Pesona Desa Kahayya, Kopi dan Eksotika Wisata Alam Khas Pegunungan

oleh -270 kali dilihat
Pesona Desa Kahayya, Kopi dan Eksotika Wisata Alam Khas Pegunungan
Danau Kahayya atau Lurayya-Foto/Ist
Anis Kurniawan

Untuk sampai ke Desa idaman ini, kita harus menempuh perjalanan sekira 204 kilometer dari Kota Makassar atau sekira 35 kilometer dari pusat Kota Bulukumba. Rasa lelah akan terbayarkan begitu tiba di Kahayya, nikmati kopinya dan resapi pemandangan alam indah khas pegunungan.

Klikhijau.com – Cuaca sedang membaik di awal pagi saat kami menerabas ke Desa Kahayya di bagian Utara Kota Bulukumba. Sepanjang jalan, pemandangan hijau sungguh menyejukkan mata. Tanah subur ala desa pegunungan juga udara segar membuat kami tak kuasa menyembunyikan rasa bahagia.

Kendaraan melaju pelan membelah jalan sempit yang sunyi ketika kami tiba di pintu masuk Desa Kahayya. Dari kejauhan tampaklah hijau pegunungan. Roda kendaraan terus menanjak sebelum akhirnya kami tiba di pemukiman penduduk dengan rumah-rumah panggung khas desa. Warga desa menyambut kami dengan senyum hangat, tentu pertanda baik betapa warganya mulai terbiasa dengan pengunjung—satu modal penting sebuah desa berlabel desa wisata.

Suasana ini membuat kami merasa nyaman berada di Kahayya dan tentu tak sabar menikmati segenap keindahannya. Sembari terus bergerak menuju rumah Kepala Desa Kahayya, jemari kami pun sibuk mengambil gambar dan video. Mencoba mengabadikan spot-spot menawan. Sesekali kami pun auto-mampir berswafoto di spot-spot yang instagramable.

Juga menikmati segarnya sumber-sumber mata air yang bermancuran dari cela-cela pegunungan. Airnya jernih nan dingin, kata warga sekitar, air ini bahkan bisa langsung diminum. Tanpa berpikir panjang, kami pun mencobanya, air melewati tenggorokan seolah baru saja diambil dari kulkas, dahaga kami lepas seketika.

KLIK INI:  Pulau Racun, Destinasi Bahari Terbaik di Ujung Minahasa Tenggara

“Bulukumba dikenal dengan wisata pantai, namun Desa Kahayya boleh jadi satu opsi wisata masa depan untuk mereka yang ingin merasakan sensasi wisata pegunungan,” kata rekan kami Idris Makkatutu yang menemani sepanjang ekspedisi Kahayya.

Perjumpaan dengan Kopi Kahayya

Aroma kopi Kahayya mulai tercium, imajinasi kami pun membiak tak sabar menyeruput kopi Kahayya yang kini jadi buah bibir di mana-mana. Terlebih, sepanjang jalan di pekarangan rumah warga, biji kopi yang baru dipanen sedang dijemur. Kopi di sana memang melimpah!

Setiba di rumah Kepala Desa Kahayya, Bapak Abdul Rahman (50) aroma khas Kopi Kahayya benar-benar tersaji di hadapan kami. Ibu Desa tampaknya sangat cekatan menyambut kami dan seolah mengerti rasa penasaran kami dengan Kopi Kahayya.

“Ini kopi Kahayya, kopi khas desa kami,” sela Abdul Rahman saat kopi panas tersaji.

“Woww, ini yang kami tunggu-tunggu Pak,” kata saya.

“Silakan dinikmati dan silakan diresapi perbedaannya dengan kopi lainnya,” tambahnya lagi.

Kopi kami seruput meski asap tipis masih mengepul di permukaan gelas. Tak masalah, sebab kami tidak ingin melewati aroma kopi andalan ini begitu saja. Kata Pak Rahman, yang otentik dari kopi Kahayya adalah aroma buah nangka yang terselip di antara rasa kopi yang pekat. Woww, seratus persen benar. Berulang-ulang kami mencoba mengecapnya dalam-dalam, aroma buah nangka ternyata nyata adanya.

“Ini benar-benar beda,” kata seorang rekan kami.

KLIK INI:  Memetik Sensasi Hijau di Ujung Tabbinna Coko, Kahayya

Kopi Kahayya pagi itu menjadi pemantik perjumpaan dan diskusi santai kami dengan Kepala Desa di rumahnya yang sederhana. Aneka tanaman sayur dan bunga-bunga mekar mengepung sisi pekarangan rumahnya menjadi perhatian tersendiri bagi kami.

Abdul Rahman mulai bercerita panjang lebar tentang historiografi Kopi Kahayya dan penamaan desanya “Kahayya” yang saling terkait satu sama lain. Ia menuturkan dengan gaya santai dan mengalir.

Seperti diketahui, sejak abad ke-17, masyarakat Sulawesi Selatan telah mengenal kopi. Pada mulanya, kopi dibawa oleh pedagang Arab yang melakukan interaksi perdagangan dengan Kerajaan Gowa. Sejak itu, kopi ditanam di sekitar Gunung Lompobattang dan juga di Toraja.

Seiring waktu, tanaman kopi dikembangkan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan antara lain Kabupaten Pangkajene, Maros, Bantaeng, Sigeri, Sesayya, Bulukumba, Bakungan, Selayar, dan Sinjai. Hasil pertanian kopi dari daerah ini telah diekspor ke kancah internasional antara lain Singapura, Belanda, Inggris, Prancis, dan Amerika.

Diantara beberapa daerah penghasil kopi di atas, Kabupaten Bulukumba adalah daerah yang masih terus mempertahankan produksinya hingga hari ini. Dan kopi Kahayya adalah Desa penghasil kopi yang cukup legendaris.

KLIK INI:  Permandian Bravo 45 Bulukumba dan Lelaki Misterius Bernama Suma'

Kahayya” berasal dari kata “Kaha” yang diserap dari bahasa Arab yakni “qahwa” yang berarti kopi. Sedangkan akhiran “yya” dalam bahasa Konjo merupakan subbahasa Makassar memiliki arti “penunjukan tempat. Jadi, Kahayya memiliki arti negeri kopi dikembangkan. Menurut cerita Abdul Rahman, partikel “yya” seklaigus sebagai penegasan bahwa tanah subur di kaki Gunung Bawakaraeng ini memiliki persebaran kopi yang dominan.

“Mayoritas jenis kopi yang ditanam di Kahayya adalah varietas Arabika,” cerita Rahman.

Menariknya, petani di Kahayya sangat suka menanam tanaman kopi yang diselingi dengan pohon nangka. Rupanya inilah resep turun-temurun yang diyakini akan melahirkan aroma kopi rasa nangka. Menurut Abdul Rahman, kebiasaan menanam ini masih dipertahankan petani kopi di desanya, demi menjaga kekhasan rasa Kopi Kahayya. Kopi dengan aroma nangka yang sulit diekspresikan dengan kata-kata.

Abdul Rahman berharap desanya akan semakin berkembang dan maju ke depannya diantaranya karena kepopuleran kopi Kahayya. Ia menyadari betapa semakin banyak pengunjung yang datang dengan dua alasan sekaligus, menikmati wisata khas pegunungan dan menikmati aroma kopi Kahayya.

KLIK INI:  Ketika Tempat Pembuang Sampah Bersalin Wajah jadi Tempat Rekreasi

Membuka akses informasi yang luas

Kesadaran akan era digital dan keterbukaan informasi ditangkap oleh Pemerintah Desa Kahayya sebagai sebuah peluang besar. Meski berada di pegunungan yang dulu selama puluhan tahun terisolir dan sulit diakses karena jalanan yang berkubang dan berbatu, Desa Kahayya kini terus berbenah sebagai satu ikon di Kabupaten Bulukumba.

Nama Desa Kahhayya pun dulunya begitu asing di Bulukumba. Tidak banyak orang yang tertarik datang ke desa ini karena akses jalan yang sulit untuk kendaraan bermotor.

Sejak 2014 lalu, infrastruktur jalan di Desa ini perlahan dibenahi oleh Pemerintah Daerah. Bila dulu, hanya kendaraan roda dua yang bisa masuk ke Desa Kahayya bahkan warga bergiat ke pasar atau kemana-mana dengan jalan kaki, kini kondisinya telah berubah. Kendaraan roda empat sudah bisa masuk, meski beberapa titik masih perlu perhatian. Semua upaya ini dilakukan untuk melengkapi label desa wisata Kahayya yang telah diikrarkan bersama warga.

Desa di lereng gunung dengan ketinggian mencapai 1.600 mpdl ini terdiri dari tiga dusun, yaitu Dusun Gamaccayya, Dusun Kahayya, dan Dusun Tabbuakkang laksana mutiara yang lama terpendam. Sebagai Kepala Desa yang dulunya bekerja sebagai Polisi Hutan (Polhut), Abdul Rahman memiliki impian tinggi pada desanya. Ia bermimpi, Desa Kahayya kelak menjadi destinasi strategis di Sulawesi Selatan bahkan Indonesia.

KLIK INI:  Bunga Indah nan eksotis yang Bisa Dijumpai di Pegunungan Indonesia

Masuknya internet di Desa Kahayya dan label sebagai desa digital kini menyempurnakan progres pengembangan desa yang mayoritas penduduknya berbahasa Konjo ini. Ketika nama Desa Kahayya diketik di mesin pencarian google, ratusan informasi bisa didaras. Yah, beberapa media memang telah mengabarkan pesona desa Kahayya.

Di samping itu, website resmi bernama: desakahayya.id yang dikelola Pemerintah Desa bisa diakses dengan informasi yang cukup lengkap. Di kanal ini, pengunjung dapat mengakses informasi mengenai potensi desa, kontak person yang bisa dihubungi di Desa Kahayya, hingga link pemberitaan media yang pernah memuat berita desa.

Jaringan internet seluler memang sedikit ngadat selama berada di desa Kahayya. Namun, sebagai desa digital itu tidak jadi masalah saat ini sebab kami pun bisa mengakses jaringan WIFI yang disediakan pemerintah desa. Akses internet ini juga telah dinikmati warga desa Kahayya bermodalkan password Nomor Induk Kependudukan (NIK). Menariknya, Abdul Rahman telah menyiapkan NIK khusus milik warga untuk dipergunakan bagi pengunjung agar bisa tetap berselancar internet.

Usai berbincang panjang lebar dan menghabiskan secangkir kopi, perjalanan kami lanjutkan menuju tiga titik andalan: Danau di atas bukit, puncak Kahayya dan Donggia. Untuk sampai ke puncak Kahayya, kendaraan harus diparkir di tepi jalan. Lalu, berjalan kaki melintasi kebun-kebun warga. Sebelumnya, kami bertemu dengan lurayya, danau yang tidak pernah kering dengan mata air jernih bermunculan di sekelilingnya. Hijau dedaun seladah air tumbuh subur di sisinya, lumayan menggoda untuk dipanen dan diolah menjadi sayur tumis.

KLIK INI:  Tidak Hanya Surga Bagi Penyelam, Taka Bonerate juga Punya 3 Destinasi Darat yang Menggiurkan

Pesawat drone sempat kami terbangkan untuk mengambil gambar dari udara serta melihat lebih detail keindahan danau. Koleksi foto bersama di dekat danau jadi saksi bahwa kami pernah menjejaki nuansa alami di Kahayya. Setelahnya, bersiaplah berjalan menapaki pegunungan menuju puncak Kahayya. Spot eksotis yang menawarkan sensasi di ketinggian. Di sana kami dapat mengamati bukit-bukit indah menjulang, pegunungan dan jalan-jalan berkelok yang tampak seperti garis pena berkelok-kelok di atas kertas. Indahnya bukan main. Sayangnya, matahari sudah mulai menanjak saat kami ada di puncak Kahayya. Jadi, setelah berswafoto bersama, segera kami menuruni puncak. Perjuangan tiba di puncak nyaris sama beratnya dengan perjalanan ke bawah. Namun, sekali lagi rasa lelah terbayarkan dengan pemandangan alam dan udara segar yang berhembus sepoi.

Rute terakhir yang kami datangi adalah Donggia. Spot satu ini telah ditata khusus untuk berswafoto. Lokasi ini sudah dikelola secara profesional oleh komunitas pemuda setempat. Jadi, sebelum masuk harus bayar karcis terlebih dahulu sebesar Rp.5000. Setiap tahun, festival kopi bertajuk “Senandung Kopi Kahayya” digelar di sini. Para barista lokal berkolaborasi dengan barista dari Kabupaten tetangga akan beraduh keahlian meracik kopi. Festival tahunan ini telah menarik perhatian wisatawan—menegaskan sekali lagi bahwa kopi Kahayya dan wisata pegunungan adalah identitas Desa Kahayya.

Sebelum belok kiri meningalkan Donggia, kami berjumpa dengan dua orang pejalan kaki. Mereka baru saja tiba di Donggia setelah menempuh perjalanan kaki dari Kabupaten Sinjai. Mereka melintasi lembah, sungai, hutan-hutan dan pegunungan demi menikmati pesona Kahayya. Senyum sumbringah tampak dari wajah mereka karena berhasil melewati rute penuh tantangan—persis kegembiraan beberapa kawan kami yang sejatinya kali pertama menginjakkan kaki di KAHAYYA!

KLIK INI:  5 Tempat Wisata Air Terjun Alami di Gowa yang Layak Dikunjungi