Klikhijau.com – Jika sahabat hijau melakukan perjalanan melewati Cagar Alam Karaenta di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Sangat mungkin sahabat hijau akan bertemu dengan monyet dare.
Monyet bernama latin Macaca maura ini memang jadi penghuni cagar alam yang jadi bagian dari Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung dan terletak di kawasan hutan dan karst Maros.
Tidak sulit untuk menemukan monyet ini. Di sepanjang jalan Cagar Alam Karaenta. Mereka biasanya nongkrong dengan cara berkerumumn di pinggir jalan. Menunggu pengguna jalan memberikan makanan.
Meski memberikan makan kepada monyet-monyet ini dilarang. Namun, banyak pengguna jalan yang mengabaikan larangan tersebut.
Dilansir dari laman resmi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulsel. Monyet ini memiliki tiga nama lokal, yakni lesang(Pinrang), ceba(Bugis), dan dare (Makassar)
Untuk status konservasinya adalah International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkannya ke dalam kategori genting.
Sedangkan Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) statusnya adalah Appendix II.
Untuk menjaga kelestarian monyet ini, maka pemerintah Indonesia telah memasukkannya ke dalam golongan satwa dilindungi berdasarkan PP no.7 th 1999.
Identifikasi spesies
Monyet ini memiliki ukuran panjang tubuh sekitar 500-690mm. Panjang kepala dan badan jantan dewasa 590mm, betina dewasa 500mm, panjang ekor betina 35-40 mm, panjang ekor jantan 35 mm
Untuk beratnya berkisar antara 5 hingga 6 Kg. Ciri lain yang bisa dikenali dari Macaca maura ini adalah warna rambutnya bervariasi dari coklat kehitaman, dengan warna pucat di bagian tungguingnya
Salah satu ciri untuk membedakan monyet-monyet di Sulawesi adalah bantalan pada tunggingnya, pada monyet dare bantalan ini hitam dan bentuknya oval seperti pada jenis beruk, pada monyet dare kadang-kadang didapati juga individu berwarna putih (Albino).
Monyet ini membentuk kelompok dengan jumlah individu 9 hingga 53 ekor. Satu kelompok terdiri dari jantan dan betina (multimale dan multifemale)
Jantan Dominan (Alpa) menentukan arah pergerakan. Mereka hidup di pohon tapi tidak jarang beraktifitas di permukaan tanah
Untuk pergerakan di permukaan tanah biasanya dimulai dari pergerakan jantan pemimpin. Perpindahan dari satu pohon ke pohon lainnya dengan cara meloncat atau menggunalan ke empat anggota tubuhnya aktif beraktifitas pada siang hari, ketika malam tidur di cabang pohon bersama kelompoknya
Pada umur pertama melahirkan, yakni 5 tahun. Masa kehamilan 22 bulan. Induk hanya melahirkan satu anak.
Monyet ini lebih banyak memakan buah dibandingkan dedaunan, sering juga dijumpai di pohon pohon yang sedang berbuah.
Beberapa jenis serangga, jamur dan hewan mamalia juga dimakan monyet dare. Monyet ini sering ditemukan memakan beberapa jenis tananan pertanian seperti jagunf, padi, coklat, padi, pisang, nanas, pepaya dan kelapa sehingga sering dianggap sebagai hama paertanian.
Monyet ini hidup di hutan primer atau sekunder, seperti di TN Bantimurung Bulusaraung Sulsel. Mereka hidup di kawasan hutan monsoon kering dekat perkampungan sampai pada ketinggian 2000 M dpl.
Untuk penyebarannya, monyet ini tersebar mulai dari Bontobahari di bagian barat daya semananjung Sulsel hingga ke utara sampai Danau Tempe
Monyet ini secara tidak langsung dapat dikenali dari suaranya yang unik. saat perjalanan mencari makanan pemimpin kelompok mengeluarkan suara seperti burung(pi…..pi…..pi) bila bertemu dengan kelompok lain suaranya “HA” atau “GA” diantara suara (pi…..pi…..pi).
Dare akan mengeluarkan suara mirip gonggongan ketika ditangkap. Tapi, karena dilindungi, jadi ya jangan ditangkap.