Manggala Agni dari Sulawesi Menuju Bali-Tanggerang, Merah Putih tetap Berkibar

oleh -76 kali dilihat
Manggala Agni dari Sulawesi Menuju Bali-Tanggerang, Merah Putih tetap Berkibar
Pengalaman di medan Karhutla - Foto: Ist
Ishak Andi Kunna

Klikhijau.com – Perjalanan selalu terasa singkat. Kemarin, kita serupa sekumpulan serdadu perang di medan terbuka. Terpapar panas, mengurai tumpukan sampah. Penuh peluh, basah juga kotor, dekil berbau di Suwung Denpasar dan Rawa Kucing Tanggerang.

Perjalanan berawal dari menyeberangi tanah kelahiran Sulawesi, menuju tanah surgawi Bali. Disana, tumpukan sampah tanpa daya melawan gelombang panas El Nino. Gas-gas metan yang terpenjara, terus berontak mencari jalan keluar ke segala arah. Alhasil, mereka berhasil menuju puncak pelarian, menyebar tak terkendali.

Matahari dengan kuasanya seakan merestui pelarian itu. Ia semakin memanas, ditengah tiupan angin yang turut melepas metan ke langit. Lalu, entah kenapa, saat panas, udara dan metan ditumpukan sampah berkumpul, seketika memunculkan api. Serupa konspirasi, tujuan mereka berkumpul adalah melepas api untuk membakar Denpasar.

Masalah pun terjadi. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung di Denpasar terbakar membuat panik seisi kota. Puluhan armada pemadam diterjunkan, ribuan galon air laksana air hujan berusaha melawan amukan api.

Semalaman penuh, terjadi perang di medan terbuka. Api terdesak. Mereka lari. Sembunyi di lorong-lorong metan. Api tidak mau menyerah. Api merubah strategi, ia memanasi setiap celah kecil penjara metan. Penjara bawah sampah terus bergejolak.

ishak
Bertemu menteri LHK Siti Nurbaya – Foto: Ist
KLIK INI:  Defisit Narasi Lingkungan dalam Politik Lokal di Indonesia

Setiap celah metan makin terbuka. Metan dan api terus bersatu. Mengeluarkan kabut asap penuh racun.

Strategi ini berhasil. Kabut asap merepotkan seisi kota. Warga sekitar terdampak. Ada yg evakuasi hingga diungsikan. Kabut asap terus mengepul, mengotori udara Denpasar. Petinggi negeri berang, menyatakan perang.

Status tanggap darurat terbit. Segenap kekuatan dikerahkan. Kabar berita tersiar melaui kanal massa. Menjadi topik panas. Sama panasnya dengan El Nino. Mengurung Sulawesi hingga kering sampai ke pelosok kampung.

Di satu kampung Sulawesi bernama Parangloe Gowa, hidup sekelompok avatar pengendali lima unsur kehidupan. Api, air, angin, tanah dan kayu. Dalam keseharian, mereka membersamai lima inti sari kehidupan.

Di masa tiga bulan El Nino ini, unsur api terus menegaskan kuasanya yang nakal. Kayu menjadi korban kenakalan api. Kayu dari pohon, pohon dari hutan. Hutan adalah rumah, taman bermain para avatar. Api membakar rumah para avatar. Avatar bertindak.

Avatar itu bernama Manggala Agni. Sejak lahir dibekali teknik mengendalikan api agar tidak liar dan brutal. Manggala Agni  terlatih menangani kebakaran bawah tanah, permukaan tanah dan kebakaran di tajuk pohon.

KLIK INI:  Upaya Selamatkan Terumbu Karang Maluku Utara

Tahapan pengendalian kebakaran di awali dari proses pencegahan. Fase pencegahan melibatkan manusia sebagai pemicu kebakaran. Tanpa manusia, potensi terjadinya kebakaran hanya 1 persen oleh faktor alam. Sehingga, campur tangan manusia di angka 99 persen menempatkan manusia sebagai yang paling bertanggung jawab jika hutan rusak dan bumi menjadi tidak layak huni. Barangkali, bisa dikatakan begitu.

Di ruang ini, Manggala Agni hadir sebagai jenis manusia yang berbeda. Manusia yang menyiapkan waktu luang untuk berupaya mencegah terjadinya kebakaran hutan. Dan jika tetap terjadi kebakaran, maka waktu, pikiran, tenaga, semangat dan keberaniannya melebihi sebagian orang dalam melakukan penanganan atau pemadaman. Masih kurang banyak yang tahu tentang wujud dan rupa Manggala Agni. Bekerja dalam senyap, meski letih merintih dan tertatih-tatih.

Sepekan lewat 1 hari di TPA Suwung Denpasar. TPA Rawa Kucing Tanggerang terbakar. Hanya berjarak kurang lebih 2 kilometer dari Bandara Internasioal Soekarno Hatta. Kepulan asap menuju bandara. Asap pekat berdebu memenuhi ruas jalan. Situasi memanas, suara teriak menyatu bersama asap. Suara sirene pemadam bergema di setiap sudut jalan. Malam yang takdirnya gelap menjadi terang mencekam.

Sekali lagi, sekumpulan avatar Manggala Agni bergerak dari Suwung ke Rawa Kucing. Dari Sulawesi menuju Bali-Tanggerang membawa pesan bahwa Merah Putih tetap berkibar dan semua akan baik-baik saja.

“Luana, bukankah api lebih dulu tercipta dari manusia. Ingatkah kau tentang awal mula penciptaan alam semesta dalam dentuman besar, Big Bang.”

Gowa, 3 November 2023

KLIK INI:  Kampung Rewako, Desa Jenetallasa, Kian Diminati untuk Lokasi Kegiatan