9 Hal Istimewa di Pulau Jinato yang Membuatmu Kangen Datang Lagi

oleh -223 kali dilihat
9 Hal Istimewa di Pulau Jinato yang Membuatmu Kangen Datang Lagi
Model berfose di Pantai Lidah Jinato - Foto: Jemmy
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Berkunjung ke Pulau Jinato dalam rangkaian Festival Taka Bonerate 2023 sungguh suatu pengalaman  istimewa. Pulau kecil yang dihuni penduduk sekira 1000 jiwa ini masih terbilang alami.

Hanya ada satu desa di Pulau ini yakni Desa Jinato. Panjang pulaunya pun tidak lebih dari 2 kilometer. Dari kejauhan sebelum kapal Pelni yang kami tumpangi sandar di dermaga, pulau mungil ini tampak hanya selebar telapak tangan saja.

Air laut sedang surut saat kapal mendekati dermaga dan butuh waktu sekira dua jam mengambil posisi yang tepat untuk merapat ke dermaga. “Kapten kapal pasti berhati-hati karena laut di pesisir Pulau Jinato agak dangkal. Bila terlalu cepat bergerak akan berisiko bagi keamanan kapal,” kata seorang warga Jinato yang membersamai kami di atas kapal.

Dengan sabar dan telaten, kapal akhirnya berhasil sandar tepat pukul 16.01 di suatu sore pada Jumat 27 Oktober 2023. Semua penumpang yang sedari awal keluar di dek kapal tak kuasa menahan bahagia. Tak sabar tentunya menginjakkan kaki ke pulau mungil itu dan menikmati segenap keindahannya.

Seluruh penumpang turun berduyung-duyung melewati tangga sempit satu-satunya. Yah, penumpang kapal hari itu memang sangat ramai. Mereka adalah peserta festival Taka Bonerate yang datang dari berbagai daerah, baik dari beberapa daerah di Sulawesi Selatan, luar Sulawesi bahkan dari luar negeri.

KLIK INI:  Malam Pembukaan Festival Taka Bonerate di Pulau Jinato Berlangsung Meriah

9 Hal istimewa di Pulau Jinato

Selama empat hari di Pulau Jinato (27-30 Oktober), ada banyak cerita dan hal menakjubkan yang kami temui di Pulau Jinato. Hanya di Pulau ini, kamu bisa merasakan sensasi seolah berada di rumah sendiri. Saya mencoba merangkum setidaknya 9 hal istimewa di Jinato yang menjadi pengalaman tak terlupakan di Pulau Jinato.

  • Warganya berbahasa Bugis

Ketika tiba di Pulau Jinato, seorang driver motor viar yang menjemput kami menuju home stay terdengar bicara dalam Bahasa Bugis. Dari dialek Bugisnya, saya langsung menebak kalau lelaki bernama Pung Bake itu berasal dari Bulukumba atau Sinjai. Nah, benar saja, Pung Bake berasal dari Kota Bulukumba. Katanya, ia sudah bertahun-tahun bermukim di pulau Jinato dan bekerja sebagai nelayan.

“Hampir semua warga di Pulau Jinato berbahasa Bugis pak,” kata Pung Bake. “Inimi bedanya warga di sini dengan warga di kepulauan lainnya di Selayar pak,” tambahnya lagi.

Benar rupanya, setelah berhari-hari berada di Pulau Jinato, saya mendengar percakapan warganya dalam Bahasa Bugis. Pulau ini memang didominasi oleh pendatang dari Bugis Bulukumba dan Sinjai yang telah bertahun-tahun menempati pulau dengan Bahasa bugis sebagai Bahasa ibu.

KLIK INI:  TN Taka Bonerate Bangun Kemitraan untuk Produksi Garam Lokal bagi Nelayan
  • Airnya tawar

Meski pulaunya mungil dan dikepung air laut, air sumur di Pulau Jinato tidaklah asin. Air sumur warga bahkan tawar dan cukup jernih. Sumber mata airnya juga cukup melimpah meski di musim kemarau.

Salah satu penyebabnya adalah banyaknya pohon sukun yang tumbuh di sana. Seperti diketahui pohon sukun tidak saja sangat baik sebagai pangan lokal, tetapi juga memiliki fungsi ekologis yakni memperbaiki sumber mata air tanah.

  • Jambu air melimpah dan manis

Hampir semua halaman rumah di Pulau Jinato ditumbuhi Pohon jambu air. Warga lokal menyebutnya jampu jeknek. Sebenarnya, pohon buah satu ini terbilang mudah dijumpai dimana pun. Namun, jambu air di Pulau Jinato memiliki kelebihan. Ukurannya besar-besar dan rasanya sangat manis. Bila buahnya cukup matang, buah jambu akan terasa seperti buah apel.

Ketika musimnya, jambu air di Desa Jinato benar-benar melimpah dan menjadi sumber pemasukan tambahan bagi warganya. “Warga dari pulau lain akan datang kemari untuk membeli buah jambu,” kata Hj Tini seorang warga Jinato yang pohon jambunya lebat berbuah.

  • Ikan segar melimpah

Lebih separuh dari warga desa Jinato berprofesi sebagai sebagai nelayan. Yah, laut di sekitar pulau ini memang dikenal memiliki terumbu karang yang masih terjaga. Itulah sebabnya, ikan-ikan melimpah. Pulau Jinato adalah surga bagi nelayan.

KLIK INI:  Napabale, Surga Danau Air Laut di Pulau Muna

Bila berkunjung ke pulau Jinato, bersiaplah menikmati ikan-ikan segar. Jangan lupa menikmati ikan bakar dan segarnya air kelapa muda di tepi pantai sembari menyaksikan senja tenggelam yang molek. Satu pengalaman menakjubkan, tiada duanya.

  • Ikan teri terbaik

Di sepanjang pesisir pantai kita akan menjumpai warga yang menjemur ikan teri. Suhu panas namun bersih membuat pengeringan ikan di pulau ini cukup baik, terutama di musim kemarau.

Tak seperti di Pulau-pulau kecil pada umumnya, warga di Jinato tidak suka memelihara anjing. Alasan utamanya karena mayoritas warga pulau adalah muslim. Mereka memastikan bahwa ikan-ikan kering yang dijemur memiliki kualitas terbaik dan tidak pernah tersentuh anjing.

  • Warganya super ramah

Ini satu modal penting yang membuat Desa Jinato potensial dijadikan desa wisata. Warganya sangat ramah pada tamu asing yang datang. Rumah-rumah di desa tidak memiliki pagar-pagar yang kokoh. Hal ini membuat komunikasi warga sangatlah cair. Mereka sudah seperti satu keluarga. Nilai kegotong-royongan masih sangat terjaga.

Keramahan warga inilah yang membuat pengunjung festival Taka Bonerate seolah berada di rumah sendiri. Wisata bahari di Pulau Jinato mengusung jargon wisata berbasis warga. Bila ke Pulau Jinato, kamu akan menginap di rumah-rumah warga. Menikmati makanan rumahan dan pelayanan super ramah.

KLIK INI:  Wisata Anggrek, Pesona Baru Bromo Tengger Semeru
  • Desanya bersih dan tertata

Meski hanya memiliki Lorong-lorong kecil, Desa Jinato tampak sangat bersih dan tertata baik. Warganya sudah memiliki kesadaran akan kebersihan. Sayangnya, penanganan sampah di pulau ini belum dikelola baik. Demi menghindari membuang sampah ke laut, sebagian besar warga menimbun sampahnya di tempat khusus.

Kebiasaan membersihkan rumah sudah menjadi satu budaya warga desa. Rumah-rumah di desa Jinato juga tertata baik. Umumnya rumah panggung yang dikelilingi pohon-pohon sukun dan jambu air.

Oya satu lagi, di Pulau ini kamu tidak akan menjumpai kendaraan roda empat. Jadi, amanlah dari kemacetan. Kamu bisa berkeliling pulau dengan jalan kaki, naik motor atau motor roda tiga viar.

  • Eksotika sunset di Pantai Lidah

Kemolekan Pulau Mungil ini bisa kamu nikmati dengan berkunjung ke Pantai Lidah. Ini adalah ikon utama yang mengundang decak kagum. Pantainya putih bersih. Bentuknya menjulur seperti lidah. Panjang pantainya saat air surut sekira 2.1 kilometer, lebih panjang dari Pulau Jinato yang hanya sekira 1.9 kilometer.

Saat senja hampir tenggelam, kemolekan matahari tenggelam di pantai lidah sangat eksotik. Kamu bisa menghabiskan sore yang teduh di sini sembari berswafoto dengan latar senja tenggelam. Super eksotis.

  • Habitat penyu

Pulau Jinato juga merupakan habitat penyu. Uniknya, penyu-penyu di Pulau ini sudah sangat akrab dengan kehidupan nelayan dan riuh kapal komersil di dermaga. Menurut informasi dari Taman Nasional Taka Bonerate, penyu-penyu di pesisir Jinato sudah beradaptasi dengan kehidupan pesisir. Penyu-penyu tidak risih dengan kapal-kapal yang mendekat bahkan aktivitas warga.

Penyu-penyu seolah sudah bersahabat, sebagaimana warganya semakin menyadari bahwa ekosistem penyu perlu dijaga dan dilestarikan.

Itulah 9 hal istimewa dan unik di pulau Jinato yang akan membuatmu betah bahkan kangen datang kembali. Semoga bermanfaat!

KLIK INI:  Kebun Raya, Wahana Eduwisata Berwawasan Keanekaragaman Hayati