Bagaimana Tanaman Mendengarkan Kita?

oleh -65 kali dilihat
Bagaimana Tanaman Mendengarkan Kita?
Tanaman lidah mertua - Foto: KH
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Di kelas pembelajaran, seorang mahasiswa berkisah. Pernah suatu waktu ia melakukan eksperimen sederhana terhadap tanaman. Ia bermaksud menguji pernyataan yang pernah didengarnya bahwa tanaman dapat diajak berkomunikasi layaknya manusia.

Apa ia? Ada dua tanaman (spesies sama) dirawatnya. Setiap hari, satu diantara tanaman itu diajaknya berbicara—sedangkan satunya dicuekin. Satunya ditemani bercanda, bahkan curhat, tak jarang didoakan. Tanaman satunya, dibiarkan saja.

Setiap hari begitu, pagi, siang dan malam. Apa yang terjadi setelah berhari-hari bahkan berminggu-minggu usai sang mahasiswa melakukan eksperimen sederhana ini?

Tanaman yang intens diajak komunikasi tumbuh subur dan segar. Sedangkan, tanaman satunya perlahan layu bahkan mati. Padahal, kedua tanaman diperlakukan sama dalam hal perawatan fisik. Sama-sama disiram air dan ditanam dengan tanah subur bahkan diberi nutrisi yang sama.

Dari eksperimen ini, sang mahasiswa sungguh terkejut. Ini ajaib, katanya. Ia pun percaya bahwa tanaman mendengarkan Bahasa manusia. Tanaman dapat merespons kata-kata dan Bahasa hati manusia. Berbicara dengan intens pada tanaman dapat mendorong pertumbuhan tanaman lebih baik. Karenanya, sang mahasiswa itu menyarankan pentingnya mengajak tanaman kesayangan berkomunikasi sebagai bagian dari skema perawatannya.

KLIK INI:  Selain Indah, 5 Jenis Tanaman Pagar Hidup Ini Bikin Rumah Terhindar dari Polusi

Bagaimana menurut Anda? Kesimpulan subjektif semacam ini memang tidak serta-merta bisa diterima bagi banyak orang. Mendengar cerita ini, beberapa mahasiswa lain di kelas pembelajaran masih tertegun. Ada yang percaya, namun tak sedikit yang menganggapnya omong kosong.

“Boleh jadi benar, tanaman dapat mendengarkan kata-kata manusia,” begitu kira-kira asumsi kita atas pendapat ini. “Namun, bagaimana membuktikannya lebih lanjut agar meyakinkan nalar kita?”

Tampaknya, betapapun kita meyakini bahwa tanaman dapat merespons Bahasa manusia, pendapat sebaliknya pun tetap saja menguat. Karenanya, pemahaman bahwa tanaman dapat merespons manusia selamanya jadi persepsi kontroversial. Banyak ilmuan terus bekerja melakukan penelitian demi membuktikannya. Tidak sedikit ilmuan lebih dulu menolak premis ini dan menyimpulkan bahwa tanaman tidak dapat merespons Bahasa manusia.

Suara misterius dari tanaman

Berulang kali, cerita-cerita serupa dikisahkan banyak orang. Lusinan laporan jurnalistik mengetengahkan perkara ini dengan mengacu pada penelitian-penelitian sederhana. Sebagian lagi membangun keyakinan dari percobaan pribadi dan menemukan fakta bahwa tanaman itu mendengarkan bahkan bisa menjawab Bahasa manusia.

Lebih dari sekadar bahwa tanaman dapat merespons Bahasa manusia—tumbuhan memang memiliki kerumitan tersendiri. Manusia selayaknya memuliakan tanaman. Merasakan kehadirannya begitu dekat dengan kita—bukan sebaliknya.

KLIK INI:  7 Faktor yang Harus Diperhatikan Saat Menanam Tanaman Indoor

Seorang peneliti, seniman dan Profesor di Universitas Aalto Finlandia bernama Laura Beloff termasuk yang pernah membuktikan suatu hal menakjubkan bahwa akar tanaman dapat bersuara. Dengan peralatan sederhana, Beloff menangkap bunyi ‘klik’ pada akar tanaman. Anehnya, saat ada orang lain masuk ke dalam ruangannya, bunyi klik pada tanaman berhenti. Saat orang itu pergi, suara klik pun bersahutan lagi. Lalu, ketika semakin banyak orang datang, bunyi klik pun menghilang.

Beloff menyadari betapa bunyi klik dari akar tanaman akan terdengar kembali saat tidak ada orang yang datang selain dirinya. Seolah-olah tanaman tersebut hanya ingin bercakap dengannya. Perihal apakah tanaman dapat merespons manusia, Beloff belum sepenuhnya yakin. Ini mungkin bernada spekulasi, namun setidaknya ia telah mengantongi bukti sederhana yang menakjubkan.

Eksperimen sederhana yang dilakukan Beloff terinspirasi dari eksperimen sebelumnya dari Monica Gagliano dari Universitas Western Australia. Serangkaian artikel bahkan telah ditulis Gagliano antara lain sebuah studi pada 2017 yang menunjukkan bahwa tanaman dapat merasakan suara air yang bergetar melalui akarnya, dengan begitu maka tanaman dapat mendeteksi air di bawah tanah.

Gagliano  bahkan yakin sepenuhnya bahwa tanaman dapat berkomunikasi. Kesimpulan ini diambil dari deteksi suara akar tanaman menggunakan vibrometer laser dan telah diungkap dalam makalahnya yang terbit di tahun 2012. Meski begitu, Gagliano tidak sepenuhnya yakin bahwa suara klik tersebut memiliki fungsi komunikatif. Penelitian lanjutan tentu diperlukan demi membuktikannya.

KLIK INI:  Merancang Transisi Teratur Dunia Nol Bersih 2050

Tetapi dia cukup yakin dan merasakan betapa tanaman berbicara dalam beberapa kesempatan. Pembuktian perihal suara dari akar tanaman tidak hanya didengarnya sendiri tapi juga beberapa orang di ruangan yang sama.

Perihal tanaman merespons suara juga dibuktikan ilmuan di Israel pada tahun 2019. Mereka mendeteksi bahwa tanaman rupanya meningkatkan jumlah nektar mereka seketika ada suara lebah mendengun. Ini semacam apresiasi dan juga respons tanaman kepada lebah yang menyerbuki mereka. Studi serupa juga menemukan hal ajaib bagaimana tanaman lebih banyak bahan kimia saat ada suara ulat mengunyah di sekitarnya. Ini merupakan respons sederhana tanaman demi mencegah ulat memakannya.

Ada banyak lagi temuan-temuan sederhana perihal tanaman yang memudahkan kita bersepakat bahwa tanaman memiliki kecerdasan tinggi layaknya manusia. Yah, tumbuhan itu cerdas!

Tony Trewavas, seorang Profesor emeritus di University of Edinburgh menekankan betapa tanaman dapat disebut makhluk cerdas. Alasannya, tanaman memiliki saya dalam merespons rangsangan, dengan cara yang meningkatkan peluang mereka untuk bertahan hidup.

“Semua kehidupan itu cerdas karena jika tidak, mereka tidak akan ada di sini” jelas Trewavas. Ia ingin menegaskan sekali lagi bahwa kemampuan tumbuhan beradaptasi dan bertahan hidup adalah sebentuk kecerdasan yang luar biasa. Trewavas mencontohkan hal misterius lainnya bagaimana tanaman membunuh sepetak dedaunnya sendiri demi menyudahi penetasan telur ulat—pemandangan ini dianggapnya sebagai pola komunikasi antar spesies.

KLIK INI:  Aksi Teatrikal Buang Sampah di Balai Kota Tasikmalaya, Inikah Puncak Kemarahan?

Memuliakan tanaman

Kisah-kisah yang umum sering didengar adalah eksperimen menuturkan doa-doa pada tanaman. Eksperimen ini sangat awam dilakukan oleh orang-orang yang mencoba memuliakan tanaman. Terbukti, tanaman yang didoakan memiliki pertumbuhan lebih baik.

Demikian pula, eksperimen sederhana perihal tanaman intens diperdengarkan musik-musik romantis. Tanaman tersebut memiliki daya tahan terhadap hama dan gangguan fisik serta pertumbuhan daun yang lebih baik.

Apapun itu, memang sulit membangun kesimpulan utuh bahwa tanaman dapat diajak berbicara. Teka-teki perihal ini belum sepenuhnya terjawab meski banyak penelitian menemukan sekelumit bukti. Faktanya, banyak pihak tetap saja skeptis bahwa tumbuhan dapat merespons Bahasa manusia. Satu diantaranya adalah David Robinson dari Universitas Heidelberg di Jerman. David cenderung bersepakat bahwa kecerdasan merespons komunikasi manusia hanyalah spesies hewan.

Tumbuhan tidak mempunyai mesin berpikir, kata Robinson. Ia tidak menampik bahwa tanaman berpotensi memberi kejutan, namun ia tidak sepakat membandingkan kemampuan komunikatif tumbuhan dengan manusia. Pendeknya, ia menolak kesimpulan bahwa tanaman bisa dikawani berbincang.

Robonson lebih percaya bahwa upaya manusia berkomunikasi dengan tanaman hanyalah suatu bentuk memanusiakan dan memuliakan tanaman. “Lebih pada membuatnya seperti diri kita sendiri,” tegasnya.

Akan ada banyak argumentasi berbeda-beda perihal pertanyaan Bagaimana Tanaman Mendengarkan Kita? Apapun itu, tanaman perlu dimuliakan. Ini poin kunci. Dua hal yang sederhana menjadi alasan, satu: tanaman adalah bagian penting dalam kehidupan—kedua: tanaman memberi kebaikan lebih dari apa yang dibayangkan manusia.

Pegiat literasi lingkungan dan penerima Kalpataru dari Sulawesi Selatan, Dermawan Denassa termasuk yang mengkampanyekan pentingnya memuliakan tanaman. Ia mencontohkan cara menunjuk tanaman dengan menggunakan jempol. Ini simbol memuliakan tanaman layaknya menunjuk pada sesama manusia.

Teruslah bercakap dengan tanaman sebagai bentuk adanya cinta kasih padanya. Menempatkan tanaman sebagai piranti bumi yang setara dengan manusia. Ada berjuta misteri yang dapat digali dari tanaman. Satu hal pastinya bahwa dalam keheningan tanpa pamrih, tanaman memberikan kebaikan tak bertepi untuk semesta. Sembari melewatkan kisah-kisah sederhana perihal perlakuan memuliakan tanaman, teruslah berbisik pada tanaman—mereka boleh jadi adalah (holding space) berbagi cerita, pendengar terbaik bahkan penjaga rahasia paling amanah.

KLIK INI:  Kekurangan Serangga Penyerbuk, Kopi dan Kakao Bisa Jadi Tinggal Kenangan