat kupu-kupu pun tak luput dari predator. Bahkan fase lain: telur dan kepompong juga menjadi incaran bagi sejumlah parasit. Jadi tak heran jika jumlah telur kupu-kupu bisa puluhan atau bahkan ratusan, namun hanya puluhan atau bahkan beberapa ekor saja yang bisa mencapai tahap imago atau kupu-kupu dewasa.

Ketiga, kupu-kupu juga menjadi penghibur hati. Mengamati kupu-kupu mampu memberi rasa bahagia pada seseorang. Membantu manusia melenyapkan tekanan dunia modern. Mengamatinya mengayun, mengepakkan sayap indahnya, hinggap di setangkai bunga dan mengisap nektarnya. Keindahan yang selalu berhasil membuat hati kita berdecak kagum akan karunia Ilahi ini.

Nektar
Nektar dan permukaan basah adalah favorit Papilio gigon dapatkan nutrisi – Foto: taufiq Ismail
KLIK INI:  Dokumen SRAK, Sebuah Upaya Pelestarian Orang Utan Indonesia

Keempat, menjadi sumber inspirasi. Ada banyak pelaku seni yang terinspirasi dari kemolekan serangga bersayap ini. Pun bagi sejumlah peneliti memperoleh sejumlah ide baru hingga kemudian mampu ciptakan teknologi yang bermanfaat bagi manusia.

Terakhir, kupu-kupu menjadi bio-indikator lingkungan. Menjadi pertanda baik buruknya suatu lingkungan. Kupu-kupu menyukai wilayah yang bersih, tanpa polusi, dan ketersediaan tumbuhan yang menjadi makanannya.

Menurut Ismail (2023) Papilio gigon menyukai beberapa bunga: kembang sepatu, asoka, pagoda, Pseuderanthemum sp., Donax canniformis, kopi, jambu air, kaleleng lulu (Pavetta macassarica), Lantana camara dan kopasanda. Selama penelitiannya, Ismail menjumpainya secara lansung P. gigon mengisap nektar bunga tumbuhan tersebut.  Hal ini menandakan bahwa tidak semua bunga menjadi incaran kupu-kupu. Padahal pada suatu areal bunga begitu melimpah. Karena kupu-kupu memiliki ragam spesies sehingga kemungkinan bunga lainnya akan dikunjungi oleh kupu-kupu lainnya atau bahkan serangga lain.

Di Bantimurung dan sekitarnya, kembang sepatu, asoka, pagoda, dan kopi adalah tumbuhan budidaya, sehingga P. gigon kerap mengunjungi areal pemukiman. Sedangkan tumbuhan lainnya adalah tumbuh liar. Tumbuh liar di areal terbuka ataupun di hutan belantara.

kupu
Seekor betina Papilio gigon meletakkan telurnya pada daun jeruk manis di Bantimurung pada akhir Juni 2023 – Foto: Taufiq Ismail

Tak hanya itu, bagi pemilik nama Inggris: Sulawesi Banded Swallowtail ini juga melengkapi kebutuhan nutrisinya dengan mengunjungi genangan. Mengunjungi permukaan yang lembab untuk mengisap mineral (puddling). Molleman (2010) mengemukakan bahwa hanya jantan yang sering melakukan perilaku puddling ini. Tujuan utama aktivitas ini untuk memperoleh garam atau natrium. Bagi kupu-kupu jantan, natrium berfungsi untuk menguatkan otot terbang dan menjadi hadiah perkawinan bagi betina untuk meningkatkan reproduksinya (Molleman, 2010; Snell-Rood et al., 2014). Hadiah dari jantan menjadikan produksi telur kupu-kupu lebih melimpah dan berkualitas.

KLIK INI:  Memahami Suksesi Ekologi pada Ekosistem, Pengertian dan Jenisnya

Kupu-kupu merupakan serangga yang memiliki siklus hidup yang sempurna: telur-ulat-kepompong-imago. Pada fase ulat dan imago, mereka membutuhkan makanan untuk bertahan hidup. Makanan pada stadium ulat berupa daun. Namun tidak sembarang daun yang menjadi makanan ulat kupu-kupu. Mereka membutuhkan senyawa tertentu dari daun untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Karena itu, larva memilih daun-daun tertentu sebagai pakannya.

Pakan larva kupu-kupu dari genus Papilio adalah tumbuhan dari keluarga jeruk-jerukan (Rutaceae). Selama penelitian, Ismail (2023) menemukan dua spesies tumbuhan favorit ulat kupu-kupu ini: jeruk manis (Citrus sinensis) dan tallu raung (Melicope lunu-ankenda). Pada kedua tumbuhan tersebut, ia mendapati ulat P. gigon melahap pinggiran daun kedua tumbuhan tersebut hingga tandas. Tak ada keraguan bahwa kedua tumbuhan tersebut adalah makanannya.

Meski memiliki sejumlah manfaat bagi bagi manusia, namun kupu-kupu juga mengalami ancaman. Ancaman yang dapat mengakibatkan jumlahnya di alam menurun. Menurut Muhammadiyah (2014) populasi kupu-kupu secara umum di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung menurun dengan tingginya aktivitas perburuan. Bahkan menurut Ismail (2023) perburuan tak hanya di luar kawasan, pada daerah-daerah tertentu di kawasan taman nasional yang kurang pengawasan petugas menjadi sasaran pemburu. Lebih jauh (Putri, 2016) mengatakan bahwa khusus di kawasan wisata Bantimurung, menurunnya kupu-kupu di area tersebut akibat proses pengembangan sarana dan prasarana wisata telah menyebabkan terdegradasinya habitat kupu-kupu.

Semoga kupu-kupu Papilio gigon terus eksis memberi faedah. Begitupun beragam kupu-kupu lainnya. Terus menghiasi alam dengan segudang manfaat. Saya juga berharap agar makin banyak yang paham akan pentingnya satwa. Tak hanya jadi objek kerakusan manusia, namun hidup berdampingan agar terus memberi peran.

KLIK INI:  Kabar Gembira, Bayi Anoa Kembali Lahir di ABC Manado

Daftar Pustaka

Handayani, S. A., Shagir, K. J., Kadriansyah, Chaeril, & Tahari. (2018). Metamorfosa. Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. https://www.bantimurungbulusaraung.id/wp-content/uploads/2023/10/METAMORFOSA.pdf

Ismail, T. (2023). Studi Populasi, Tumbuhan Inang, dan Nektar Papilio gigon di Resor bantimurung dan Pattunuang, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Universitas Hasanuddin.

Molleman, F. (2010). Puddling: From natural history to understanding how it affects fitness. Entomologia Experimentalis et Applicata, 134(2), 107–113. https://doi.org/10.1111/j.1570-7458.2009.00938.x

Muhammadiyah, M. A. (2014). Analisis Kelembagaan Pemanfaatan Komersil Kupu-kupu di Daerah Penyangga Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan [Institut Pertanian Bogor]. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/73054

Putri, I. A. (2016). Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Keragaman Jenis dan Populasi Kupu-Kupu di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 13(2), 101–118. https://doi.org/https://doi.org/10.20886/jphka.2016.13.2.101-118

Snell-Rood, E. C., Espeset, A., Boser, C. J., White, W. A., & Smykalski, R. (2014). Anthropogenic changes in sodium affect neural and muscle development in butterflies. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America, 111(28), 10221–10226. https://doi.org/10.1073/pnas.1323607111

KLIK INI:  Intip Metamorfosa Sempurna Kupu-Kupu