Meski Meresahkan, Kutu Air  Berpotensi Atasi Krisis Air Global

oleh -400 kali dilihat
Kutu air-foto/carabudidaya

Klikhijau.com – Kutu air atau Daphnia.sp   mungkin banyak orang yang menghindarinya. Karena meski ukurannya kecil, hanya sekitar 0.2–6.0 mm. Namun, dapat berdampak buruk bagi kesehatan kulit.

Sahabat hijau tentu tidak asing dengan penyakit kutu air atau tinea pedis. Penyakit ini umumnya menyerang kaki, khususnya bagian jarinya.

Jika terkena kutu air, rasa gatal akan menyerang. Dan kita akan menggaruknya. Saat itulah bagian tubuh yang terkena akan memerah, lalu meluka.

Saat terserang kutu air, maka gejala yang ditimbulkan berupa ruam bersisik yang biasanya menyebabkan gatal, rasa menyengat, dan rasa terbakar. Penderita kutu air dapat memiliki kulit lembap dan kasar di antara jari-jari kakinya.

KLIK INI:  Melawan El Nino dengan Pepohonan

Kutu air adalah dermatofitosis yang paling sering terjadi di dunia yaitu penyakit kutu air  atau tinea pedis. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit kulit dengan prevalensi sekitar 10%-15% dari populasi dunia. Prevalensi Tinea pedis dapat meningkat pada seseorang dengan lingkungan kerja yang kotor, basah dan lembab seperti petani sawah, (Harwati, 2021)

Siregar, (2002) mengatakan kejadian penyakit ini akan meningkat pada daerah yang memiliki iklim tropis, memiliki kelembaban yang tinggi, dan memakai sepatu oklusif sehingga menyebabkan pertumbuhan jamur meningkat. Di Amerika, tinea pedis merupakan penyakit kulit kedua terbanyak setelah Acne vulgaris.

Penyakit ini sering menyerang orang dewasa usia 20-50 tahun yang berkerja di tempat basah seperti tukang cuci mobil dan motor, petani, pemungut sampah, atau orang yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup (Soekandar, 2001).

KLIK INI:  Dilema Penggunaan Ganja sebagai Obat Medis?

Soekandar dalam Kurniawati, (2006) mengatakan, tinea pedis mayoritas pada seseorang dengan perawatan kaki sehari hari, menggunakan sepatu dalam waktu lama, kebiasaan tidak memakai alas kaki, dan pecahnya kulit karena mekanisme.

Parahnya riwayat medis yang berisiko tinggi untuk terkena tinea pedis seperti kekebalan tubuh, tekanan, diabetes mellitus, atau penyakit pembuluh darah perifer juga dapat (Havlickova, et al,. 2008).

KLIK INI:  Memanen Pesan Inspiratif dari Pohon, dari Tokoh Dunia
Manfaat tak terduga

Meski begitu, kutu air memiliki manfaat yang besar. Khususnya bagi ikan. Karena kutu air adalah pakan alami. Tidak heran jika kutu air menjadi pilihan bagi peternak ikan, khususnya ikan hias

Manfaat lain yang tidak terduga dari kutu air, sebagaimana dilansir dari Earth. Ada  sebuah studi baru yang menemukan jika kutu air dapat menjadi solusi potensial terhadap krisis air global.

Dunia saat ini sedang menghadapi krisis air yang parah, yang disebabkan oleh urbanisasi yang pesat, pertumbuhan populasi yang meningkat, praktik produksi pangan yang tidak sehat, dan perubahan iklim.

Oleh karena itu, pengelolaan air yang berkelanjutan sangat diperlukan demi kesejahteraan masyarakat, perekonomian, dan lingkungan.

Namun, salah satu tantangan besar dalam pengelolaan air limbah adalah ketidakmampuan untuk secara efektif menghilangkan polutan kimia yang persisten dari proses rumah tangga dan industri.

Penelitian tersebut menjadi kabar baik, sebab kutu air  mungkin menjadi kunci untuk membersihkan polutan kimia yang persisten dari air limbah, sehingga lebih aman untuk keperluan industri, pertanian, dan rumah tangga.

KLIK INI:  Kulit Terasa Gatal dan Berair? Mungkin Ini Penyebabnya!

“Teknologi baru yang terinspirasi dari alam ini memberikan proses yang berpotensi revolusioner untuk menghilangkan polutan kimia yang persisten dari air limbah secara berkelanjutan,” kata penulis utama studi, Muhammad Abdullahi dari Universitas Birmingham. “Dengan mencegah pembuangan bahan kimia ini, kita dapat melindungi lingkungan dan keanekaragaman hayati kita.”

Dalam studi di Birmingham, para peneliti telah menemukan cara memanfaatkan kutu air untuk menghilangkan obat-obatan, pestisida, dan bahan kimia industri dari air limbah tanpa menghasilkan produk sampingan berbahaya yang terkait dengan teknologi masa kini.

“Pemahaman kami yang mendalam tentang biologi kutu air memungkinkan kami memelopori teknologi pengolahan air limbah tersier yang terinspirasi dari alam. Hal ini menyaring limbah air limbah kota dan menjaga kesehatan ekologi sungai kita,” kata penulis senior studi, Profesor Luisa Orsini dinukil dari Earth.

“Kemampuan kutu air yang luar biasa untuk tetap tidak aktif selama berabad-abad memungkinkan para ilmuwan untuk menghidupkan kembali populasi yang tidak aktif yang telah mengalami berbagai tekanan polusi dalam sejarah. Dengan memanfaatkan sifat ini, para peneliti mencari strain dengan toleransi beragam terhadap polutan kimia, lalu menggabungkannya ke dalam teknologi.”

KLIK INI:  Anda Mudah Diserang Penyakit Kulit? Ini Jenis dan Penyebabnya!
Menghidupkan kembali

Cara yang dilakukan adalah dengan  menggunakan teknologi khusus, tim ini berhasil mengintegrasikan populasi kutu air ke dalam instalasi pengolahan air limbah.

Keunikannya terletak pada pemilihan strain  dengan “menghidupkan kembali” kutu air dari lingkungan masa lalu, para ahli telah mengidentifikasi strain yang secara historis tahan terhadap tekanan polusi yang berbeda-beda.

Studi ini mengungkapkan efisiensi empat strain kutu air yang berbeda dalam menghilangkan berbagai polutan, seperti diklofenak, atrazin, arsenik, dan PFOS (bahan kimia industri).

“Teknologi kami dapat meningkatkan kualitas limbah air limbah – memenuhi persyaratan peraturan saat ini dan yang akan datang untuk menghasilkan air yang dapat digunakan kembali yang cocok untuk irigasi, aplikasi industri, dan penggunaan rumah tangga,” kata rekan penulis studi, Dr. Mohamed Abdallah.

“Dengan mencegah masuknya bahan kimia yang membandel ke saluran air, kita juga dapat mencegah pencemaran lingkungan,” tegas Dr. Mohamed Abdallah dikutip dari Earth.

KLIK INI:  Mengurai Fakta Penting dari Polusi Plastik