Saatnya Bergerak Bersama Kelola Sampah Organik Jadi Kompos

oleh -181 kali dilihat
Sumber: Alamtani.com, Jurnal Produksi Tanaman (2016), youtubel channe Lostpacker
Warga mengolah sampah organik menjadi kompos dan hasilnya bisa dijual/Foto-republika

Klikhijau.com – Penuntasan masalah sampah bukan hal yang mudah. Banyak sampah yang terbuang percuma, termasuk sampah organik.

Padahal sampah jenis ini bisa dijadikan kompos, sehingga memiliki segudang manfaat bagi manusia dan tanaman.

Karena itu, salah satu cara mengurangi tumpukan sampah organik adalah melalui composting atau membuat kompos. Hal ini merupakan aktualisasi paradigma baru dalam pendekatan penanganan persampahan.

Membuat pupuk kompos sangat penting karena kompos dapat menyuburkan tanah. Tidak hanya itu, juga dapat menambah  kandungan organic matter pada tanah  soil. Kompos juga akan meningkatkan water holding capacity butir-butir tanah yang berguna bagi  kesuburan tanah melalui perbaikan  tekstur dan struktur tanah.

KLIK INI:  Joss! Kolaborasi Penanganan Sampah di Kelurahan Sambung Jawa Makassar Kian Apik

Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Siti Nurbaya, kompos telah dikenal masyarakat selama puluhan tahun dan dipakai secara konvensional di berbagai tempat, baik  di desa atau di kota. Kompos dijadikan pupuk organik.

Kandungan humus menandakan tanah yang sangat subur karena terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat, sebagai sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mengalami perombakan oleh orgnasime dalam tanah, stabil dan berwarna coklat kehitaman.

Sebagai gambaran, lapukan kurang lebih selama 100 tahun akan membentuk lapisan atas tanah atau top soil kira-kira setebal 1 cm, atau kadang disebut juga sebagai  humus. Dalam tekstur tanah, pengendapan lapukan tersebut membentuk silty yang sangat subur.

KLIK INI:  Yuk Ramaikan, Ini 15 Link Twibbon Hari Peduli Sampah Nasional 2023!
Upaya mengatasi sampah organik

Jenis sampah yang bisa dijadkan kompos adalah sampah  bekas makanan, sayuran, daun, kayu dan sebagainya. Ini dapat dimanfaatkan menjadi pupuk bagi tanaman.

Dalam mengatasi masalah masalah sampah organik itu, KLKH menyelenggarakan “Gerakan Nasional Compost Day, Kompos Satu Negeri”. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2023. Temanya “Tuntas Kelola Sampah untuk Kesejahteraan Masyarakat”.

Kegiatan tersebut dipusatkan di Lapangan Banteng, Jakarta, Senin 26 Februari 2023 yang dibuka oleh Menteri LHK, Siti Nurbaya.

Gerakan membuat kompos ini pun dilakukan serentak bersama-sama dengan masyarakat di beberapa daerah.

Tujuan kegiatan tersebut untuk mengubah pola pikir/mindset kita semua dalam mengelola sampah, khususnya sampah organik yang berasal dari sisa makanan.

KLIK INI:  Pemerintah Rampungkan Perpres tentang Percepatan Pengelolaan Perhutanan Sosial

Menteri Siti pada kesempatan ini menyampaikan bahwa, kegiatan ini menjadi penting dalam upaya menyelesaikan masalah persampahan secara tuntas sesuai dengan tema HPSN 2023.

“Metode kompos dapat membuat sampah menjadi berkah, atau dengan kata lain menjadikan sampah sebagai bahan bernilai ekonomi secara langsung maupun tidak langsung, atau dapat disebut sebagai bagian dalam pendekatan ekonomi sirkuler,” ungkap Menteri Siti.

Menteri Siti mengharapkan seluruh masyarakat di Indonesia dapat memilah dan mengolah sampah organik yang berasal dari rumah tangga secara mandiri.

Jika seluruh masyarakat Indonesia melakukan pengomposan sampah organik sisa makanan setiap tahunnya secara mandiri di rumah, maka 10,92 Juta ton sampah organik tidak dibawa ke TPA, dan dapat menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 6,834 juta ton CO2eq.

“Kompos itu mudah dan bermanfaat, jangan takut untuk mulai mengompos, karena mengompos itu tidak sulit dan hanya memerlukan kemauan untuk mencoba,” pesan Menteri Siti.

KLIK INI:  Sampah, Sumber Daya Baru Terbarukan

Berdasarkan data dari daerah yang dihimpun oleh KLHK tahun 2022, jumlah timbulan sampah di Indonesia sebesar 68,7 juta ton/tahun dengan komposisi sampah didominasi oleh sampah organik, khususnya sampah sisa makanan yang mencapai 41,27%.

Kurang lebih 38,28% dari sampah tersebut bersumber dari rumah tangga. Selain itu, sampah organik juga merupakan kontributor terbesar dalam menghasilkan emisi  gas  rumah kaca  jika tidak terkelola dengan baik. Berdasarkan data KLHK Tahun 2022 juga bahwa  sebanyak 65,83% sampah di Indonesia masih diangkut dan dibuang ke landfill.

Sampah organik sisa makanan yang ditimbun di landfill tersebut akan menghasilkan emisi gas metana (CH4) yang memiliki kekuatan lebih besar dalam memerangkap panas di atmosfer dibandingkan karbon dioksida (CO2).

Kondisi tersebut mempertegas bahwa pengelolaan sampah organik, khususnya sampah sisa makanan adalah penting dan perlu menjadi perhatian utama.Dalam upaya mencapai target Zero Waste sudah saatnya sekarang kita meninggalkan pendekatan atau cara kerja lama kumpul-angkut-buang yang menitikberatkan pengelolaan sampah di TPA.

KLIK INI:  10 Fakta Menarik dari Karbon Biru

Penimbunan sampah di landfill, terutama jika dikelola secara open dumping dapat menimbulkan permasalahan lingkungan, kesehatan, dan berkontribusi besar dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca yang dapat memberikan efek global perubahan iklim.

Dalam rangka pelaksanaan rencana aksi untuk mencapai target nasional penurunan emisi gas rumah kaca, peran dan posisi HPSN 2023 menjadi sangat strategis untuk memperkuat posisi sektor pengelolaan sampah sebagai pendorong pengendalian perubahan iklim. Secara sederhana, HPSN 2023 menjadi babak baru pengelolaan sampah di Indonesia menuju Zero Waste Zero Emission Indonesia.

Sebagai bentuk komitmen kepada dunia dalam pengendalian perubahan iklim, Pemerintah Indonesia telah menyampaikan dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution pada tanggal 23 September 2022 yang meliputi target penurunan emisi gas rumah kaca pada sektor limbah di tahun 2030 Indonesia yaitu penurunan tingkat emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 40 Mton CO2eq dengan upaya sendiri (CM1) dan 43,5 Mton CO2eq dengan dukungan internasional (CM2). Sebagai bagian dari upaya mencapai target tersebut, KLHK telah menyusun rencana aksi pencapaian Zero Waste Zero Emission dari subsektor sampah.

KLIK INI:  Selamat, Rancangan Resolusi Pengelolaan Danau Berkelanjutan Gol di PBB
5 rencana KLHK

Sebagai bagian dari upaya mencapai target tersebut, KLHK telah menyusun rencana aksi pencapaian Zero Waste Zero Emission dari subsektor sampah, meliputi:

  •  Peningkatan pengelolaan seluruh TPA di Indonesia untuk  mengimplementasikan metode pengelolaan controlled/sanitary landfill dengan pemanfaatan gas metan pada tahun 2025;
  • Tidak ada lagi pembangunan TPA baru mulai tahun 2030 dengan penggunaan TPA eksisting akan dilanjutkan hingga masa operasionalnya berakhir serta landfill mining sudah mulai dilakukan;
  •  Tidak ada pembakaran liar mulai tahun 2031
  • Optimalisasi fasilitas pengelolaan sampah seperti PLTSa, RDF, SRF, biodigester, dan maggot atau black soldier flies  untuk sampah biomass dan diharapkan tahun 2040 operasional TPA diperuntukkan khusus sebagai tempat pembuangan sampah residu; dan
  • Penguatan kegiatan pemilahan sampah di sumber dan pemanfaatan sampah sebagai bahan baku daur ulang.

Dengan prinsip kerja Zero Waste, Zero Emission Indonesia, pengelolaan sampah di Indonesia telah bergeser ke hulu dengan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat. Tujuan kegiatan “Compost Day – Kompos Satu Negeri”. (*)

KLIK INI:  Mengintip Aturan dan Cara Membuang Sampah di Jepang