Klikhijau.com – Aktivitas Sumarni lebih banyak dilakukan di luar rumah. Mulai dari mengupas bawang hingga menonton chanel Youtube kesukaannya demi mendapat udara sejuk.
Suasana di dalam rumahnya membuat dirinya tak betah. Ia tak tahan dengan udara yang gerah apalagi di siang hari saat matahari mulai merangkak naik.
Kadang ia berdoa agar hujan sepanjang waktu. Namun, hujan juga tak membuatnya bisa betah, karena rumahnya sering “kerasukan” air.
Sumarni merasa serba salah, ingin berdoa agar hujan, tapi rumahnya terancam terendam air, berdoa agar tak hujan juga salah, sebab hawa dalam rumahnya sangat panas.
Rumahnya memang tak terlalu besar, plafonnya juga pendek, dan jendelanya tak bisa dibuka tutup. Ia kerap mengusir gerah dengan menyalakan kipas angin atau menyalakan AC.
Namun, itu bukan solusi yang bijak, mengingat tagihan listrik bisa membengkak. Sementara dua alat itu (AC dan kipas angin) jika ditelisik tentu kurang ramah lingkungan sebab menggunakan energi listrik. Sementara energi listrik di Indonesia dominan diproduksi dari bahan fosil bukan dari bahan alami.
Kadang ia merindukan suasana kampung orang tuanya yang sejuk dan segar. Di mana ia menghabiskan masa kecilnya. Tapi, godaan kota membuatnya rela meninggalkan kampung di mana ari-arinya tertanam.
Sumarni kerap memimpikan suasana rumah yang sejuk dan segar sehingga ia tak perlu diluar rumah mengupas bawang.
Suasana rumah yang sejuk dan segar memang akan membuat suasana nyaman. Membuat penghuninya lebih betah menghabiskan waktunya di dalam rumah.
Sayangnya tak mudah mendapatkan udara sejuk dan segar di rumah. Apalagi di wilayah perkotaan yang disesaki dengan kendaraan dan polusi udara seperti yang dialami Sumarni.
Namun, sebenarnya apa yang dialami oleh Sumarni dan yang lainnya—yang sulit menemukan kesejukan dan kesegaran dalam rumah bisa didapatkan dengan menempuh cara seperti yang disiarkan di akun Instagram @mitraruma_official:
-
Menyiasati tinggi plafon rumah
Plafon rumah sangat menentukan suasana hawa dalam rumah. Semakin pendek plafonnya akan semakin menciptakan ruangan yang gerah.
Karena itulah, ada baiknya pkafon rumah didesain dengan tinggi. Desain plafon yang tinggi akan memperlambat suhu panas masuk ke dalam rumah.
Karena sinar matahari tidak akan langsung masuk, tapi mengenai dinding luar rumah. Kemudian masuk ke dalam atap. Dari rangka tersebut kemudian akan ke plafon lalu mengaliri seisi rumah.
Maka dengan plafon yang tinggi udara yang masuk memiliki lebih banyak ruang untuk bergerak sehingga akan lebih sejuk dan segar
-
Menempatkan tanaman dalam ruangan
Karena kualitas udara tidak hanya bergantung pada udara di luar, tetapi juga dalam ruangan. Maka menempatkan tanaman dalam rumah bisa menjadi solusi baik untuk menciptakan udara yang segar dan sejuk secara alami.
Sudah bukan rahasia lagi, jika tanaman adalah pencipta udara yang segar dan sejuk, juga bisa melahirkan energi positif bagi penghuni rumah.
Ada beberapa tanaman yang bisa jadi pilihan untuk ditempatkan di dalam rumah, di antaranya lidah mertua, aglaonema, lidah buaya, peace lily dan bambu palm.
Dengan adanya tanaman dalam ruangan, selain bisa menyerap polusi juga bisa membuat suasana rumah lebih elegan.
-
Rutin membuka jendela
Jendela adalah bagian penting dari rumah. Sayangnya di daerah perkotaan banyak rumah tak lagi memiliki jendela yang bisa dibuka tutup, seperti rumah Sumarini pada kisah di awal tulisan ini. Padahal jendela semacam itu sangat penting untuk menciptakan udara segar dan sejuk secara alami.
Karena itu, sangat penting bagi kamu yang ingin membangun rumah atau merenovasi rumah memperhatikan faktor jendela. Upayakan memasang jendela yang bisa dibuka tutup setiap saat. Ini juga akan mengusir aroma pengap yang ada dalam rumah apalagi saat musim basah (hujan) tiba.
Itulah tiga tips simple cara mendapatkan udara sejuk dan segar dalam rumah secara alami. Semoga bermanfaat, sahabat hijau!
