Tentang Kelahiran Anak Gajah di TNWK dan Cara Terbaik Menjaga Populasi Gajah Tetap Stabil

oleh -19 kali dilihat
Sisca dan Wahid, Beri Kado Indah di Hari Gajah Sedunia dan HUT RI ke 75
Gajah sumatra/foto-beritasatu

Klikhijau.com – Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu satwa yang dilindungi. Karenanya setiap kabar ada gajah sumatera  melahirkan. Bakal menjadi kabar menggembirakan bagi dunia  satwa Indonesia.

Semisal kabar itu datang pada dini hari Senin, 26 Februari 2024, pukul 00.10 WIB. Anak gajah berjenis kelamin betina lahir di Pusat Latihan Gajah (PLG) Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung.

Anak gajah betina ini lahir dengan berat badan 69 kg, tinggi bahu 72 cm, lingkar dada 98 cm, panjang badan 87 cm, panjang ekor 50 cm, lingkar tapak kaki depan 44 cm, lingkar tapak kaki belakang 44 cm dan kondisi anak dan induk sehat dan normal.

Kelahiran ini merupakan kelahiran ke 4 (empat) dari induk gajah Pleno, yang saat ini berusia 34 tahun. Saat ini induk gajah diberikan makanan tambahan berupa rumput dari ladang pakan, dan Vitamin via injeksi untuk memulihkan kondisi pasca melahirkan dan menambah kualitas air susunya.

KLIK INI:  Kisah Singa-Singa di Taman Al-Qureshi Sudan yang Memilukan

Sesaat setelah melahirkan Tim Medis Rumah Sakit Gajah PLG – TNWK melakukan penanganan intensif terhadap anak dan induk gajah untuk memastikan keadaannya sehat.

Pada induk gajah Pleno dilakukan pembersihan pada saluran reproduksi dengan menyemprotkan antiseptik dan pada anak gajah disemprotkan pada pusarnya, dalam pantaunya, beberapa jam kemudian anak gajah langsung bisa menyusu ke induknya dan nampak sehat. Dengan lahirnya anak gajah ini maka menambah populasi gajah yang ada di PLG.

“Semoga kelahiran ini akan memberi semangat baru dalam pelestarian satwa prioritas dan menambah populasi gajah sumatra di PLG-TNWK,” ungkap Plt. Kepala Balai TNWK, Hermawan.

Hingga saat ini,  anak gajah betina yang baru lahir itu belum diberikan nama.

KLIK INI:  Tentang PCBs dan Upaya Indonesia dalam Mengatasinya
Cara menjaga populasi gajah

Dilansir dari Ecowatch, cara terbaik untuk menjaga populasi gajah tetap stabil adalah dengan membiarkannya   berkeliaran bebas di kawasan lindung yang terhubung dengan zona penyangga, bukan di “benteng” kawasan konservasi yang ruangnya lebih sedikit.

Cara tersebut ditemukan oleh sebuah studi baru yang dilakukan oleh tim ilmuwan dari Unit Penelitian Ekologi Konservasi di Universitas Pretoria di Afrika Selatan.

Konservasi habitat satwa liar sangat penting untuk melindungi spesies yang terancam punah seperti gajah sabana Afrika .

Dua penulis penelitian, Celesté Maré, seorang Ph.D dari  Universitas Aarhus, dan Robert AR Guldemond, peneliti di Unit Penelitian Ekologi Konservasi mengatakan sekitar 410.000 gajah sabana hidup di Afrika, sebagian besar hidup di bagian selatan benua tersebut.

KLIK INI:  Cerita Seekor Kukang yang Berhasil Diselamatkan BKSDA Sumsel

Lebih dari 290.000 mamalia yang terancam punah. 70 persennya  hidup di 103 kawasan lindung dengan konektivitas, ukuran dan perlindungan yang berbeda-beda.

Menurut penulis studi, Savana Afrika mencakup 13,5 juta km2, hampir setengah dari benua, dimana 10% dilindungi dan 2,2 juta km2 (16%) mendukung gajah sabana yang terancam punah secara global. Sabana ini juga merupakan rumah bagi setengah miliar orang, sehingga menyebabkan tingginya tingkat konflik manusia-satwa liar.

Dalam makalah mereka, Maré, Guldemond dan rekannya meneliti bagaimana populasi gajah di Afrika bagian selatan merespons berbagai pendekatan konservasi.

Studi ini mencakup sekitar 123.553 mil persegi dan merupakan analisis pertumbuhan paling luas dari populasi mamalia besar mana pun di dunia.

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa, dari tahun 1995 hingga 2020, populasi gajah di seluruh Afrika bagian selatan meningkat rata-rata setiap tahun sebesar 0,16 persen. Artinya, jumlah gajah sama dengan seperempat abad lalu.

KLIK INI:  Mengenal Jamur Merang, Manfaat dan Cara Budidayanya

Maré dan Guldemond juga mengatakan, bahwa hal ini menjanjikan mengingat secara global, gajah sabana masih terdaftar sebagai hewan terancam punah , yang berarti jumlah mereka menurun lebih dari 50% dalam tiga generasi.

“Analisis kami membawa kami pada kesimpulan bahwa cara terbaik untuk menjaga jumlah gajah tetap stabil adalah dengan membiarkan gajah berkeliaran dengan bebas. Memelihara gajah di taman konservasi ‘benteng’ kecil dapat menyebabkan lonjakan jumlah gajah, namun hal ini tidak berarti jumlahnya akan stabil (kurang lebih sama dari waktu ke waktu),” kata mereka.

Dua pendekatan

Ada dua pendekatan yang biasanya digunakan dalam penetapan kawasan lindung. Salah satunya adalah dengan menciptakan benteng konservasi terisolasi yang menjaga hewan tetap di dalam sekaligus melindungi mereka dari manusia.

KLIK INI:  Bagaimana Membedakan Tanah Subur dan Tanah Tidak Subur?

Para peneliti menemukan bahwa populasi gajah di habitat kecil ini meningkat pesat, terkadang hingga diperlukan pengendalian kelahiran atau translokasi. Potensi kawasan konservasi yang terlalu padat akan membahayakan kesehatan gajah dan lingkungan.

Model lainnya adalah dengan membentuk kelompok habitat yang dilindungi yang dihubungkan dengan kawasan penyangga yang kurang terlindungi, seperti lahan komunal dan hutan serta kawasan pertanian subsisten.

Strategi terakhir berarti gajah dilindungi di dalam kawasan inti, dengan sumber daya tersedia untuk digunakan bersama oleh satwa liar dan manusia di zona penyangga.

“Temuan kami menunjukkan bahwa gajah di kawasan inti yang luas dan terlindungi dengan baik lebih stabil – tidak bertambah atau berkurang secara signifikan. Populasi ini mendapatkan perlindungan yang ketat dan dampak manusia yang minimal, sementara konektivitas mereka dengan daerah penyangga memungkinkan terjadinya pergerakan alami. Keterhubungan antar kelompok kawasan lindung memungkinkan gajah berpindah ke kawasan penyangga ketika populasi inti sudah terlalu tinggi dan kembali lagi ketika lingkungannya tidak sesuai, atau ketika mereka menghadapi ancaman lain, seperti perburuan,” kata Maré dan Guldemond.

KLIK INI:  Mengenal 'Sparkling Coffee', Satu Opsi Atasi Pahitnya Kopi

Penelitian bertajuk “Melindungi dan menghubungkan bentang alam menstabilkan populasi gajah sabana yang terancam punah” diterbitkan dalam jurnal Science Advances .

Maré dan Guldemond menekankan bahwa keselamatan dan penghidupan masyarakat lokal juga perlu dipertimbangkan dalam pembuatan zona penyangga.

“Benteng konservasi sering kali mengecualikan masyarakat lokal dan mungkin memicu kebencian. Namun kawasan penyangga yang mengelilingi kawasan inti yang dilindungi dapat dibangun melalui kerja sama dengan masyarakat lokal, yang kemudian juga dapat memperoleh manfaat ekonomi,” kata Maré dan Guldemond dinukil dari Ecowatch.

Menciptakan kawasan lindung yang terhubung tidak hanya memberi gajah sabana Afrika lebih banyak ruang untuk berkeliaran dan peluang bertahan hidup yang lebih baik, namun juga bermanfaat bagi spesies hewan dan tumbuhan lainnya.

“Populasi yang memiliki lebih banyak pilihan untuk berpindah tempat tinggal akan lebih sehat dan stabil. Hal ini penting mengingat masa depan yang tidak pasti akibat perubahan iklim ,” kata Maré dan Guldemond.

KLIK INI:  Menstabilkan Populasi Satwa Liar dengan Perburuan yang Diatur