Anak Indonesia Tempati Posisi ke-46 Berisiko Tinggi Dampak Krisis Iklim

oleh -151 kali dilihat
GreenFaith Bangun Kesadaran Komunitas Agama, Beraksi untuk Keadilan Iklim
Ilustrasi aksi anak-anak muda suarakan dampak perubahan iklim - Foto/Unsplash

Klikhijau.com – Pada bulan Agustus 2021, United Nations Children’s Fund (UNICEF) merilis laporan bertajuk The Climate Crisis is a Child Rights Crisis; Introducing The Children’S Climate Risk index.

Laporan ini merupakan laporan global pertama yang menyuguhkan analisis risiko dan dampak krisis iklim secara komprehensif dari perspektif anak-anak,

Laporan ini Menyusun peringkat negara-negara yang riskan terkena dampak krisis iklim dan lingkungan hidup seperti badai dan gelombang panas.

Selain itu, bagaimana tingkat kerentanan mereka terhadap kondisi tersebut berdasarkan didapatkannya akses terhadap layanan esensial, seperti ancaman pada kesehatan, Pendidikan, dna perlindungan anak.

Laporan UNICEF yang bekerja sama dengan Fridays for Future ini mengemukakan bahwa sekira 1 miliar anak atau nyaris separoh dari total anak di seluruh dunia (2,2 miliar) hidup di salah satu dari 33 negara yang berisiko sangat tinggi merasakan dampak krisis iklim.

Angka ini tentu saja dinamis, bahkan senyatanya sangat memungkinkan terus bertambah jika laju krisis iklim dunia semakin cepat.

Pasalnya, Anak Indonesia, dalam laporan ini berada di posisi ke-46, menjadi salah satu negara yang berisiko tinggi (high risk). Untuk Indonesia, anak-anak sangat rentan terkena penyakit tular vektor, polusi udara, dan rob.

Temuan CCRI

Adapun temuan Children’s Climate Risk Index (CCRI) sebagai berikut:

  • I miliar anak mengalami keterpaparan tinggi terhadap pencemaran udara dengan kadar rerata pertahun >35µg/m3.
  • 920 juta anak mengalami kelangkaan air dengan tingkat keterpaparan tinggi.
  • 820 juta anak mengalami gelombang panas dengan tingkat keterpaparan tinggi.
  • 815 juta anak mengalami keterpaparan tinggi terhadap pencemaran timbal.
  • 600 juta anak mengalami keterpaparan tinggi terhadap penyakit tular vektor.
  • 400 juta anak mengalami keterpaparan tinggi terhadap siklon.
  • 330 juta anak mengalami keterpaparan yang tinggi terhadap banjir sungai.
  • 240 juta aanak mengalami tingkat keterpaparan tinggi terhadap banjir rob.

Sementara itu, laporan ini juga menunjukkan adanya korelasi terbalik antara wilayah penghasil emisi karbon dengan wilayah tempat beradanya anak-anak yang rentan mengalami dampak krisis iklim. 33 negara yang berkategori very high risk hanya menyumbang 9% emisi karbon dioksida dunia.

Hal ini berlaku sebaliknya justru 10 negara penghasil emisi terbanyak (nyaris 70% emisi global), ternyata hanya satu negara yang masuk kategori very high risk.

Berdaarkan Carbon Dioxide Information Analysis Center, Environmental Sciences Division, Oak Ridge National Laboratory, Tennessee, Amerika Serikat, Indonesia pun juga termasuk musti bertanggung jawab atas kontribusi emisi global yang semakin besar karena masuk di daftar 20 negara pengasil CO2 terbesar dunia.

Tantangan mengalami krisis iklim semakin berat, apalagi juga dipersulit dengan adanya pandemi Covid-19. Anak-anak, dengan beratnya harus menanggung dampak krisis iklim yang sedemikian rupa.

Tanpa bertindak sekarang, bisa jadi situasi ke depan akan semakin buruk, sungguh semakin buruk, dan lagi-lagi, anak-anak akan terus menerus menjadi pihak yang paling terdampak krisis iklim.

*Tulisan ini disarikan dari laporan UNICEF Agustus 2021 yang bisa diunduh di >> The Climate Crisis is a Child Rights Crisis; Introducing The Children’S Climate Risk index.