Ishmael, Sebuah Kisah Epik Ketergantungan Satu Sama Lain antar Manusia dan Gorila

oleh -441 kali dilihat
Ishmael, Sebuah Kisah Epik Ketergantungan Satu Sama Lain antar Manusia dan Gorila
Sampul novel Ishmael-foto/Ist
Nona Reni

Klikhijau.com –  Tiga tahun yang lalu, teman baik saya di Yogyakarta berkunjung ke Shopping Center. Saat ia berkeliling, mungkin ia teringat bahwa saya sangat menyukai buku.

“Temani saya belanja buku,” katanya melalui sambungan telepon.

“Oh, oke. Kebetulan saya juga lagi ingin nyari, buku obralan kemarin ga ada yang menarik,” timpalku.

Hari itu, setelah ia mengirimkan beberapa list pengarang berikut judul bukunya, saya memutuskan untuk membeli buku karya Will Eisner, Kahlil Gibran, Miguel De Cervantes, Carlos Maria Domingues, Paulo Caelho dan Daniel Quinn. Kemudian ia memaketkannya melalui POS Indonesia.

KLIK INI:  Titik Nalar dan Imajinasi Seorang Rimbawan

Setelah paketnya sampai, saya tertarik dengan sampul buku yang berjudul ISHMAEL ini. Ada beberapa jenis daun kering yang tak habis dibakar berserakan di antara tumpukan sampah plastik dan tutup botol.

Di tengah-tengahnya terdapat globe—tiruan bola bumi. Setelah puas mengamati sampul depan, saya beralih ke sampul belakang sinopsisnya.

Di sana saya lebih tercengang dengan kalimat yang tersusun sedemikian rupa. Ringkas, padat tapi cukup menggambarkan bahwa jutaan pembaca telah berhasil mengubah hidupnya hanya karena gagasan dalam buku ini.

Penulisnya bernama Daniel Quinn, lahir di Nebraska, Amerika Serikat, 1935. Ishmael merupakan novel pertamanya dan juga mampu memenangi penghargaan Turner Tomorrow Fellowship Award, yang membuatnya berhak atas hadiah senilai US$500.000, jumlah terbesar yang pernah dipersembahkan untuk hadiah novel.

Siapa sih Ishmael? Mungkin kita akan merasa familiar dengan nama itu. Tapi Ismhael yang tertulis dalam novel ini jelas sangat berbeda dengan cerita pada umumnya.

Berawal dari iklan

Novel ini menceritakan tentang seorang lelaki tak bernama yang terhenyak ketika membaca iklan pendek terpampang di sebuah koran. Kemudian menyumpahi, meludahi dan melemparkan koran itu ke lantai. Dirasa belum cukup, ia kembali memungut dan meremasnya lantas membuangnya di tong sampah.

Namun, iklan itu mengingatkan akan hasrat masa mudanya, ia penasaran dan akhirnya membaca kembali iklan yang berbunyi “Guru mencari murid.  Syarat: punya keinginan besar untuk menyelamatkan dunia. Datang sendiri!

KLIK INI:  Salut, Nagekeo Terapkan Kearifan Lokal untuk Kurangi Sampah Plastik!

Menyelamatkan dunia adalah impian semasa kecilnya. Itu benar-benar keren, pikirnya.  Keinginannya memang terlalu besar untuk menyelamatkan dunia. Ia merasa itu adalah kesempatan terbaiknya. Maka ia memutuskan mendatangi tempat iklan itu.

Ia memikirkan tempat itu akan dipenuhi lebih dari dua ratus orang bodoh, lemah otak, bego, tidak waras, tolol, goblok dan telat mikir memenuhi alamat tertera, bersiap untuk menyerahkan seluruh keduniawian mereka untuk kemudian bersimpuh di bawah kaki sang guru. Guru yang memiliki kebijaksanaan tersembunyi yang dapat mengobati kekecewaan dan kebingungan.

Lelaki tak bernama itu, ingin membuktikan bahwa iklan itu hanyalah tipuan. Ia telah mempelajari the Journey to The Eastnya Herman Hesse. Namun jiwanya tetap saja kering dan tak menginginkan apa pun kecuali keinginan besar menyelamatkan bumi. Ia betul-betul butuh guru untuk mengajarkan semua itu.

Sesampai di tempat iklan itu ia terperanjat ketika ia hanya mendapati bangunanan kumuh. Kesan yang ditinggalkan hanya dua, pertama adalah hampa. Kesan keduanya adalah bau.

Tempat itu adalah kandang binatang. Di dinding kiri terdapat rak buku berisi sekitar 30 buku sejarah dan antropologi. Sebuah kursi berbantal empuk teronggok di tengah-tengah ruangan, berhadapan dengan dinding kaca tebal.

KLIK INI:  Tahun-Tahun Mendatang, Miliaran Sampah Plastik akan Mengepung Bumi

Di balik kaca itu ia mendapati sepasang mata.  Sambil mereka-reka apa yang baru dilihatnya, ia diliputi sedikit rasa takut. Di balik kaca itu seekor gorila dewasa mengerikan duduk dengan tenang sambil menggigiti sebuah ranting kecil.

Namun, ketika ia kembali menatap  gorila itu dia merasakan penghinaan karena merasa tidak dipedulikan oleh binatang yang hampir mirip dengan manusia itu.

Ketika ia hendak beranjak pergi karena tak menemukan guru yang ia cari, ia melihat poster di belakang gorila bertuliskan “Dengan kepergian manusia, akankah ada harapan buat gorila?”

Dan ketika ia memandang mata gorila itu, ada interaksi timbal balik lewat kerlingan mata, mata gorila itu bercerita. Ia menceritakan asal usulnya.

Gorila “kembaran” manusia

Gorila merupakn jenis primata terbesar. Makanannya adalah sayursayuran, tapi terkadang juga memakan serangga. Ia berasal dari hutan tropis Afrika

Primata  ordo Primates ini dapat dimasukkan ke dalam golangan omnivora. Gorila adalah primata yang paling mirip dengan manusia, yakni 97-98 persen DNA gorila identik dengan DNA manusia.

Dalam novel Daniel Quinn tersebut, primata dari famili Hominidae  itu bernama Ishmael. Pada suatu waktu, katanya ada metode yang biasa diterapkan terhadap para gorila: begitu menemukan sekumpulan gorila, para pemburu akan menembak yang betina  dan mengambil semua bayinya.

Ketika ia belum dikerangkeng, saudara-saudaranya sering bertanya,  “Mengapa? Mengapa manusia memperlakukan mereka seperti itu?”

KLIK INI:  6 Buku Motivasi Peduli Lingkungan yang Layak Dibaca Tuntas

Ishmael terus saja bercerita tentang bagaimana ia bisa tertangkap dan dijual ke pemilik sirkus yang hanya memiliki kandang kosong. Kandang yang kini sedang mereka tempati. Ishmael juga bercerita tentang Abraham, Perang dunia, Fantasi-fantasi yang pemikirannya jauh melampaui pengetahuan manusia pada umumnya

Ia tahu tentang zaman primitif, tentang Hitler dan ia juga mampu bercerita tentang makna dunia yang dimaksud Tuhan maupun takdir manusia.

Ishmael juga mengetahui tentang teknologi, perniagaan, hitung-hitungan, baca tulis, maupun sejarah.

Walaupun mereka hanya berbincang selama satu jam, Ishmael menyudahi pengajarannya kepada lelaki tak bernama. Ia kembali melihat sisi kiri poster yang dipajang Ishmael di dinding kandangnya bertuliskan.

“Dengan Kepergian Manusia, Akankah Ada Harapan  Buat Gorila?”

Sementara pesan di sisi lainnya berbunyi:

“Dengan Kepergian Gorila, Akankah Ada Harapan Bagi Manusia?”

Nah, bagi kalian yang pernah baca buku ini, semoga seberuntung jutaan orang lain yang telah menjadi lebih peduli karena gagasan yang ditawarkan oleh Daniel Quinn ini dan juga lebih peduli pada satwa, khususnya gorila.

Sekilas tentang Ishmael

Judul: Ishmael
Penulis: Daniel Quinn
Penerjemah: Erwin Y. Salim
Penyunting : Syafi’ Alielha
Penerbit: Fresh Book, 2006
Kategori: Novel

KLIK INI:  Ketika Dua Menteri Perempuan Menolak Disuguhi Air Mineral Botol Plastik