Inspirasi Pengelolaan Listrik Energi Bersih Berbasis Masyarakat dari Riau

oleh -27 kali dilihat
Inspirasi Pengelolaan Listrik Energi Bersih Berbasis Masyarakat dari Riau
PLTMH berbasis wrga di Riau - Foto: Ist

Klikhijau.com – Riau menjadi satu di antara sejumlah lokasi pengelolaan energi terbarukan berbasis komunitas masyarakat.

Lokasi itu berada di Kabupaten Kampar, tepatnya di Desa Batu Songgan. Masyarakatnya membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).

Memanfaatkan aliran sungai Songgan, masyarakat bekerja sama membangun PLTMH. Dengan  kaya murah, rumah warga teraliri listrik maksimal dan berbiaya murah.

Pembangunan PLTMH ini sempat dibantu oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar, sebelum akhirnya dikelola secara penuh secara swadaya oleh masyarakat Batu Songgan. Ini dilakukan masyarakat. Dengan biaya Rp 30 Ribu sebulan masyarakat sudah mendapatkan aliran listrik ke rumah, cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik mereka.

“Kami masyarakat adat merasakan energi ini tahun 2000 an, sebelumnya masih lampu strokeng, lampu minyak,” ungkap Efri Subayang perangkat Desa Subayang dalam kegiatan Diskusi dan Nonton Bareng film dokumenter “Kemandirian Energi: Transformasi Berbasis Masyarakat” yang Digelar Masyarakat Jurnalis Lingkungan (SIEJ) Simpul Riau dan Trend Asia di Pekanbaru, Jumat (20/10/2023).

Diskusi ini selain menghadirkan masyarakat Subayang, juga dihadiri Zulkifli selaku analis rencana umum energi daerah Dinas ESDM Provinsi Riau, Ahlul Fadli selaku Manager Kampanye dan Advokasi Walhi Riau, Iswadi Phd akademisi Universitas Riau, dan Ary Sandi dari Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR).

KLIK INI:  Apakah Hak Perempuan untuk Dapatkan Energi Bersih Sudah Terpenuhi?

Lebih lanjut, perihal energi terbarukan yang dikelola secara mandiri, Efri menjelaskan jika pemeliharaan PLTMH dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Yang lebih penting, dengan adanya PLTMH, masyarakat juga lebih menjaga lingkungan sekitar untuk memastikan debit air tetap maksimal untuk kebutuhan PLTMH.

“Kami punya hutan, 400 hektar akan kami jadikan hutan lindung, ini akan kami usulkan dan upayakan. Kami bangga akan kebutuhan kami ini,” tegasnya.

Sementara itu, Roni masyarakat Batu Songgan yang juga turut hadir dalam diskusi dan Nobar, coba membandingkan energi konvensional PLN yang saat ini hanya tiang saja yang sampai ke kampung mereka. Tiang-tiang listrik tersebut tidak tersambung kabel listrik.

“Saya pribadi khawatir PLN masuk ini (PLTMH) akan terabaikan, jadi sayang sekali upaya kita yang sudah lama ini jika nanti jadi terabaikan,” keluhnya.

Sependapat dengan masyarakat, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Riau juga melihat potensi dan kendala yang dihadapi masyarakat harus diantisipasi bersama.

Komunitas, pemerintah daerah dan pihak lainnya harus turut serta bersama-sama menjaga potensi energi terbarukan, jika tidak ada kesadaran bersama menjaga potensi ini, maka akan terbuka kemungkinan akan musnah.

“Kita harus pertanyakan ke pemerintah bagaimana formula energi terbarukan ini diterapkan ke masyarakat, bagaimana potensi ini dijaga,” sebutnya.

KLIK INI:  Kolaborasi dengan Kemendikbud, Anak Muda NTB Ciptakan Aplikasi Mitigasi Bencana

Ia juga mengatakan jika potensi kehilangan sumber energi ini terbuka ketika ada pihak ketiga atau investor yang tiba-tiba datang untuk melakukan pengelolaan lahan yang berada tepat di sumber energi.

“Kita belum dapat dari pemprov di mana potensi2 energi terbarukan itu. Ketahananya apa dan apa ancamannya, termasuk dari pihak ketiga,” ujarnya.

Potensi energi inilah yang menjadi pekerjaan rumah Pemprov Riau saat ini untuk mengelolanya dengan maksimal, Iswadi, Phd juga melihat hal itu sebagai potensi yang harus dimanfaatkan maksimal.

Selain itu menurutnya perlu diperhatikan jika potensi yang ada tidak serta merta bisa dimanfaatkan mentah-mentah begitu saja menjadi sumber energi.

“Kalau kita ingin bangun pembangkit, harus uji dulu skenarionya. Apa yang ada di dalam Rencana Umum Tenaga ListiknPLN. Misal energi surya, potensi PLTS kita tidak sama dengan daerah lain, jadi itu radiasi bukan temperatur,” sebutnya.

Kendati demikian ia tetap optimistis pengelolaan energi terbarukan di riau bisa maksimal dilaksanakan.

“Kita harus optimis, saya merasa tidak punya listrik tahun 1993 masuk listrik di rumbio (Kampar) kampung halaman, sekarang sudah terang. Kita harus kontribusi semua, PLN bisa memanfaatkan masyarakat untuk bantu pembangunan,” ujarnya.

KLIK INI:  Felix Finkbeiner, Remaja yang Menanam 150 Pohon untuk Setiap Orang di Bumi

Menjawab berbagai pertanyaan itu, Zulkifli menerangkan jika Pemprov Riau sudah memetakan potensi energi terbarukan yang bisa dikembangkan menjadi sumber energi masyarakat.

Tidak hanya tenaga air atau hidro, tenaga surya dan lainnya juga telah dipetakan.

“Riau kalau PLTMH, dikawasan Perbukitan di Bukit barisan berpotensi, kita telah membangun PLTMH di Sungai Santi, Simpang Kiri Kabupaten Kuantan Singingi, di Kabupaten Inhu di batang gangsal. Selain PLTMH kita juga melihat peluang kebutuhan energi daerah. Di pesisir, kita akan kembangkan potensi daerah,” urainya.

Selain itu menurutnya juga telah dibangun PlTS di sejumlah gedung pemerintahan dan kawasan penduduk, kendati skala kecil.

Nobar Film Dokumenter

Dalam kegiatan Nobar juga diputar film dokumenter yang disunting Trend Asia dengan sejumlah objek pengelolaan energi terbarukan berbasis komunitas, termasuk di Provinsi RiauRiau, dokumenter lainnya menampilkan pengelolaan energi tenaga surya di Blora Jawa Tengah dan pengelolaan energi tenaga bayu atau angin di Kedungrong, Yogyakarta.

“Ini merupakan kegiatan kedua yang digelar SIEJ Simpul Riau, setelah sebelumnya kegiatan serupa kami gelar juga mengangkat topik energi bersih,” ujar Koordinator SIEJ Simpul Riau, Ilham Yafiz.

Nobar dan diskusi digelar SIEJ Simpul Riau bekerja sama dengan Trend Asia. Film dokumenter yang disajikan merupakan film hasil liputan dan suntingan Trend Asia.

“Yang kita coba jelaskan dalm film ini energi berbasis listrik di mana manusia memiliki hak yang sama untuk akses listrik. Menjadi masalah ketika masyarakat desa belum mendapatkan haknya, apakah cukup diperoleh selayaknya seperti masyarakat kota, sebut Beyrra Triasdian selaku Manager Kampanye Energi Terbarukan Trend Asia sebelum memulai Nobar dan Diskusi.

Fakta yang terjadi di Batu Songgan menurutnya menarik dan sangat menggugah semagat yang menonton, karena masyarakat secara swadaya membangun PLTMH dan merawatnya dengan biaya yang murah.

Selain mendapat manfaat energi listrik, masyarakat juga merawat lingkungan sekitar yang menjadi sumber air yang menjadi tenaga PLTMH.

“Saya ke lokasinya, jauh, membuat bendungan di atas gunung, jalannya sempit. Kami sampaikan ke pemerintah agar energi terbarukan harus dapat porsi yang cukup, Pemerintah seharusnya menyediakan hak kita, kebutuhan listrik,” tegasnya.

KLIK INI:  Hanya 10 Ribu Rupiah, Warga Katimbang Merdeka Menikmati Listrik