Lelaki Rumahan, Teori Crack, dan Serbuan Botol Plastik

oleh -113 kali dilihat
alfian nawawi

Klikhijau.com – Sekali waktu saat kamu menjadi ‘lelaki rumahan’ maka sesuatu harus memaksamu menolak rebahan. Menjauh saja sejenak dari memelototi layar televisi.

Toh benda ajaib itu hanya menyuapimu dengan acara-acara yang hanya bisa dipahami emak-emak berdaster.

Kerap kamu juga terlihat hanya menimang smartphone tanpa menggunakannya. Ternyata dia barang yang tidak berguna ketika tidak punya data internet maupun pulsa. Di kondisi itulah terkadang kamu merasa perlu datang ke kebun, mencari sesuatu yang bisa dipetik atau ditebang. Biar terlihat sibuk meskipun sejatinya pengangguran.

Itu harus dilakukan jika kamu masih punya warisan pendahulumu, berupa tanaman atau pun taman bunga. Jika itu tidak ada maka anakmu bisa membuatmu menjadi “pabrik mobil”. Jika tidak atau belum punya anak, maka mau tak mau cobalah kembali sesaat menjadi anak-anak.

KLIK INI:  Salah Urus, Jadikan Plastik sebagai Pendorong Perubahan Iklim

Dari sanalah lelaki rumah-rumahan mulai menyadari bahwa rumah, sekecil dan sesederhana apapun, selalu lebih unggul atas laboratorium hingga pabrik industri. Dia bisa ngotot berargumen, bahwa tanda peradaban selalu dimulai dari rumah-rumah yang berpenghuni. Di sanalah imajinasi tetap unggul atas ilmu pengetahuan.

Begini saja, saya pun pernah berada di posisi itu. Lelaki yang meresahkan!

Setidaknya ada tiga syarat untuk menjadikan rumah kita sebagai hanggar pesawat hingga sirkuit F1. Pertama, menjadi ayah bagi seorang balita. Kedua, lagi menganggur. Ketiga, sampah plastik menyerbu dari segala arah.

KLIK INI:  Aksi Teatrikal Buang Sampah di Balai Kota Tasikmalaya, Inikah Puncak Kemarahan?

Anak saya masih umur tiga tahun saat kami berdua berpetualang menjadi perancang beberapa kendaraan. Mulai moda transportasi darat, laut, udara, hingga luar angkasa. Sepertinya SpaceX Elon Musk tidak ada apa-apanya.

Sejak kecil, sebenarnya saya tidak mahir amat dibanding ‘Si Amat’ dalam membuat mainan dari barang’-barang bekas. Namun konsekuensi paling ril seorang ayah adalah dia harus bisa menjadi ‘pahlawan” .

Begitulah, ayah dan anak pun bermain menjadi pencipta. Saya membuat mobil, perahu, hingga pesawat luar angkasa. Tidak butuh teori aerodinamika dan otomotif. Jika sudah menyerupai bentuk dari sesuatu, maka itu sudah sangat luar biasa.

Kita hanya memerlukan botol-botol plastik yang dibuang di jalanan oleh entah siapa. Mungkin kita akan menemukan beberapa onderdil berupa gulungan benang, pulpen dan spidol bekas di laci mesin jahit tua yang juga sudah lama tidak bergoyang?

Cobalah merogoh sesuatu di atas lemari pakaian. Mungkin di atas sana ada sesuatu yang bisa kamu jadikan sayap atau roda kendaraan. Syukur-syukur bisa menemukan lem yang sudah belasan tahun tidak digunakan.

Di suatu sudut ruang yang tidak luas, anak lelaki kecil bersama lelaki rumahan tidak dibatasi usia. Keduanya seperti mengarungi petualangan yang tak terbatas dengan bantuan bahan yang paling tak terduga: botol plastik.

“Kita bangun pesawat luar angkasa kita yang paling hebat!” kata sang ayah sambil mengangkat sebuah botol plastik besar yang telah dilepaskan dari tugasnya sebagai wadah minuman.

Anak lelaki itu, dengan mata berbinar-binar, menyambut tantangan. Ia meraih botol plastik kecil dan berkata, “Ayah! Saya akan membuat roket!”

Saat itulah dimulai petualangan luar biasa ini. Botol plastik yang tadinya sepele, tiba-tiba menjadi kendaraan ajaib yang membawa mereka jauh ke luar angkasa imajinasi mereka. Sang ayah mengambil peran sebagai “ahli desain” sementara sang anak berperan sebagai “ahli pembangunan”.

Mereka berdua, dengan sukacita dan penuh antusiasme, mulai memotong, melubangi, dan merakit botol-botol plastik itu menjadi bentuk-bentuk luar biasa.

Tak butuh waktu lama bagi botol plastik pertama untuk berubah menjadi pesawat ruang angkasa berwarna-warni. Sang anak dengan bangga memegangnya di tangannya, seolah-olah dia adalah seorang astronot yang siap meluncur ke bintang-bintang.

Ayahnya pun memberikan instruksi lewat mikrofon imajiner, “Kontrol roket, siap untuk meluncur!” Lalu ada pula botol plastik yang lebih cocokj menjadi robot dan berfungsi ganda sebagai tempat pulpen dan spidol.

Di sela bermain, lelaki rumahan pun tanpa sadar menceritakan “Crack Progression Theory”.Teori Crack merupakan awal mula dimulainya kontribusi BJ Habibie dalam dunia industri penerbangan.

BJ Habibie dengan teorinya dapat mengkalkulasi keretakan pada badan pesawat terbang yang disebabkan oleh kelelahan atau fatigue. Titik rawan fatigue atau kelelahan pada badan pesawat biasanya terjadi pada bagian sambungan antara sayap dan badan pesawat terbang, atau antara sayap dan dudukan mesin.

Namun, petualangan belum berakhir di sini. Mereka melanjutkan perjalanan merancang mobil balap cepat dari botol plastik lainnya. Dengan sedikit kreativitas dan banyak tawa, mereka mengubah botol menjadi mobil balap berpacu di sirkuit imajinas. Ayah dan anak berlomba-lomba melintasi “garis finish” yang dibuat dari tumpukan buku-buku, dengan gelak tawa mengiringi setiap perlombaan.

Tak lama kemudian, perahu layar muncul di lautan karpet ruang tamu mereka. Botol plastik berubah menjadi layar yang membelah angin imajinasi, sementara tangan kecil sang anak dengan bangga memegang kemudi imajiner. Ayahnya membayangkan bahwa mereka sedang menjelajahi samudra luas, sambil berbicara tentang petualangan di laut yang penuh rintangan dan misteri

Beraksi lalu kembali rebahan. Si kecil, jika dia lelaki seperti ayahnya pasti suka membayangkan cara kerja mesin helikopter. Maka dengarkanlah, mulutnya menirukan bunyi mesin itu.

Paul Amato, sosiolog yang mempelajari hubungan antara orang tua dan anak di Pennsylvania State University mengatakan, ayah yang terlibat aktif dengan anak-anaknya akan membuat mereka tumbuh dan berkembang lebih baik.

Amato juga menegaskan jika yang terpenting adalah kualitas, bukan kuantitasnya. Pasalnya, banyak ditemukan kasus ayah memiliki banyak waktu untuk anak, tetapi tidak pernah berkomunikasi dengan baik kepada anak. Ayah dengan sifat ini cenderung berperilaku negatif, seperti berkata kasar, mudah emosi, dan terkadang sampai melukai sang Anak.

Pada usia 3 tahun, menurut sebuah hasil penelitian, anak yang dekat dengan ayahnya akan memiliki nilai IQ yang lebih tinggi dari anak-anak yang tidak dekat dengan ayah mereka. Di masa sekolah, anak akan cenderung patuh dan tidak melanggar hukum, terlebih sampai putus sekolah.

Kalau si kecil adalah perempuan, tentu kamu harus mencipta alat masak memasak atau boneka. Dan yakinlah itu jauh lebib rumit. Bukankah perempuan memang rumit tapi indah?

Satu-satunya kerumitan terbesar dalam rumah adalah sampah. Tidak semuanya harus dibakar. Ada sebagian dari mereka yang perlu didaur ulang untuk menjadi sesuatu yang mengasyikkan.

Bagaimana menjelaskan keterkaitan sampah plastik kepada si kecil tentang Si Plankton jenius dalam serial kartun SpongeBob Square Pants?

KLIK INI:  Kisah Para Pemburu Buah Dao di Pesisir Sungai

Serbuan sampah plastik di laut saja dapat mengacaukan rantai makanan. Ukurannya yang besar dan kecil, plastik yang mencemari dapat memengaruhi organisme terkecil di dunia, seperti plankton.

Ketika organisme ini keracunan karena menelan plastik, hal ini akan menyebabkan masalah bagi hewan yang lebih besar yang mengonsumsi organisme-organisme kecil ini. Ikan apa yang dikonsumsi manusia? Banyak dari laut! Akhirnya, ikan-ikan yang disantap itu bisa berakhir di dalam perut manusia sebagai predator puncak.

Bahaya sampah plastik bagi lingkungan adalah kandungan racun yang ada di dalamnya. Manusia membuat plastik secara artifisial dengan menggunakan sejumlah bahan kimia beracun.

Begitulah, karakter Si Plankton sendiri memang didesain sebagai tokoh berbahaya di Kota Bikini Bottom. Dia kecil imut tapi kejeniusannya berbahaya.
Jika setiap hari sebuah rumah bisa menghasilkan barang remeh-temeh berupa satu mainan dari sekantong barang bekas, bisa dibayangkan jumlah sampah yang bisa dimanfaatkan.

Syaratnya tidak ada, misalnya harus menjadi lelaki rumahan, pengangguran, dan punya anak kecil. Hanya memerlukan sesuatu barang kecil tidak berguna dan sepele di laci pikiran dan ide. Itu sampah besar jika tidak kamu rogoh segera.

KLIK INI:  Pusat Kajian Rekayasa Sumber Daya Air Unhas Resmi Terbentuk