- Yang Pertama Mengencingi Bumi - 12/05/2024
- Menunggu Bangau Pulang - 04/05/2024
- Pantai yang Bersalin Nama - 13/04/2024
Menunggu Bangau Pulang
seekor bangau selalu saja terbang ke barat tiap hari jelang senja. ia terbang dengan pelan. seolah ingin malam menyergapnya di perjalanan. sebelum tiba pada pohon paling hangat di tepi hutan.
lalu sebelum pagi mekar. ia akan kembali terbang ke timur. menjelajah sawah-sawah yang semakin mengecil tiap menitnya. ia akan terbang dan mendarat pada pematang sawah dengan sangat waspada.
ada mata senapan angin mengintai dari mata seorang lelaki yang rakus.
ada seorang ayah, tiap jelang tidur selalu saja mendongengkan anaknya tentang bangau yang kembali dari tualang. bangau itu membawa banyak bebijian.
bebijian itu tumbuh jadi harapan, jadi hutan belantara, jadi kehidupan.
anak kecil yang didongengkan itu, sabang pagi akan duduk di beranda rumah, menunggu bangau itu pulang.
ia ingin menanam banyak bebijian di matanya
Tandabaca, 4 Mei 2024
Pada Hari Sibuk
danniari di hari Jumat. air tiba di kamarmu berwarna kopi susu. warna yang sering kauseruput di warkop pertigaan jalan.
warna itu menghuni perutmu lalu menjalar ke matamu. buat malam-malammu lebih panjang dari lagu sepanjang jalan kenangan.
kau mengambil gelas, menuang air yang masuk ke kamarmu itu. kau ingin menikmatinya sebagai kopi susu di danniari
tak ada seruputan, air berlomba masuk geledah kamar. kau berlari ke luar. jalan-jalan penuh sampah.
orang-orang berkumpul di masjid yang selalu sepi itu. hanya diisi para tetua yang hampir mencium kakinya sendiri.
hujan terus tiba dan masjid jadi rumah yang tak pernah ingin dikunjungi saat hari-hari sibuk
Kindang, 4 Mei 2024
Para Bangsat
aku sedang duduk sendiri. tatapi padi menguning. kabut mengepungnya dari lereng gunung.
tadi pagi, ayah pergi lebih cepat ke sawah dari bangunnya burung pipit. Ia berkejaran dengan matahari yang disantap mendung
ayah membawa serta mimpinya yang tidak sempat terpotong tadi malam. mata kantuk ayah masih menyimpannya dengan sangat riang
tentang padi yang menjelma bidadari berselendang kuning. bermata hijau zamrud dan berambut hitam arang
dari jauh, aku lihat ayah sedang mencandai padinya. mereka berbincang layaknya sahabat lama yang telah ditanak rindu. berjumpa sekali saja saat lebaran.
ibu selalu girang jelang panen, anting-antingnya bisa diganti. telah dirindu saat itu, rindu tak sampai-sampai
setiap panen, harga jatuh sakit, demam tinggi dan para bangsat berpesta dengan beras impor
Tandabaca, Mei 2024
Hujan Pelor
hujan masih saja jadi pelor
tembusi kulit dukaku
rampasi jantung sepiku
hujan tak lagi kirim puisi romantis
dan kenangan manis dengan mantan di kamar kos
hujan telah jadi pelor
ditembakkan ke arah mana saja
lalu jatuh pada alam, pada pohon kelor yang dirampas haknya untuk bertumbuh
alam dibangunkan hujan
hujan yang jadi pelor
alam jadi senjata
dirobeknya kulit dukaku
dirampasnya jantung sepiku
Tandabaca, 4 Mei 2024