Sempat Dikabarkan Punah, Anjing Bernyanyi Papua Ditemukan Di Kawasan Tambang

oleh -293 kali dilihat
Sempat Dikabarkan Punah, Anjing Bernyanyi Papua Ditemukan Di Kawasan Tambang
Anjing Bernyanyi endemik Papua - Foto/Anang Dianto
Azwar Radhif

Klikhijau.com – Sekelompok anjing liar ditemukan berkeliaran di kawasan tambang PT. Freeport pada ketinggian 4.000 Mdpl. Namun, berbeda dengan anjing pada umumnya, beberapa ekor anjing ini merupakan jenis dari anjing bernyanyi (new guinea singing dog), anjing khas pegunungan Papua yang sempat dikabarkan telah punah selama 50 tahun terakhir.

Penemuan kembali anjing bernyanyi ditemukan oleh Anang Dianto, seorang karyawan Freeport pada pertengahan tahun 2020 lalu. Dalam rekaman video Anang, memperlihatkan beberapa ekor anjing yang masih satu kelompok kecil berlalu lalang di sekitar kawasan tambang.

“Saya ada pekerjaan di area tambang Grassberg untuk mencari peralatan dan material, ketika saya mau pergi dari area itu, kebetulan anjing itu nongol, saya sangat gembira, karena biasanya kan cuman dengar suaranya saja. dan ini bisa berhadapan langsung dengan anjing ini,” tutur Anang.

Para pekerja tambang dan penduduk setempat kerap mendengar suara nyanyian anjing-anjing ini, terutama ketika terjadi Purnama di sekitar kawasan perbukitan. Hanya saja kehadirannya sangat jarang ditemukan.

Beberapa peneliti dari New Guinea Highland Wild Dog Foundation (NGHWDF) bersama beberapa mahasiswa setempat pernah melakukan riset untuk mengidentifikasi kehidupan anjing bernyanyi ini.

Selama riset, mereka telah mendokumentasi beberapa foto kehadiran anjing pegunungan sekaligus sempat mengambil sampel DNA anjing liar ini.

Setelah mengamati rekaman video yang diberikan Anang pada NGHWDF, para konservator ini takjub melihat beberapa ekor anjing yang telah berusia muda, lahir setelah penelitian mereka. Para ilmuwan ini berharap populasi anjing bernyanyi akan kian bertambah seiring dengan ancaman kepunahan yang dihadapi mereka.

KLIK INI:  Greenpeace Desak Pemerintah Tindak Pelanggaran Lingkungan oleh Perusahaan Sawit di Papua
Habitatnya terganggu

Meski begitu, kehadiran anjing endemik dikawasan pertambangan dinilai terjadi akibat dari pergeseran habitat hewan ini. Habitat anjing bernyanyi yang seharusnya berada di sekitar pegunungan, dianggap telah bergeser sejak maraknya aktivitas kontak senjata di sekitar area ini.

Jenis anjing ini merupakan salah satu hewan endemik khas pulau Papua yang sebagian besarnya menghuni pegunungan Jayawijaya. Karena menetap di kawasan pegunungan, bulu anjing ini begitu lebat menyerupai serigala, untuk menyesuaikan dengan kondisi pegunungan yang dingin.

Ukuran bentuk tubuh anjing ini tak jauh berbeda dari anjing liar pada umumnya. Tinggi anjing bernyanyi jantan sekitar 45 sentimeter (cm) dan panjang tubuh 65 cm. Sedangkan anjing betina tingginya berkisar 37 cm dan panjang 55 cm.

Anjing bernyanyi atau disebut dalam bahasa latin Canis familiaris hallstromi memiliki keunikan dari jenis anjing lainnya. Anjing jenis ini tak menggonggong atau mengeluarkan rauman keras, melainkan bernyanyi, melantunkan irama kala anjing-anjing in tengahi berbicara.

Anjing bernyanyi papua merupakan kerabat dekat dengan anjing bernyanyi papua nugini. Beberapa suku di pedalaman Papua juga menjadikan fauna endemik ini sebagai hewan yang disakralkan.

Menurut Situs Resmi Pemerintah Indonesia, beberapa suku dataran tinggi Papua, seperti Suku Moni di Desa Ugimba, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya mengaitkan hewan ini dengan ritus kebudayaan mereka.

Sementara itu, tim Peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan, “berdasarkan hasil penelitian terbaru, terdapat sekitar 300 ekor anjing bernyanyi Papua di sekitar tambang Grasberg Freeport,” ujarnya dikutip dari Tempo.co.

Hari sendiri memperkirakan fauna endemik ini telah menghuni daratan Papua sejak 3.500 tahun lampau yang dibawa oleh manusia Austronesia. Sebab itu, terdapat kemiripan dan hubungan kekerabatan antara jenis anjing ini dengan dingo, anjing liar khas bumi Australia.

KLIK INI:  Kiacret (Spathodea Campanulata), Tanaman Paling Invasi yang Kaya Manfaat