Ratusan Ekor Jalak Bali Kembali Berkicau Bebas di Habitat Alaminya

oleh -288 kali dilihat
Kabar Baik, Populasi Burung Curik Bali Meningkat di Kawasan TN Bali Barat
Burung Curik Bali - Foto/RadarBali

Klikhijau.com – Sebanyak 108 ekor jalak bali (Leuchopsar rothschildi) ke habitat alaminya. pelepasliaran itu dilakukan di tiga lokasi yaitu Pantai Karangsewu, Teluk Brumbun, dan dan Labuhan Lalang. Ketiga tempat itu terletak di Provinsi Bali.

Pelepasliaran itu dilakukan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Prof. Siti Nurbaya dan Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong, didampingi Plt. Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK Bambang Hendroyono.

Kembalinya 108 ekor jalak bali atau yang juga dikenal dengan curik bali ke habitat alaminya itu. Menandai pula puncak peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) tahun 2022 pada tanggal 2 September lalu.

Dari tiga lokasi pelepasliaran tersebut Teluk Brumbun menjadi lokasi terbanyak mendapat jatah pelepasliaran, yakni  80 ekor, sementara Pantai Karangsewu  dan Labuhan Lalang masing-masing mendapat  14 ekor.

KLIK INI:  Mengulik Cara Pembuatan POC dan Pestisida Nabati ala Mahasiswa KKN Unhas

Burung curik bali tersebut berasal dari masing-masing kandang habituasi yang berada di Resort Gilimanuk, Resort Teluk Brumbun, dan Resort Teluk Terima.

Jalak bali yang dilepasliarkan telah melalui proses habituasi selama lebih dari 4 (empat) bulan. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap habitat alaminya dan diperiksa secara rutin kesehatannya.

Bagian penting rantai makanan

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Prof. Siti Nurbaya dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa telah terjadi pemulihan populasi curik bali di Taman Nasional Bali Barat, hingga April 2022 sebanyak 452 ekor. Peran konservasi ex situ link to in situ telah berhasil menyelamatkan populasi curik bali.

“Curik Bali sebagai bagian penting dari rantai makanan dan ekosistem, untuk itu harus terus dilakukan pengembangan metode-metode pengembangbiakan bersama-sama dengan Pemerintah Daerah, desa adat, pihak swasta, serta akademisi dan media,” ucap Siti Nurbaya.

Pada tahun 1900-an curik bali hanya dijumpai di kawasan TNBB dengan jumlah populasi yang sangat rendah. Di tahun 2001 hanya tersisa 6 (enam) ekor. Hal ini menjadi pertimbangan International Union for Conservation of Nature (IUCN) sejak tahun 1966. Memasukkan curik bali sebagai satwa yang hampir punah (critical endangered).

KLIK INI:  3 Inovasi Pelayanan Publik KLHK Diganjar Penghargaan Kementerian PAN-RB

Pemerintah Indonesia dengan komitmennya untuk melestarikan keanekaragaman spesies dan genetik beserta eksositemnya. Kemudian menetapkan curik bali sebagai satwa dilindungi sekaligus menjadikan kawasan yang merupakan habitatnya sebagai Taman Nasional. Salah salah satu mandatnya untuk melindungi jalak bali atau curik bali.

Satwa endemik

Balai Taman Nasional Bali Barat yang mempunyai satwa endemik burung curik bali. Telah berhasil melaksanakan pemulihan populasinya melalui kegiatan pengembangbiakan baik di suaka satwa maupun penangkaran, dengan keaktifan dukungan para pihak.

Saat ini Curik Bali tidak hanya terpantau tersebar di kawasan TN. Bali Barat, namun juga dapat dijumpai dalam kelompok-kelompok yang menetap atau mencari makan dan bermain di area Hutan Produksi Terbatas (HPT) yang berbatasan langsung dengan kawasan TN. Bali Barat, juga di pekarangan rumah desa adat atau masyarakat sekitarnya.

KLIK INI:  Mantap, 13 Kabupaten di Sulsel Diganjar Piala dan Sertifikat Adipura 2023

Sharing knowledge pelestarian curik Bali harus terus diinternalisasikan kepada kelompok-kelompok masyarakat yang lebih luas lagi. Selain itu, peran program konservasi ex situ yang link to in situ untuk jenis-jenis burung dilindungi lainnya. Terutama yang endemik Indonesia juga harus menjadi perhatian untuk ditingkatkan.

Kepala Balai Taman Nasional Bali Barat Agus Ngurah Krisna mengatakan sesuai dengan tema HKAN 2022 “Amertha Taksu Abhinaya” yang berarti memulihkan alam untuk masyarakat sejahtera. Maksudnya upaya-upaya konservasi telah banyak dilakukan namun perlu dukungan dari para pihak terutama kaum muda untuk ikut serta aktif.

Peringatan HKAN setiap tanggal 10 Agustus,  bertujuan untuk mengajak para pihak terutama para muda gen Z untuk mengenal upaya-upaya konservasi keanekaragaman ekosistem, spesies, dan genetik bagi kualitas hidup manusia yang lebih baik.

Salam Konservasi, Alam pulih, masyarakat sejahtera.(*)

KLIK INI:  Indonesia-Ceko Tingkatkan Kerjasama di Bidang Lingkungan