Kekurangan Serangga Penyerbuk, Kopi dan Kakao Bisa Jadi Tinggal Kenangan

oleh -66 kali dilihat
Bagaimana Hubungan dan Interaksi Antara Serangga dengan Tumbuhan
Ilustrasi serangga - Foto/Pixabay

Klikhijau.com – Ketika dunia terancam kehilangan serangga penyerbuk. Secara tidak langsung akan jadi “kiamat” bagi beberapa jenis tanaman. Khususnya yang menggantungkan hidupnya pada serangga penyerbuk.

Hal tersebut bukan tanpa bukti, tapi akan benar-benar nyata. Sebuah temuan studi baru membuktikannya.

Studi baru tersebut dipimpin oleh para peneliti dari University College London (UCL) dan Natural History Museum.

Para peneliti menemukan bahwa hilangnya serangga penyerbuk menyebabkan beberapa tanaman tropis paling populer di dunia bisa saja tinggal kenangan alias terancam punah, seperti kopi, kakao, mangga , dan semangka.

KLIK INI:  Anak Indonesia Tempati Posisi ke-46 Berisiko Tinggi Dampak Krisis Iklim

Hasil studi tersebut memperlihatkan tren yang memprihatinkan karena adanya gabungan tekanan perubahan iklim dan aktivitas pertanian. Hal itu jadi bagian kunci yang telah menyebabkan penurunan substansial, baik dalam kelimpahan maupun kekayaan serangga penyerbuk.

Studi yang diterbitkan  Science Advances itu mengumpulkan data dari 1.507 lokasi penanaman tanaman di seluruh dunia dan mengkatalogkan 3.080 spesies serangga penyerbuk.

Tim peneliti mengamati bagaimana perubahan iklim dan modifikasi penggunaan lahan telah menyebabkan dampak serius terhadap penyerbukan tanaman di seluruh dunia.

Perlu diingat bahwa tiga perempat tanaman di bumi sampai batas tertentu bergantung pada penyerbukan hewan atau serangga.

Karena itu, para peneliti menciptakan model untuk mengeksplorasi tanaman mana yang paling berisiko hingga tahun 2050. Mereka berharap temuan mereka dapat menjadi bahan pemanasan bagi komunitas pertanian dan konservasi.

KLIK INI:  Melihat Dampak Baik dari Kenaikan Permukaan Air Laut Menurut Studi

Penulis utama Dr Joe Millard mengatakan penelitian mereka menunjukkan bahwa daerah tropis kemungkinan besar paling berisiko ketika bencana ini terjadi. Itu berdampak pada produksi tanaman akibat hilangnya penyerbuk, terutama akibat interaksi perubahan iklim dan penggunaan lahan.

Walaupun risiko lokal paling tinggi terjadi di kawasan seperti Afrika Sub-Sahara, Amerika Selatan bagian utara, dan Asia Tenggara, dampaknya meluas secara global melalui perdagangan tanaman yang bergantung pada penyerbukan

“Daerah tropis diperkirakan akan mengalami risiko terbesar terhadap produksi tanaman akibat hilangnya penyerbuk. Risiko terlokalisasi memiliki tingkat tertinggi dan diperkirakan akan meningkat paling cepat, di wilayah Afrika sub-Sahara, Amerika Selatan bagian utara, dan Asia Tenggara. Akibat hilangnya penyerbuk saja, perubahan iklim dan penggunaan lahan pertanian dapat menimbulkan risiko bagi kesejahteraan manusia,” katanya dikutip dari Ecowatch.

KLIK INI:  Saatnya Bergerak Bersama Kelola Sampah Organik Jadi Kompos

Sedangkan penulis senior Dr. Tim Newbold dari Pusat Penelitian Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan UCL, UCL Biosciences mengatakan, perubahan iklim menimbulkan ancaman besar tidak hanya terhadap lingkungan alam dan keanekaragaman hayati. Namun, juga kesejahteraan manusia, karena hilangnya penyerbuk dapat mengancam mata pencaharian masyarakat di seluruh dunia yang bergantung pada tanaman yang bergantung pada penyerbukan hewan.

“Temuan kami menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk mengambil tindakan global untuk memitigasi perubahan iklim. Di samping upaya untuk memperlambat perubahan penggunaan lahan dan melindungi habitat alami untuk menghindari kerusakan akibat serangga penyerbuk,” terangnya dinukil dari Newswise.

Studi tersebut mengidentifikasi daerah tropis dan tanaman yang ditanam di sana sebagai wilayah yang sangat rentan terhadap hubungan antara penggunaan lahan dan perubahan iklim. Pengurangan hasil panen ini dapat meningkatkan ketidakamanan pendapatan bagi jutaan petani skala kecil di kawasan itu.

“Seiring dengan menurunnya populasi serangga karena ketidakmampuan mereka untuk mengatasi dampak interaksi perubahan iklim dan penggunaan lahan, maka tanaman yang bergantung pada serangga sebagai penyerbuk juga akan mengalami penurunan. Dalam beberapa kasus, tanaman ini dapat diserbuki dengan tangan, namun hal ini memerlukan lebih banyak tenaga kerja dan biaya,” kata Millard.

KLIK INI:  Indonesia-Norwegia Bahas Implementasi Pendanaan Tahap ke-4 Atas Kerjasama Kedua Kegara
Solusi yang mesti dilakukan

Menurut Millard ada solusi untuk membantu mengatasi hal tersebut, di antaranya menanam petak habitat penyerbuk alami di antara dan sekitar lahan pertanian merupakan salah satu cara untuk menyediakan perlindungan iklim mikro yang sesuai bagi serangga.

Hal lain yang bisa dilakukan menurut Natural History Museum adalah ada kemungkinan untuk membiakkan varietas tanaman ini yang dapat berkembang biak tanpa penyerbuk, seperti yang telah terlihat pada beberapa tanaman.

KLIK INI:  Dana Desa Bisa Digunakan untuk Program Penurunan Emisi, Begini Caranya

Solusi teknologi lainnya, seperti penyerbukan dengan tangan atau cara buatan, sudah digunakan dalam skala besar untuk beberapa tanaman seperti vanili. Untuk menahan penurunan jumlah penyerbuk, hal ini mungkin lebih umum terjadi pada tanaman seperti kakao, namun hal ini akan meningkatkan biaya produksi.

Sedangkan  Newbold menegaskan bahwa perlu adanya tindakan global untuk memitigasi perubahan iklim. Di samping upaya untuk memperlambat perubahan penggunaan lahan dan melindungi habitat alami untuk menghindari kerusakan pada serangga penyerbuk.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan memulihkan dan melestarikan habitat mereka sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca untuk membatasi dampak perubahan iklim yang paling ekstrim.

KLIK INI:  Cuaca Panas Terik Akan Sampai Kapan? Ini Prediksi BMKG!