Terinspirasi dari Kopi Luwak, Anggota Brimob di Makassar Produksi Kopi Maggot

oleh -336 kali dilihat
Cerita Anggota Brimob di Makassar, Produksi Kopi Maggot dari Sampah
Kopi Maggot olahan Pak Pur - Foto: Ist
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Minum kopi sudah jadi sebuah kebudayaan. Kopi di Indonesia terus berkembang dengan ragam teknik pengolahan. Kopi luwak misalnya dikenal mahal karena melibatkan luwak sebagai bagian dari proses menuai biji kopi terbaik.

Nah, terinspirasi dari kopi luwak, seorang Anggota POLRI dari kesatuan Brimob di Makassar memproduksi produk kopi unik yang dinamai kopi maggot. Dari namanya, terbayanglah kita tentang lalat maggot BSF (Black Soldier Fly) yang dikembangkan sebagai agen pengurai sampah organik.

Terkesan sedikit menjijikkan karena ulat Maggot identik dengan sampah organik. Namun, produk kopi satu ini diketahui tak kalah dengan kopi luwak. Rasanya khas dan manfaatnya istimewa untuk stamina dan imunitas.

Bagaimana cerita dan proses pembuatan kopi Maggot? Simak kisahnya:

Bermula dari budidaya maggot

Namanya Ipda Purwanto (Wadanki 1 Batalyon A Satuan Brimob Polda Sulawesi Selatan). Jauh sebelum mengolah kopi maggot, Pak Pur, sapaan akrabnya memang dikenal sebagai anggota polisi yang kreatif dan sangat bermasyarakat. Ia aktif melakukan ragam kegiatan inovatif, salah satunya adalah budidaya maggot BSF sebagai satu opsi penanganan sampah organik.

KLIK INI:  Mengulik Peran Burung dan Lebah dalam Meningkatkan Produksi dan Kualitas Kopi

Pak Pur terpanggil untuk mendalami dan mengembangkan langsung budidaya maggot karena dianggap cukup efektif menangani sampah organik. Dari budidaya maggot inilah, ia kemudian terinspirasi membuat kopi maggot yang mungkin tak pernah terpikirkan banyak orang.

“Awal terpikir berinovasi membuat kopi maggot di pertengahan tahun 2016 silam. Kebetulan saya sudah kembangkan maggot BSF di rumah untuk mengurangi sampah organik sendiri maupun sampah dari rumah tetangga,” tuturnya.

Ipda Purwanto sedang memilah kopi pilihan – Foto: Ist

Suatu waktu dalam perjalanan bertugas di Kabupaten Enrekang, ia melintasi kebun kopi. Di sanalah, imajinasinya berkelabat tentang kopi maggot.

“Melintasi kebun kopi di Enrekang saat itu, saya terpikir bahwa agaknya memungkinkan Maggot BSF diberdayakan mengolah kopi sebagaimana kopi luwak,” kisahnya.

Sejak saat itu, Pak Pur mencari informasi bahkan pelan-pelan mulai melakukan eksperimentasi secara mandiri. Namun, sepanjang tahun 2016-2017 tersebut ia belum juga menemukan cara yang tepat untuk mengolah dan memfermentasi kopi.

“Banyak kegagalan di awal-awal, misal sebuah kopi tidak bisa ditumpuk dalam ember, sebab maggot BSF hanya akan memakan kulit luar saja. Buah kopi yang paling bawah akan membusuk karena maggot BSF tidak akan menyelam dan memakan kulit kopi seluruhnya,” katanya mengenang kegagalannya.

KLIK INI:  Mengamati Cara Tarsius Bekerja di Alam Membantu Petani

Meski menuai kegagalan demi kegagalan, ia tidak lantas frustasi. Pak Pur terus mencoba lagi dan lagi. Ia juga rajin mengumpulkan sumber-sumber informasi dari berbagai media.

Inspirasi menemukan teknik yang tepat itu kemudian muncul  saat melihat tayangan suatu acara televisi swasta nasional tentang luwak yang dipelihara lalu diberi makan kopi.

“Dari tayangan tentang kopi luwak inilah, inspirasi itu muncul. Saya melihat bahwa terjadi fermentasi dalam perut luwak yang kemudian biji kopi itu dikeluarkan bersama kotorannya,” katanya.

Ia juga mengamati bagaimana naluri hewan di alam liar sepeti luwak yang hanya tertarik makan biji kopi yang merah chery dan masak di pohon. Dari sini, Pak Pur kemudian meminjam cara kerja luwak pada maggot. Ia mencobanya suatu ketika dan dari beberapa percobaan, ia berhasil menghasilkan satu jenis kopi yang dinamai kopi maggot.

Proses pembuatannya

Pemilahan biji kopi pilihan adalah kuncinya. Sebagaimana kopi luwak, Pak Pur memulai pemilahan biji kopi yang fresh dan matang yakni berwarna merah chery alias masak di pohon.

Biji kopi terbaik inilah yang kemudian difermentasi dengan beberapa enzim selama 1 minggu dalam kantong tertutup dan kedap udara.

KLIK INI:  Pernikahan Bisa Jadi Gerakan Lingkungan, Ini Beberapa Buktinya

“Setelah proses ini selesai baru kita buka dan diberikan makan pada maggot BSF yang sudah disiapkan dalam nampan. Kedalaman buah kopi tidak lebih dari 5 cm, agar maggot bisa maksimal dalam memakan kulit buah biji kopi”.

“Di sini ada fermentasi alami dari maggot BSF pada buah kopi, ada beberapa enzim yang dikeluarkan dari maggot BSF tersebut. Serta ada hawa panas dari tubuh maggot yang akan menunjang proses fermentasi berjalan dengan baik,” lanjutnya.

Untuk buah kopi sebanyak 5 kg bisa terfermentasi dan dimakan maggot sekira 1 kg. Proses ini akan berlangsung selama lebih kurang 10 hari. Tergantung banyaknya Maggot yang ditaruh dalam nampan. “Semakin banyak maggot, semakin cepat pula fermentasi tersebut,” tambahnya.

Ramah lingkungan dan kaya khasiat

Meski pola kerjanya dalam memilah biji kopi pilihan agak mirip dengan kopi luwak, Pak Pur menegaskan bahwa kopi maggot punya keistimewaan tersendiri yakni prosesnya yang ramah lingkungan.

Selain itu, proses fermentasi kopi maggot juga tidak mengeksploitasi satwa langka.

“Maggot BSF sangat mudah dikembangkan di berbagai tempat dan lokasi. Jadi, selain mengelola sampah organik di rumah, ada nilai tambah pula dengan produksi kopi maggot,” katanya.

Pak Pur menjamin produk kopi buatannya ini aman bagi kesehatan dan kaya khasiat.

“Kopi maggot dapat meningkatkan imun dan stamina. Bisa dicoba langsung mas!” ungkapnya tersenyum lebar.

Kini, produk kopi Maggot Pak Pur sudah dikemas khusus. Ia telah memperkenalkan produk khasnya ini pada khalayak setiapkali diundang jadi narasumber dimana-mana.

Yah, polisi satu ini memang terbilang progressif. Ia aktif memberi pelatihan di berbagai instansi dan masyarakat khususnya mengenai budidaya maggot dan pengelolaan pupuk oganik.

Terus bergerak Komandan Pur…!

KLIK INI:  Tiga Alasan Kopi Indonesia Masih Kalah Bersaing dari Kopi Brazil dan Vietnam