Berang-berang, Pemicu Konflik yang Memiliki Manfaat Ekologi Tersembunyi

oleh -1,421 kali dilihat
Berang-berang, Pemicu Konflik yang Memiliki Manfaat Ekologi Tersembunyi
Berang-berang-foto/Pixabay

Klikhijau.com – Berang-berang memiliki peran istimewa bagi lingkungan. Ia dikenal sebagai salah satu indikator lingkungan perairan yang sehat. Artinya di mana ada berang-berang, maka sudah dapat dipastikan lingkungan tersebut dalam keadaan baik-baik saja.

Mamalia karnivora ini tergolong ke dalam subfamili Lutrinae yang hidup di daerah lahan basah, khususnya di aliran sungai dan juga pinggir pantai.

Meski begitu satwa ordo Carnivora terkadang pula ditemukan hidup di sekitar danau, rawa-rawa, hutan mangrove, parit, hutan dataran rendah basah, hingga areal persawahan.

Berang-berang yang hidup di daerah pesisir membutuhkan air tawar untuk membersihkan  garam dari tubuh, dan mereka juga butuh pinggiran yang bervegetasi, karena mereka butuh tempat untuk lari atau bersembunyi.

KLIK INI:  Orangutan di Kalimantan Barat Masih Terancam oleh Degradasi Lahan

Perlu diingat,  semua berang-berang memiliki ekor yang kuat, tungkai yang pendek, dan sungut yang sensitif yang terdapat di sekitar moncong. Keberadaan sungut itu untuk membantunya dalam mendeteksi hewan mangsa.

Di dunia ini ada 13 spesies berang-berang. Meski berbeda spesies, morfologi tubuh mereka hampir sama. Mereka tersebar di Benua Eropa, Asia, Amerika, hingga Benua Afrika. Menariknya, berang-berang bisa satwa endemik di mana mereka hidup.

Di antara 13 spesies tersebut, empat di antaranya ada di Indonesia, yakni Berang-berang utara (Lutra lutra), Berang-berang bulu licin (Lutrogale perspicillata), Berang-berang cakar kecil (Aonyx cinerea) dan Berang-berang hidung berbulu (Lutra sumatrana).

Secara umum tubuh binatang semi akuistik ini tertutupi oleh rambut  lebat yang terbagi menjadi dua lapisan. Rambut ini berfungsi sebagai alat untuk melindungi diri dari musuh.

Berang-berang termasuk ke dalam pemangsa puncak. Ia berada di rantai makanan paling atas, dan sangat terpengaruh terhadap faktor lingkungannya (Foster-Turley and Santiapillai, 1990).

KLIK INI:  2 Jenis Burung Elang Kembali Terbang Bebas di Dua Provinsi
Memiliki hubungan dengan masyarakat

Kehidupan masyarakat dan berang-berang memiliki ikatan yang “erat”.  Hanya saja hubungan itu kurang harmonis karena peranannya  berupa konflik, pemanfaatan, mitos, dan cerita

Gudger, (1927) menuturkan bahwa penggunaan berang-berang sebagai hewan yang membantu untuk menangkap ikan telah digunakan sejak zaman dulu di Asia dan Eropa. Sedangkan menurut Feeroz et al., (2011) aktivitas ini masih berlangsung di Bangladesh

Sementara di negeri Matahari Terbit, Jepang, satwa dari famili Mustelidae telah menjadi cerita rakyat (Yanagita, 1986). Berang-berang juga menjadi salah satu bentuk inspirasi sebagai monster dan siluman (Ando et al., 2007).

Bagaimana posisi berang-berang di Indonesia? Masyarakat Sumatera Barat menganggapnya dapat menyerang kolam ikan dengan cara bergerombol dengan jumlah sampai 20 ekor. Hewan ini punya kemampuan untuk mendeteksi keberadaan ikan melalui bau di air. Masyarakat mempercayai bahwa berang-berang menangkap ikan dengan cara bekerjasama (Aadrean dan Muhammad Yunis, 2015).

KLIK INI:  Kronologis Singkat Penangkapan Pelaku Perdagangan Satwa Dilindungi di Kalimantan

Sementara untuk pertanian, satwa dari genus Aonyx dikenal salah satu hama di sawah. Ia dapat merusak dan mematahkan rumpun padi.

Perusakan rumpun padi itu diiringi dengan mitos oleh sebagian masyarakat, bahwa rumpun padi dirusak satwa dari filum Chordata  karena beberapa pantangan yang dilanggar.

Masyarakat Sumatera Barat juga  percayai berang-berang memiliki batu mustika. Siapa pun yang memilikinya akan mendapatkan kekuatan seperti kekuatan berang-berang yang mampu berenang dengan hebat serta bisa menahan napas di dalam air dalam waktu lama.

Dapat memperbaiki aliran air

Berang-berang menurut para ilmuwan memiliki peran tak terduga, yakni yakni dapat membantu melawan polusi aliran yang diperburuk oleh perubahan iklim.

KLIK INI:  Kebun Binatang Surabaya Berhasil Tetaskan 74 Telur Komodo

“Saat kita semakin kering dan hangat di daerah aliran sungai pegunungan di Amerika Barat, itu akan menyebabkan penurunan kualitas air,” kata Scott Fendorf, seorang profesor ilmu sistem Bumi di Universitas Stanford.

Fendorf menambahkan, bahwa  tanpa sepengetahuan sebelum penelitian yang dilakukannya, pengaruh besar aktivitas berang-berang terhadap kualitas air adalah kontra positif terhadap perubahan iklim.

Pada tahun 2018 Christian Dewey, yang saat itu menjadi mahasiswa PhD di laboratorium Fendorf, melacak dinamika aliran dan kimia di East River, anak sungai Colorado River, saat melewati dekat kota pegunungan Colorado, Crested Butte.

Dewey menggunakan sensor untuk melacak ketinggian air di sungai dan di sekitar tanah lembab dan saluran samping yang dikenal sebagai zona riparian.

Dia juga mengumpulkan sampel air untuk memantau kadar bahan kimia seperti nitrogen, pupuk ampuh yang dapat memicu pertumbuhan alga yang menurunkan kadar oksigen di dalam air.

KLIK INI:  Manfaat Istimewa di Balik Hobi Mengamati Burung di Alam Bebas

Sepanjang tahun, berang-berang yang rajin membangun bendungan di seberang sungai dalam bentangan yang dipantau oleh Dewey.

Sementara bendungan itu dihancurkan beberapa bulan kemudian, bendungan itu bertahan cukup lama sehingga memberikan kemungkinan untuk menjelaskan bagaimana kondisi sungai bervariasi dengan dan tanpa berang-berang.

“Pembangunan bendungan berang-berang ini memberi kami kesempatan untuk menjalankan eksperimen alam yang hebat,” kata Dewey, yang sekarang menjadi peneliti pascadoktoral di Oregon State University.

Selama penelitian, kehadiran berang-berang menonjol karena pengaruhnya terhadap seberapa banyak air sungai yang meresap ke tanah di sekitarnya.

Saat bendungan berang-berang memblokir sungai, hal itu menaikkan permukaan air ke hulu. Perbedaan ketinggian air yang mencolok di kedua sisi bendungan. Menghasilkan tekanan air yang menyebabkan lebih banyak uap air meresap ke dalam zona riparian.

KLIK INI:  Balai Litbang LHK Produksi Parfum Tanpa Alkohol
Penyebab kepunahan

Satwa Bernama ilmiah Aonyx cinereus telah masuk ke zona rentan oleh International Union for Conservartion of Nature (IUCN).

Meski status kelangkaannya tidak dapat didefinisikan secara umum, karena setiap spesies mempunyai jumlah populasi berbeda-beda.

Ada beragam faktor yang menyebabkan berang-berang terancam punah, di antaranya:

  • Perusakan habitat

Habitat alami satwa ini adalah lahan basah. Sementara telah banyak lahan basah yang rusak karena penggunaan lahan, semisal perkebunan sawit di daerah rawa, pemukiman,  waduk dan saluran irigasi yang dibeton, juga pertambangan pasir dan emas yang merusak ekosistem sungai.

KLIK INI:  Burung Madu Sriganti, Si Arsitek Mungil yang Penting bagi Ekosistem
  • Berkurangnya sumber makanan

Sampah dan polusi di area perairan telah merampas ikan-ikan dan hewan mangsa lainnya. Ditambah lagi pemanenan ikan yang tak ramah lingkungan, semisal racun, dan sentrum  dapat mengurangi jumlah ikan.

  • Perburuan

Berang-berang sering diburu karena dianggap hama oleh petani ikan dan juga petani padi. Setiap  bertemu manusia, maka biasanya ia akan dibunuh

Berbagai macam bentuk perburuan, misalnya ditembak, menggunakan anjing buru, diasapi lubang sarangnya, dijerat dengan berbagai macam tipe jeratan, dan lain sebagainya.

Berang-berang juga diburu untuk perdagangan hewan peliharaan.

  • Polusi

Pestisida mempengaruhi fisiologi dan sumber makanan berang-berang, limbah serta tumpahan minyak.

  • Mati kecelakaan

Kematian ini disebabkan oleh terjerat pada perangkap belut dan kepiting, serta tertabrak di jalan raya.

KLIK INI:  Mengesankan, Ternyata Tumbuhan Bisa Tahu Siapa yang Memakannya

Dari beberapa sumber