JK Pastikan Smelternya Beroperasi, Walhi Sulsel: Jangan Sesatkan Publik dengan Narasi Smelter Ramah Lingkungan

oleh -171 kali dilihat
JK saat memantau smelter PT Bumi Mineral Sulawesi (PT BMS)-foto/Ist

Klikhijau.com – Wakil Presiden RI ke 10 dan 12, Jusuf Kalla (JK) memantau proses peleburan nikelore menjadi ferronikel yang dikelola milik PT Bumi Mineral Sulawesi (BMS) di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Senin malam, 22 April 2024.

Dalam pantauan tersebut, JK cukup bangga karena Smelter milik perusahaan Kalla Group sudah mulai berproduksi setelah menjalani proses pembangunan dalam lima tahun terakhir.

“Ini dibangun lima tahun terakhir dan hasilnya kita lihat sudah mulai berproduksi,” kata JK kepada wartawan usai memantau langsung proses produksi PT BMS.

Selain itu, JK tak bisa menyembunyikan rasa bangganya lantaran PT. BMS berhasil membuktikan kemampuan SDM dari pekerja dalam negeri.

KLIK INI:  Tahukah Anda, Perusak Lingkungan Lebih Berbahaya dari Teroris Bersenjata?

“Ini membanggakan karena perusahaan ini menggunakan tenaga kerja dalam negeri. Bahkan 80 persen itu berasal dari putra daerah Luwu dan sekitarnya. Sedangkan 20 persen berasal dari beberapa daerah termasuk Jawa,” kata JK lagi.

Hasil produksi dari PT. BMS disebutkannya cukup baik dan bersih. Pasalnya, Smelter tersebut menggunakan energy hydro power. Smelter yang terletak di Kecamatan Bua tersebut satu dari dua Smelter di Sulawesi Selatan yang menggunakan hydro power.

“Dengan sumber energi dari air tersebut membuat hasil produksinya itu bisa diterima di negara Eropa dan Amerika,” tegasnya

Rencananya, lanjut JK, PT BMS akan menggelar soft lounching pada Agustus 2024 mendatang. Saat ini, PT BMS telah mempekerjakan 1500 orang tenaga kerja.

KLIK INI:  Banjir di Sulsel, Sinyal Kuat Krisis Iklim yang Sungguh Nyata?

Lebih jauh, JK juga mengungkapkan, jika PT. BMS saat ini telah membangun Smleter ke dua. Nantinya, JK juga memastikan jika PT. BMS akan kembali membangun smelter ketiga dan keempat dalam dua tahun ke depan. Dengan pengembangan tersebut akan membuka ribuan lapangan kerja bagi masyarakat Sulawesi Selatan dan Indonesia.

JK menyebutkan target produksi pabrik 1 sebesar 33 ribu hingga 36 ribu ton per tahun. Dan saat ini, pembangunan pabrik 2 untuk nikel sulfat bahan baku pembuatan baterai mobil listrik progresnya sudah 40 persen, diperkirakan mulai operasi secara normal pada akhir tahun 2024.

Sementara itu, setiap Smelter yang dibangun membutuhkan paling tidak 1000 tenaga kerja. JK memastikan bahwa seluruh Smelter miliknya lebih mengutamakan pekerja dalam negeri. Ia kemungkinan hanya akan menggunakan tenaga kerja dari China di bagian konsultan.

KLIK INI:  Penjualan Produk Plastik Terus Menanjak, Khususnya Jelang Puasa?
Karyawan bekerja di smelter PT BMS Kab. Luwu-foto/Ist
Respons Walhi Sulsel

Kepala Divisi Energi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulsel, Nurul Fadli Gaffar,  merespons keras atas pernyataan yang diutarakan Jusuf Kalla mengenai Smelternya.

“Sumber energi smelter PT BMS memang diklaim sebagai energi bersih, akan tetapi dalam praktiknya proyek hydro power atau PLTA PT Malea Energy memberikan dampak serius ke lingkungan, merusak dan menghilangkan situs budaya, dan parahnya hingga saat ini belum ada pemulihan yang dilakukan,” kata Fadli, sapaan akrabnya saat dikonfirmasi tim Klikhijau.com, Selasa 23 April 2024.

KLIK INI:  2030 Taiwan Bebas dari Sampah Plastik, Indonesia Kapan Ya?

Selain itu dari aspek hilir pasok energi PT Malea Energy, yaitu proyek smelter pengolahan nikel PT BMS, Fadli menganggap apa yang dibanggakan mengenai sumber energi bersih telah menutupi fakta bahwa smelter akan selalu memberikan masalah serius terhadap lingkungan dan masyarakat.

“Smelter nikel sejatinya adalah pabrik pengolahan nikel mentah (ore) menjadi hasil olahan setengah jadi, entah itu nikell matte atau feronikel. Dari pengolahan tersebut menghasilkan polutan dan limbah berbahaya beracun. Dan tentunya tidak menutup kemungkinan bahwa pencemaran yang ada akan meliputi pencemaran air dan udara yang berujung akan mengurangi daya dukung lingkungan dan mengganggu kesehatan warga,” jelasnya.

Fadli menambahkan, bahwa salah satu racun yang berpotensi muncul dalam industri nikel adalah Chromium Heksavalen yang akan berdampak pada timbulnya segala jenis penyakit kanker jika mengkontaminasi tubuh manusia.

“Seharusnya Jusuf Kalla terbuka mengenai potensi dampak ini dan tidak menyesatkan publik dengan narasi smelter ramah lingkungan,” tutup Fadli, menegaskan.

KLIK INI:  Sambangi Banyuwangi, Erick Thohir Bersama Bank Mandiri Dukung EcoRanger