Jelajah Lembah Lohe, “Negeri Dongeng” dengan Tanjakan Seribu Penyesalan

oleh -177 kali dilihat
Jelajah Lembah Lohe, “Negeri Dongeng” dengan Tanjakan Seribu Penyesalan
Pemandangan di Lembah Lohe - Foto: Ist
Delsiana Tasik

Klikhijau.com – Sabtu 7 Oktober 2023 perjalanan kami menuju Lembah Lohe yang terletak di Desa Lengkese, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dimulai. Lokasi lembah Lohe sendiri terletak di bawah kaki gunung Bawakaraeng, Lompobattang, dan Bulu Baria.

Lembah Lohe merupakan wisata alam untuk berkemah yang dikelilingi dengan hutan lumut serta memberikan udara sejuk hingga mendapat julukan sebagai “Negeri Dongeng”.

Hal ini bukan tanpa alasan, keindahan alam dengan hutan lumut yang tampak hijau serta terdapat aliran sungai di sekitar lembah. Demikian memanjakan mata seolah lokasi ini hanya ilusi yang menggambarkan indahnya negeri dongeng dalam cerita fiksi.

Sebelum berangkat, kami berkumpul pada satu titik untuk mempersiapkan ransume dan peralatan kemah. Mengisi bahan bakar untuk kendaraan yang kami gunakan serta membeli beberapa cemilan.

Saat tiba di lokasi kami beristirahat sejenak, kemudian melakukan registrasi. Sebelum memulai perjalanan kami berdoa terlebih dahulu. Di awal perjalanan kami disambut plank yang bertuliskan “Selamat Datang di Tanjakan 1000 Penyesalan”. Narasi ini membuat saya sedikit ragu dan berpikir jalur seperti apa yang akan saya lalui nantinya, namun dengan semangat dari teman-teman saya meyakinkan diri untuk melanjutkan perjalanan.

KLIK INI:  Kisah Pulau Nusa Barung, SM yang Eksis Sejak Zaman Belanda Tahun 1920

Rute menantang

Untuk sampai ke Lembah Lohe memang membutuhkan kesabaran dan kekuatan fisik yang ekstra. Mengapa? Karena jalur yang ditempuh cukup ekstrim entah itu tanjakan yang sangat menguras tenaga dan juga turunan yang membuat kita harus berhati-hati. Juga karena banyaknya bebatuan di sekitar jalur yang dilalui.

Terlebih kami melakukan perjalanan malam dengan sekadar menggunakan senter sebagai penerang jalan. Jalan sunyi dan kegelapan terasa semakin sensasional lantaran suara hewan-hewan yang bersahutan khas hutan. Namun, perbincangan di sepanjang jalan membuat rasa lelah tiada terasa, tawa dan canda menyertai malam itu.

Sepanjang perjalanan kami diselimuti dengan dinginnya malam, namun sama sekali tidak menghalangi semangat kami untuk melihat keindahan “Negeri Dongeng” itu.

lembah lohe
Dokumentasi pribadi di Lembah Loho – Foto: Delsi

Ditengah perjalanan menuju Lembah Lohe, kami melewati satu tempat wisata yang diberi nama Danau Tanralili. Tidak sedikit orang yang memilih berkemah di sekitar danau.

Karena energi yang mulai terkuras, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil menyeduh kopi untuk menghangatkan tubuh. Setelahnya, lantaran malam semakin kami memutuskan beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.

Setelah menempu perjalanan kurang lebih 5 jam kami pun tiba di Lembah Lohe, lokasi yang menjadi tujuan kami. Tenda kami pasang dengan semangat juang 45 dan menikmati istirahat indah setelanya.

KLIK INI:  Karena Alasan Cuaca, Jalur Pendakian Bulusaraung Tutup Sementara Waktu

Pagi yang eksotis dan danau cinta

Pagi di keesokan harinya, rasa lelah terbayar oleh nuansa pegunungan yang syahdu. Pemandangan alamnya sungguh indah. Diantara kabut tipis, secangkir kopi membuat mata kami melek lantaran takjup dengan eksotika Lembah Lohe.

Kami mulai mengabadikan keindahan Negeri Dongeng ini dengan mengambil foto dan vidio sebanyak-banyaknya.

Hutan Lumut dan Tranggulasi menjadi primadona yang tidak boleh luput untuk didokumentasikan mengingat ini akan menjadi momen yang tidak terlupakan.

Pesona keindahan Lembah Lohe yang seolah tidak ada habisnya, hingga tak terasa jam telah menunjukkan Pukul 13.00. Dengan sangat berat hati kami harus membereskan barang-barang bawaan untuk kembali pulang.

Setelah semua barang telah dikemas kemudian dilakukan pengecekan kembali agar tidak ada barang yang tertinggal. Setelah itu, kami memutuskan untuk melakukan perjalanan pulang. Tidak jauh berjalan kami melihat sebuah danau.

danau cinta
Pemandangan danau Tanralili – Foto: Delsi

Danau yang diberi nama danau cinta karena bentuknya yang serupa bentuk Love ini memiliki pesona yang sangat luar biasa. Dibalik gelapnya malam saat melakukan pendakian ternyata menyimpan keindahan yang tidak kalah dari hutan lumut yang tadi kami datangi.

Kami memutuskan untuk mengabadikan danau ini sebelum melanjutkan perjalanan. Selama perjalanan, kami berpapasan dengan beberapa pendaki yang akan menuju Lembah Lohe. Uniknya seolah sudah menjadi kebiasaan, kegiatan saling bertegur sapa dengan kata “tabe” atau “deluan” sudah menjadi hal lumrah yang dilakukan para pendaki ketika berpapasan bahkan pada pendaki lain yang tidak saling mengenal.

Hal ini menjadi salah satu tanda bahwa budaya bertegur sapa di Makassar masih terjaga. Perjalanan kali ini, kami disuguhkan pemandangan gunung yang sangat indah yang tidak lagi ditutupi oleh gelapnya malam.

Puncak gunung yang tinggi seolah menyembunyikan keindahan lainnya yang terdapat di balik gunung-gunung tersebut. Hingga tidak terasa kami telah tiba di Tanralili, lokasi peristirahatan kami semalam.

Tanpa membuang waktu kami mengambil dokumentasi di puncak Tanralili. Untuk mencapai puncak diperlukan 10 menit perjalanan, namun hal itu terbayarkan dengan keindahan alam yang ada di sana. Tidak menyiakan kesempatan, dengan secangkir kopi hangat dan semangkuk mie rebus, hembusan angin yang lumayan kencang dapat terimbangi dengan hangatnya kopi dan mie rebus yang tengah kami nikmati. Setelah puas menghabiskan waktu di puncak Tanralili, kami membereskan barang dan bergegas untuk melanjutkan perjalanan.

Dalam perjalanan ini, kami menyadari sesuatu, sepanjang perjalanan terdapat beberapa titik mata air yang dapat dimanfaatkan pendaki apabila kehabisan persediaan air minum. Mata air ini masih terjaga hingga aman untuk dikonsumsi dan rasanya yang segar.

Tidak lama setelah matahari terbenam kami tiba di tempat registrasi setelah menempuh 6 jam perjalanan. Kami melapor pada petugas registrasi bahwa kami sudah turun dan mencari tempat untuk mengistirahatkan tubuh kami yang begitu lelah sudah melangkah begitu jauh.

Setelah tenaga kami sudah terkumpul kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Makassar. Pengalaman yang sungguh tidak akan pernah terlupakan, terlebih bagi saya karena ini merupakan pengalaman pertama mendaki gunung. Meskipun seluruh badan sudah pegal tetapi perjalanan ini sungguh menyenangkan dengan pemandangan alam yang sangat luar biasa.

KLIK INI:  Tidak Hanya Surga Bagi Penyelam, Taka Bonerate juga Punya 3 Destinasi Darat yang Menggiurkan