Jutaan Hektare Hutan Hilang Sejak 1990, Bagaimana dengan Hutan Primer Indonesia?

oleh -630 kali dilihat
Kenali 12 Jenis Kayu Langka di Indonesia yang Kelak Bakal Dirindukan
Hutan - Foto/The Weather Channel
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Dalam laporan The State of the World’s Forests (SOFO); Forests, Biodiversity, and People yang dirilis 22 Mei 2020 bersamaan dengan peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Internasional mengungkapkan bahwa sebanyak 420 juta hektar hutan telah hilang sejak tahun 1990 akibat alih guna lahan.

Laporan yang disusun oleh Food and Agriculture Organization (FAO) bekerja sama United Nations Environment Programme (UNEP) dan UN Environment Programme World Conservation Monitoring Centre (UNEP-WCMC) ini menyatakan, diperlukan aksi nyata untuk melindungi hutan yang terus terdeforestasi dan terdegradasi ini.

Pasalnya, hutan merupakan rumah bagi keanekaragaman hayati di bumi. Hutan menyimpan 60.000 spesies pohon, 80% spesies amfibi, 75% spesies burung dan 68% spesies mamalia.

Laporan ini menyatakan, walaupun laju deforestasi terus menurun dalam 10 tahun terakhir, 10 juta hektar hutan terus hilang setiap tahun akibat alih guna lahan untuk pertanian dan lainnya.

KLIK INI:  Limbah B3 Diharapkan Bisa Hasilkan Sesuatu yang Berguna

“Deforestasi dan degradasi hutan terus berlangsung dengan laju yang mengkhawatirkan. Inilah yang terus memicu hilangnya keanekaragaman hayati,” ujar QU Dongyu, Direktur Jenderal FAO dan Inger Andersen, Direktur Eksekutif UNEP, dalam pengantar laporan ini.

Hutan menutupi 31% permukaan bumi namun wilayahnya tidak tersebar secara merata. Sebanyak 49% hutan dunia masih relatif terhubung, di mana lebih dari 34% adalah hutan primer. Sebanyak 9% hutan dunia lokasinya terpisah, dengan sedikit atau tidak terkoneksi dengan hutan lainnya.

Hanya lima negara yang menguasai lebih dari separuh wilayah hutan dunia. Indonesia tidak termasuk. Negara-negara tersebut adalah Brazil, Kanada, China, Federasi Rusia dan Amerika Serikat.

Sekitar 80% hutan dunia berlokasi di wilayah dengan luas lebih dari 1 juta hektar. Sementara 20% lainnya tersebar di 34 juta lokasi di seluruh dunia, kebanyakan dengan luas di bawah 1.000 hektar.

Ekpansi pertanian, untuk peternakan, perkebunan kelapa sawit dan kacang kedelai, terus menjadi pemicu deforestasi dan fragmentasi hutan.

KLIK INI:  Mencemaskan, Kebakaran Hutan Bolivia Memanggang Jutaan Satwa?
Ancaman Kepunahan

Laporan SOFO ini juga menyatakan, perkembangan upaya mencegah kepunahan spesies berjalan lamban. Dari 60.000 spesies pohon yang telah diidentifikasi, lebih dari 20.000 spesies kini masuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List of Threatened Species. Sebanyak 8.000 spesies pohon terancam punah.

Populasi mamalia, amfibi, reptil dan burung di hutan dalam periode 1970 hingga 2014 telah berkurang 53% dengan angka penurunan sebesar 1,7% per tahun. Angka ini bersumber dari hasil monitoring 455 populasi hewan di hutan, yang terdiri dari 268 populasi mamalia, bersama dengan populasi amfibi, reptil dan burung. Temuan ini menggarisbawahi risiko kepunahan spesies pada masa datang.

Pun, target keanekaragaman hayati Aichi untuk melindungi 17% daratan di bumi telah tercapai di 2020. Jumlah wilayah lindung telah mencapai 18% wilayah hutan dunia, dengan luas mencapai 700 juta hektar.

Namun keberadaan wilayah lindung saja tidak cukup. Masih diperlukan kerja sama internasional untuk merestorasi dan memulihkan ekosistem, mengatasi perubahan iklim dan melindungi keanekaragaman hayati.

KLIK INI:  Kolaborasi Jagak Himbak dan Campaign, Peringati Hari Ozon dengan Kampanye #AksiJagaHutan
Kondisi Hutan Primer Indonesia

Global Forest Watch (2020) menunjukkan data terbaru bahwa pada tahun 2019, setiap enam detik hutan tropis seluas lapangan sepak bola digunduli. Berdasarkan data tersebut, kehilangan tutupan hutan primer Indonesia terus menurun meskipun masih menempati urutan ketiga dunia setelah Brasil dan Republik Demokratik Kongo.

University of Maryland menghitung, dari total 3,8 juta hektare hutan primer yang hilang, Indonesia menyumbangkan sekitar 324.000 hektare atau turun sekitar 5% dibanding tahun 2018. Angka kehilangan ini sedikit lebih rendah dari angka deforestasi bruto yang dirilis oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan seluas 462.400 hektare.

Berdasarkan laporan pada surat kabar Kompas tertanggal 3 Juni 2020 yang bertajuk Kehilangan Hutan Primer Indonesia Nomor Tiga Dunia, angka kehilangan hutan tutupan hutan primer ini mengejutkan sejumlah pihak. Pasalnya, pada 2019 silam, telah terjadi kebakaran yang menganguskan hutan dan lahan Indonesia seluas 1,6 juta hektare.

Arif Wijaya Senior Manajer Hutan dan Iklim World Resources Institue Indonesia, dalam wawancara dengan Kompas, mengatakan bahwa kebakaran yang terjadi 2019 silam diduga tak memberikan dampak pengurangan luas tutupan hutan primer yang signifikan.

KLIK INI:  Asap Kebakaran Hutan Membawa Dampak Buruk bagi Kesehatan dan Ekonomi

Asumsi itu berdasarkan data KLHK yang menunjukkan bahwa kebakaran seluas 1 juta  dari 1,6 juta berada di luar hutan. Kebakaran di hutan bisa saja terjadi di area konflik, terdegradasi, bukan hutan alam primer yang masih baik.

Alasan teknikal lain, karena kebakaran ini terjadi pada bulan September-Oktober 2019 yang membikin satelit tak bisa menangkap citra di wilayah kebakaran karena terhalang kabut asap. Bila dugaan benar, kehilangan hutan karena kebakaran ini bisa ditangkap satelit pada awal tahun 2020.

Berdasarkan paparan data di atas, baik skala global maupun nasional, seyogianya kita tak terlena dengan penurunan hilangnya tutupan hutan primer di Indonesia. Dunia harus tetap mengupayakan agar tutupan hutan primer tak hilang dan dunia tak diambang kepunahan spesies.

Sejatinya, adanya krisis pandemi COVID-19 ini, salah satu hal yang kembali menyadarkan dunia atas pentingnya upaya melindungi hutan. Juga pentingnya menekan laju deforestasi dan mengelolanya secara berkelanjutan. Sebab, kesehatan masyarakat sangat bergantung pada kesehatan ekosistem di bumi.

KLIK INI:  Konservasi Penyu, TN Takabonerate Melepasliarkan Tukik di Pulau Pasitallu Timur