Menyatukan Pandangan Pemuda dalam Menawarkan Berbagai Solusi Krisis Iklim

oleh -208 kali dilihat
Diskusi Kaum Pemuda dan Perubahan Iklim untuk Indonesia di Makassar
Diskusi Kaum Pemuda dan Perubahan Iklim untuk Indonesia di Makassar/Foto/Jems

Klikhijau.com – Perspektif atau pandangan pemuda cukup beragam dan autentik. Hal inilah yang ditangkap oleh Institut Hijau Indonesia. Terutama dalam mendorong pelibatan anak muda dalam merespons dan memetakan solusi menghadapi krisis iklim.

Institut Hijau Indonesia merupakan organisasi yang fokus merancang program pendidikan bagi generasi muda. Tujuannya agar generasi muda memiliki keberpihakan terhadap perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup.

Salah satu langkah yang dilakukan adalah melalui program pendidikan Green Leadership Indonesia (GLI). GLI ini telah berlangsung selama 2 tahun dan melibatkan lebih dari 500 anak muda (Green Leaders) di seluruh Indonesia.

Institut Hijau Indonesia bersama para Green Leaders melahirkan inisiatif Penggerak Perubahan Indonesia dan Dunia 2050. Inisiatif itu dilakukan sebagai upaya merespons ancaman multi krisis sebagai dampak dari perubahan iklim di masa depan.

KLIK INI:  Jutaan Hektare Hutan Hilang Sejak 1990, Bagaimana dengan Hutan Primer Indonesia?

Untuk mewujudkan hal tersebut, Institut Hijau Indonesia berupaya mendengar lebih banyak pandangan-pandangan dan inisiatif anak muda dari berbagai daerah. Kota Makassar salah satunya.

Di Kota Makassar, Institut Hijau Indonesia telah menggelar seminar yang dihadiri ratusan anak muda. Mereka berasal dari berbagai kampus dan lintas organisasi.

Para anak muda itu membahas tema “Diskusi Kaum Pemuda dan Perubahan Iklim untuk Indonesia dan Dunia Tahun 2050”. Kegiatan tersebut digelar di Baruga Prof. Baharuddin Lopa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Rabu 21 November 2023.

Pada acara tersebut, ada empat narasumber yang hadir untuk memberikan materi mengenai perubahan iklim, yakni Laksmi Dhemawanthi dari Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (Dirjen PPI), Syekhoh Sulthonah dari Institut Hijau Indonesia, Muhammad Al Amin dari WALHI, dan  Prof. Dr Maskun dari Universitas Hasanuddin (Unhas).

Berdampak besar pada perempuan

Youth Generation dianggap perlu berpartisipasi dengan keadaan saat ini serta yang akan terjadi, karena perubahan iklim bukan sekadar cerita belaka, tapi benar-benar nyata.

Perubahan iklim menjadi momok di tahun-tahun ke depan terutama pada tahun 2050. Karena itu, partisipasi dari generasi muda dalam menanggulangi isu tersebut sangat penting. Baik itu melalui pendidikan, pelatihan, serta upaya peningkatan kesadaran publik.

KLIK INI:  Yuk Kenali Forest Restoration Project: SDGs Together!

“Gerakkanlah kaki yang telah diberikan untuk mengurangi emisi serta gunakanlah transportasi umum untuk mengurangi gas rumah kaca,” ujar Chalid Muhammad, Ketua Institut Hijau Indonesia saat membuka acara.

Sementara itu, Laksmi Dhemawanthi menekankan persoalan perubahan iklim bukanlah persoalan biasa, sehingga butuh generasi muda yang luar biasa.

“Generasi muda sebagai calon pemimpin masa depan perlu melakukan penguatan agar memiliki keberpihakan pada perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup. Generasi muda menjadi salah satu aktor dan berperan aktif menekan Gas Rumah Kaca,” terang Laksmi.

Laksmi menjelaskan, kenapa harus generasi muda? Karena generasi muda saat ini akan menjadi generasi penerus, yang kini memiliki akses lebih terhadap pendidikan, tumbuh di era teknologi dan media.

KLIK INI:  Beberapa Singkatan Terkait Sampah yang Perlu Diketahui

Syekhoh Sulthonah dari  Institut Hijau Indonesia mengungkapkan bahwa dampak terbesar dari terjadinya perubahan iklim menurut  akan sangat berimbas kepada perempuan dan anak-anak.

“Salah satu contohnya adalah sanitasi, ketika perempuan mengalami haid tentu akan sangat membutuhkan air bersih. Lalu, anak-anak yang dunianya ialah bermain dan terkadang kotor juga sangat perlu air bersih. Anak-anak yang lebih rentan dibanding orang dewasa terkena penyakit, makanya mereka sangat membutuhkan air bersih,” ungkapnya.

Menyorot masalah  sampah

Irma Yanti, salah satu peserta kegiatan tersebut mengerucutkan pembahasan lingkungan pada topik sampah. Sampah adalah isu yang terjadi dari tapak hingga menjadi perbincangan global.

Menurutnya, dalam membicarakan sampah tentu semua telah memahaminya dan menyadarinya sebagai sesuatu yang perlu ditangani secara bersama.

KLIK INI:  Bersama Unibos, Bosowa Suarakan Makassar Memilah Sampah

“Tidak perlu jauh-jauhlah ke Bantar Gebang, di TPA kita saja di Makassar yang di Antang sudah penuh, tidak perlu menunggu tahun 2050, beberapa tahun ke depan saja kita sudah bingung sampah-sampah kita mau dikemanakan,” terang Head Program Green Fluencer Indonesia itu.

“Dalam mengatasi sampah mungkin ada baiknya jika kita petakan menjadi sampah organik dan sampah anorganik,” lanjutnya

Lebih jauh, Irma mengatakan di Indonesia ketika kita ngomongin sampah, mayoritas orang pasti langsung mikirnya sampah plastik, bagaimana cara mengatasi sampah plastik? Makanya pemerintah gencar membuat bank sampah. Tapi apakah itu cukup? Tentu tidak.

“Kita perlu peran pemerintah dalam membuat regulasi terkait pemilahan sampah dan sistem pengelolaan sampah lanjutan yang tentunya tidak hanya regulasi, tapi juga difasilitasi dan diawasi, Dengan upaya ini, permasalahan tentang sampah anorganik sangat possible untuk diatasi,” tegasnya.

KLIK INI:  7 Negara dengan Predikat Terbaik Pendaur Ulang Sampah

Selain itu, menurutnya dengan data dominasi sampah organic perlu menjadi titik focus. Sampah jenis ini acap kali dianggap enteng dengan alibi bisa dikomposkan. Meski dalam perjalanannya sampah organik belum terkelola secara maksimal.

“Pengelolaan sampah organic perlu menggunakan teknologi bio konversi maggot, yang memiliki kemampuan besar mereduksi sampah organik dalam waktu singkat dan pada porsi yang cukup besar,” sarannya.

Pada acara tersebut, berbagai isu dibahas secara terpisah dengan pengelompokan. Dari 20 kelompok masing-masing membahas topik berbeda, diantaranya Lingkungan hidup, sosial, pangan, air, dan energi, teknologi, ekonomi, Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA), hukum dan HAM, tata kelola pemerintahan, dan politik.

Topik tersebut dikaji dan dipresentasikan dalam keterkaitannya dengan misi penyelamatan lingkungan.

KLIK INI:  Setelah Acara, Terbitlah Sampah