Perihal Lenrong (Belut Sawah), Manfaat, dan Inovasi Penangkapannya

oleh -62 kali dilihat
Lenrong atau belut sawah-foto/Ist
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – A’lenrong (mencari lenrong) dulu harus bermandi lumpur. Penuh perjuangan. Sekarang lebih mudah, lebih modern.

Dulu saat ada pacoi (sarang lenrong), akan ditelusuri bahkan hingga ke jauh. Terkadang pematang sawah jadi korban. Karena harus dibongkar.

Saat lenrong keluar dari pacionya, perjuangan belum berhenti. Sebab harus ditangkap. Tubuh lenrong yang licin membuatnya sulit tertangkap. Karenanya, harus kerja sama tim. Minimal dua orang dalam satu tim penangkap lenrong.

Saat mencarinya, tantangan lain yang mengintai adalah diburu oleh pemilik sawah, sebab peluang pematang sawahnya hancur adalah 99 persen.

KLIK INI:  Era Green Jobs: Pekerjaan Ramah Lingkungan untuk Semua Kalangan

Karenanya, saat mendapatkan dua atau tiga ekor lenrong. Itu adalah prestasi yang sangat gemilang.

Jika a’lenrong adalah proses mencari lenrong, maka julukan orang yang mencarinya adalah  palenrong.

Lenrong adalah nama lokal di Kindang untuk belut sawah atau mua. Nama ilmiahnya adalah Monopterus albus. Digolongkan sebagai sejenis ikan anggota suku Synbranchidae. Ia dapat dikonsumsi, rasanya enak. Paling tepat jika “dilawa’ atau lawar”.

Inovasi pencari lenrong

Saat ini mencari lenrong telah jauh berubah, tidak perlu lagi bermandi lumpur dan merusak pematang sawah.

Dari pengamatan saya, di Desa Kindang, Bulukumba. Setidaknya ada tiga “inovasi” masyarakat Dalam menangkap lenrong, pertama nisuloi, cara ini hanya bisa dilakukan pada malam hari dengan membawa obor atau menggunakan senter.

Saat malam, lenrong akan keluar mencari makan. Jadi, bisa langsung ditangkap saja. Lenrong memang aktif di malam hari

Hanya saat menggunakan metode ini, tidak bisa sembarang waktu. Paling tepat  dilakukan saat sawah telah eso atau siap ditanami atau saat padi yang baru ditanam belum meninggi.

KLIK INI:  Menyerap Kebijaksanaan dari Kata-Kata Bijak tentang Tanaman

Cara kedua adalah nipekang atau dipancing, cara ini menggunakan mata pancing seperti yang digunakan memancing ikan. Hanya talinya lebih pendek. Tali saja, tidak perlu gagang pancing sebagai pegangan.

Mata pancing (kail) yang telah diberi umpan akan dimasukkan ke pacio lenrong. Saat lenrong memakannya. Mulutnya akan terkait pada mata kail, setelah terkait, tinggal tarik saja.

Cara ketiga adalah menggunakan setrum. Cara ini dikenal dengan nama niistrong. Aki yang digunakan biasanya aki motor. Cara ini lebih mudah dan peluang “panen” lenrong lebih besar.

Cara ketiga inilah, pada hari Sabtu, 13 Januari 2024 saya saksikan dan ikuti. Saat itu telah sore hari dan saya melihat Puang Cuki sedang ngistrong lenrong di sawah. Saya bergabung dengannya. Membunuh rasa penasaran perihal cara menangkap lenrong dengan cara setrum.

“Gampangmi sekarang mencari lenrong,” terangnya, sambil mencelupkan ke dalam lumpur dua stik besi yang dialiri listrik dari aki.

“Tidak lagi merusak pematang sawah dan hasilnya lebih banyak,”

Apa yang dikatakan Puang Cuki memang benar. Sebab hasil tangkapannya sore itu cukup banyak. Puluhan ekor. Menariknya, lenrong yang ditangkap banyak yang masih hidup, setrum hanya membuatnya pingsan.

Cara menangkap lenrong (belut sawah) dengan setrum-foto/Ist
KLIK INI:  Begini Cara Capung Menangkap Mangsa di Udara Menurut Peneliti!
Manfaat dan kandungan lenrong

Lenrong merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang potensial untuk dikembangkan sebagai ikan budidaya di masa mendatang.

Affandi dkk, 2003 mengungkapkan saat ini ikan belut sawah (lenrong)  telah dimanfaatkan sebagai sumber protein terutama di kawasan pedesaan.

Bahkan di beberapa daerah telah dieksploitasi secara besar-besaran untuk dijadikan bahan baku pembuatan keripik belut pada industri rumah tangga.

Belut sawah merupakan salah satu sumber protein hewani yang baik bagi peningkatan dan perbaikan gizi masyarakat (Yusriadi et al., 2017).

Secara ekologi, belut bisa dijadikan sebagai indikator tingkat pencemaran lingkungan. Jika belut sudah menyingkir dari sebuah lingkungan bisa diindikasikan tingkat pencemaran yang terjadi sudah sangat parah atau melebihi ambang batas.

KLIK INI:  Tahun Baru, Kembang Api, dan Dampak Buruknya pada Lingkungan

Belut termasuk belut sawah memiliki kandungan protein sangat baik. Selain itu, kandungan mineral seperti kalsium pada belut lebih tinggi dibandingkan pada beberapa jenis ikan lainnya (Persagi, 2009)

Selain itu, belut juga mengandung asam lemak omega-3 dan omega-6 yang berfungsi untuk kecerdasan otak pada anak-anak.

Menurut Razak dkk (2001) kandungan asam arakidonat dan DHA dalam minyak badan belut adalah 8,25 dan 6,21 g/ 100 g lemak. Berdasarkan penelitian Mulyani (2015) kandungan asam lemak penyusun ekstrak belut didominasi oleh asam oleat (19,7%), asam palmitat (18,7%), pentadecanoic acid (15,81%) dan octadecanoic acid (4,87%).

Termasuk invasif yang terancam

Lenrong sering di jumpai di sekitar area persawahan. Bagi petani, keberadaan lenrong cukup meresahkan. Karena dapat merusak pematang sawah dengan cara melubanginya untuk sarang mereka.

KLIK INI:  Begini Upaya KLHK Melestarikan Badak Sumatera di Kalimantan

Karena itu, banyak petani yang senang jika ada yang menangkap lenrong di sawahnya. Selama itu tidak merusak padi dan pematang sawah mereka.

Wikipedia mencatat bahwa di Amerika Serikat, lenrong dilaporkan telah diintroduksi di dekat Taman Nasional Everglades di Florida dan Atlanta di Georgia sebagai ikan invasif

Meski begitu, lonreng juga tidak lepas dari ancaman kepunahan. Itu disebabkan oleh penyusutan lahan persawahan, tercemarnya perairan sungai dari kawasan perkotaan yang masuk ke persawahan dan  maraknya penggunaan pestisida di persawahan .

Karena itu, jika ingin menyelamatkan lenrong dari kepunahan dan mengurangi daya rusaknya pada persawahan, maka maka perlu dikembangkan teknologi budidaya ikan belut ini.

Ciri-ciri lenrong

Tidak sulit mengenali lenrong. Selain habitatnya jelas, yakni persawahan. Berikut ciri khas lainnya yang membedakannya dengan belut rawa dan belut lainnya:

  • Warna kulit lebih cerah
  • Panjang tubuh bisa mencapai 45 -50 cm ketika dewasa
  • Bobotnya bisa mencapai 200-300 gr/ekor
  • Habitat hidup di area persawahan
  • Gerakan lincah dan sensitif terhadap getaran/gerakan makhluk lain.
  • Bagian kepala lebih runcing dibandingkan ikan sidat
  • Bentuk ekor lancip
  • Bentuk mata lebih kecil
  • Termasuk hewan hermaprodit (dapat berganti kelamin)
  • Induk betina (siap kawin) pada usia 10 bulan ke bawah dengan panjang 20 – 30 cm dan bobot 20 – 30 ekor/kg
  • Induk jantan (siap kawin) pada usia 10 bulan ke atas dengan panjang 35 – 45 cm dan bobot 4 – 8 ekor/kg.
  • Memiliki tekstur daging yang lembut
  • Memiliki kandungan gizi tinggi.

Demikianlah…

KLIK INI:  Polusi Udara Dapat Turunkan Jumlah Telur dalam Ovarium Wanita