Salut, Nagekeo Terapkan Kearifan Lokal untuk Kurangi Sampah Plastik!

oleh -558 kali dilihat
Salut,-Nagekeo-Terapkan-Kearifan-Lokal-untuk-Kurangi-Sampah-Plastik
Wadah wati dan gelas bambu Nagekeo/Foto-kompas

Klikhijau.com – Nagekeo telah memcoba mengurangi sampah plastik dengan menguatkan kearifan lokal (local wisdom).

Para pemerhati dan pekerja lembaga swadaya masyarakat (LSM) selalu menyoroti pemerintah terhadap masalah sampah plastik. Mendaur ulang sampah plastik belum bisa mengatasi sampah plastik.

Faktanya, kebiasaan warga yang membuang sampah plastik di sembarangan tempat, baik pinggir jalan raya, lingkungan rumah dan alam terbuka tetap saja mewabah.

Berangkat dari sulit mengatasi sampah plastik di Pulau Flores umumnya dan di Kabupaten Nagekeo khususnya, maka Bupati Nagekeo, dr. Johanes Don Bosco Do dan Wakil Bupatinya, Marianus Waja yang dilantik Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat, memiliki konsep dan program untuk mengatasi masalah sampah plastik.

Salah satu yang dikembangkan oleh pemimpin baru Nagekeo itu dengan memakai produk-produk lokal yang dianyam oleh rakyatnya dan bahannya berasal dari alam.

KLIK INI:  Demi Masa Depan, Edukasi Bahaya Sampah Penting untuk Anak-Anak

Bahan-bahan yang bersumber dari alam Nagekeo sangat ramah lingkungan. Bahannya berasal daun lontar serta bambu yang dianyam oleh kaum perempuan dan laki-laki yang bersumber dari alam.

Dimulai dari wadah untuk makan yang disebut wati dan tempat minum dari bambu. Ini menggantikan pemakaian piring plastik yang berasal pabrik.

Selama ini apabila rakyat Nagekeo membeli gelas plastik, piring plastik dan mangkuk kaca dan aluminium untuk tempat makan serta minuman kemasan yang berbahan plastik maka uang rakyat Nagekeo kembali ke pemilik pabrik dan rakyat Nagekeo hanya memperoleh tumpukan sampah plastiknya.

Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo di era kepemimpinan selama lima tahun ke depan, maka uang rakyat dan uang pemerintah harus berputar di seluruh kampung dengan membeli bahan-bahan yang ramah lingkungan yang berasal dari alam Nagekeo.

Bupati, dr. Don menjelaskan, gerakan kebangkitan produksi lokal Nagekeo akan mengurangi pemakaian berbahan plastik dan keperluan dan kebutuhan rumah tangga penduduk Nagekeo.

Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo tidak kuatir dengan perlawanan dan persaingan dari produk-produk dari pabrik yang berbahan plastik. Kedua-duanya tetap mengambil peran masing-masing.

KLIK INI:  Ramai-Ramai Menyulap Sampah Plastik Jadi Paving Block

Pemilik modal yang mengolah bahan kebutuhan rumah tangga tidak terganggu dengan program yang direncanakan pemerintah, bahkan, kedua-duanya memiliki peran masing-masing.

Saat ini tidak bisa dibendung produk-produk dari olah pabrik yang berbahan plastik karena setiap orang memiliki pilihan masing-masing dalam menggunakan bahan kebutuhan rumah tangga.

Namun, Pemerintah Daerah Kabupaten juga mengambil peran dalam meningkatkan perekonomian rakyat serta pemberdayaan rakyat lokal dengan memakai bahan-bahan yang ramah lingkungan, jelasnya.

Saya mulai dari diri sendiri untuk memakai produk lokal hasil olahan rakyat Nagekeo. Selama ini kesulitannya adalah pasar untuk menjual anyam lokal rakyat yang tidak merusak lingkungan hidup. Dan juga aparat sipil negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Daerah wajib memberi produk lokal yang dihasilkan oleh rakyat lokal,” katanya.

Wadah wati dan gelas bambu apabila sudah rusak maka bisa dibuang di belakang rumah dan akan lapuk yang menyuburkan tanah. Muncul humus tanah karena daun lontar dan bambu itu bisa lapuk. Tidak keras. Beda dengan piring plastik dan kaca, gelas plastik dan kaca harus membuat lubang sampah sebagai tempat pembuangannya.

KLIK INI:  Ajaib, Tanam Singkong Tumbuhnya Plastik Ramah Lingkungan

Butuh waktu bertahun-tahun bahan-bahan itu lapuk dan tidak menimbulkan kesuburan tanah. “Di situ letak perbedaannya,” lanjutnya.

Bupati Nagekeo, dr Don menjelaskan, keberlangsungan dan keberlanjutan produk lokal yang berasal dari alam Nagekeo sebagai bahan dasarnya makan padang savana di seluruh Nagekeo harus dihijaukan dengan menanam pohon lontar serta terus menanam bambu, baik secara pribadi maupun melalui program pemerintah.

“Saya ajak seluruh masyarakat Nagekeo dan pihak wiraswasta untuk mendukung program pemerintah yang ramah lingkungan. Jikalau lingkungan tidak sehat karena penuh dengan sampah plastik akan berdampak pada kesehatan masyarakat itu sendiri. Saya ini berlatarbelakang dokter mengetahui semuanya. Saya mengetahui bagaimana menjaga wadah wati itu bersih dan higienes sesuai standar kesehatan serta gelas bambu. Program ini tidak merugikan pihak wiraswasta, melainkan menguntungkan berbagai pihak,” jelasnya.

Semoga menginspirasi kepala daerah lainnya di Indonesia!

KLIK INI:  Trashed dan 4 Film Lainnya akan Ubah Sikap Cuek pada Lingkungan Jadi Cinta