- Melihat Rombongan Sampah Melintasi Kanal Kota Makassar di Musim Hujan - 28/11/2024
- Bagaimana Tanaman Mendengarkan Kita? - 21/04/2024
- Defisit Narasi Lingkungan dalam Politik Lokal di Indonesia - 28/12/2023
Klikhijau.com – Kalla Group ikut serta memberi dukungan dalam upaya penanganan sampah di Kelurahan Sambung Jawa Kecamatan Mamajang Kota Makassar.
Kalla Group yang mewakili sektor swasta memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan khususnya dalam pengurangan timbulan sampah. Tidak hanya itu, Kalla Group juga berkomitmen mengambil peran dalam mendukung pemerintah dan masyarakat dalam memanfaatkan sampah sebagai bahan baku ekonomi.
Anshar A. Rahman, General Manager Peralatan dan Asset PT Bumi Karsa (Kalla Group) mengatakan, masalah penanganan sampah di Kota Makassar antara lain karena sistem pengelolaan sampah masih menggunakan sistem kumpul-angkut-buang ke tempat pembuangan sementara (TPS) atau tempat pembuangan akhir (TPA).
Menurut Anshar, ke depan penanganan sampah di TPA harus bergerak dari skema open dumping, ke skema controlled landfill ataupun sanitary landfill.
“Model TPA yang open dumping mempunyai risiko bau yang ditimbulkan menganggu masyarakat sekitar. Risiko pencemaran lingkungan dari timbunan gas yang dihasilkan oleh sampah dan pencemaran dari air lindi atau lecate dan banyak lagi. Ini tentu ddapat memengaruhi keberlanjutan lingkungan, kesejahteraan dan kenyamanan masyarakat,” kata Direktur PT Tombolo Energy ini.
Dalam hal ini, penanganan sampah di TPA sejatinya sudah bisa didorong menjadi Pembangkit Tenaga Listrik, PSEL (PLTSa).
“Ini memang sejalan dengan Perpres No. 35 Tahun 2018 yang menetapkan Makassar sebagai salah satu kota untuk mempercepat pembangunan intalasi pengolahan sampah menjadi energi listrik berbasis teknologi ramah lingkungan,” katanya.
Sayangnya, kata Anshar, kajian tentang PSEL semacam ini tidak tuntas, banyak yang lupa bahwa musim hujan adalah kelemahan PSEL dimana sampah di TPA pada basah berair.
“Memang ada teknologi yang bisa mengolah sampai tingkat kadar air 60%, namun teknologi PSEL perlu investasi yang tinggi, Return on Investmentnya (ROI) nya butuh waktu lama.”
Desentralisasi penanganan sampah
“Menurut saya sebaiknya pengolahan sampah di Makassar mengikuti amanat undang-undang nomor 18/2008. Sebaiknya sampah dikelola dengan melakukan minimalisasi, pengurangan, pemilahan dan peningkatan pola pengangkutan sampah secara lokal dimana tempat pengolahan sampah terdesentralisasi,” lanjutnya.
Dengan demikian, pengangkutan sampah tidak perlu keliling kota menyebar bau untuk sampai ke TPA. Pengelolaan sampah berbasis warga sebagai solusi, seperti pemberdayaan masyarakat melalui pembudidayaan maggot untuk sampah organic dan pemilahan sampah melalui penguatan bank sampah untuk sampah non-organic.
“Kita bisa bikin perkelurahan dan juga memungkinkan disupport dengan sistem atau teknologi hydrothermal persetiap beberapa kecamatan. Investasi tidak mahal dan hasil produknya sangat dibutuhkan bahkan bisa diekspor. Untuk yang berbasis warga ini kami coba bantu dengan berkolaborasi untuk bikin percontohan di kelurahan Sambung Jawa,” katanya.
Kolaborasi berkelanjutan
Menurut Anshar, kolaborasi multistakeholder ini antara Perusahaan, yayasan yang berorientasi gerakan hijau dan pihak Pemkot Makassar (Kelurahan Sambung Jawa) ini diharapkan bisa bermanfaat sebagai percontohan untuk mengatasi permasalahan sampah di Makassar.
“Korporasi kami memang sangat perduli dengan isu-isu lingkungan dan keberlanjutan sehingga kami melihat ide pengelolaan sampah melalui pemberdayaan masyarakat untuk pembudidayaan maggot ini sangat relevan dengan komitmen kami. Kontribusi kami adalah membiayai semua kebutuhan pembuatan budidaya maggot dan penguatan bank sampah ini sesuai dengan proposal Rencana Anggaran Biayanya,” tuturnya.
Oleh sebab itu, Kalla Group sejauh ini telah mendukung penuh progres kolaborasi berkelanjutan di Kelurahan Sambung Jawa.
Meski demikian, Anshar berharap kolaborasi yang sudah terbangun dapat berkesinambungan. Semua ini tentu tergantung apakah kita bisa memberikan motivasi terhadap animo masyarakat yang sekarang terlihat mulai menggeliat dan bersemangat dengan adanya percontohan Sambung Jawa ini.
“Saya pikir, dengan sistem pengelolaan yang bagus apalagi mempunyai manfaat ekonomi, maka kesinambungan tersebut bukan sesuatu yang sulit. Selain itu, sukses tidaknya program pemberdayan masyarakat ini bisa dilihat apakah berkelanjutan atau tidak.Dalam artian apakah percontohan di Sambung Jawab bisa diduplikasi ke kelurahan lain dan pada akhirnya menjadi budaya pengelolaan sampah berbasis warga,” tambahnya.
Kontribusi Kalla Group pada Keberlanjutan
Bagi perusahaan tempat kami bekerja di Kalla Group, keterlibatan dan kontribusi dalam sektor lingkungan tidak perlu diragukan. Sudah banyak kegiatan berbasis lingkungan dan aksi hijau yang kami laksanakan dan support sebagai suatu komitmen kami terhadap environmental sustainability.
Belum lama ini, PT. Tombolo Energy melanjutkan penanaman 70.000 pohon di Kabupaten Gowa yang sudah 4 tahun dilaksanakan secara berkesinambungan dan masih akan terus dilakukan, juga di daerah-daerah lain di Indonesia.
“Rencana kami ke depan masih tetap berkomitmen untuk mendukung sektor lingkungan termasuk penanganan sampah. Percontohan Sambung Jawa dengan budidaya maggot dan penguatan bank sampah ini cukup menjanjikan karena bernilai ekonomi. Kalau ini bisa diduplikasi dan bisa di scale up bukan tidak mungkin kita bisa bekerjasama untuk produksi dan pemasaran pakan skala besar,” katanya.
Anshar juga menyampaikan apresiasi tinggi pada para pemangku kepentingan di Kelurahan Sambung Jawa yang sangat antusias dan terbuka.
“Sikap open minded dan terbuka menerima gagasan inovatif seperti pengelolaan sampah berbasis warga ini adalah sesuatu yang membanggakan. Kolaborasi multi stakeholder perlu terus digiatkan oleh kita bersama. Kontribusi warga dan aparat pemerintah kota sangat dibutuhkan untuk kemajuan dan kenyamanan kota Makassar,” ucapnya.
Selain budidaya maggot dan penguatan kapasitas bank sampah, untuk mengurai timbunan sampah di TPA atau TPS Kalla Group juga bisa berkontribusi pada energi hijau dengan teknologi hydrothermal waste treatment dengan no waste, no smoke and no bactery.
“Investasinya lebih masuk akal disbanding PSEL dan tidak bermasalah dengan sampah basah. Sebasah apapun sampahnya dengan kadar air berapapun di musim hujan bisa diatasi dengan teknologi ini,” katanya.