Kisah BSU Hoki dan Pertamina Ubah Paradigma Masyarakat tentang Sampah

oleh -394 kali dilihat
Kisah BSU Hoki dan Pertamina Ubah Paradigma Masyarakat tentang Sampah
Kesibukan pengurus BSU Hoki memilah sampah-foto/Noya

Klikhijau.com –  Siang di tanggal 13 November 2021, setelah salat Jumat saya janji temu dengan  perwakilan anggota Kelompok Bank Sampah Unit (BSU) Hoki. Bank Sampah ini berada di Kecamatan Ujung Tanah, Kelurahan Tamalabba, Kota Makassar.

Saat matahari sedang tinggi-tingginya. Dengan berbekal gawai dan bantuan google maps saya  akhirnya  bisa berjumpa dengan Hj. Nani Dg Sungguh di kediamannya yang berada tidak jauh dari BSU Hoki.

Ketika berjumpa, meski pertama kalinya, kami merasa akrab. Kami  berdiskusi santai di sebuah lorong yang hanya berukuran satu meter setengah.

Nani bercerita panjang perihal masyarakat di tempatnya bermukim, yang kepeduliannya terhadap lingkungan masih kurang— itu menjadi keresahannya.

KLIK INI:  6 Aktivis Lingkungan Menerima ‘Goldman Environmental Prize’, Satunya dari Indonesia

Berawal dari keresahan itulah, ide untuk melakukan sesuatu tumbuh di pikirannya. Kondisi lingkungan yang jorok tidak bisa  dibiarkan  terus berlanjut.

Ia berpikir harus ada yang melakukan langkah kecil untuk sebuah perubahan besar. Karena jika tidak demikian, maka kebersihan lingkungan sulit diwujudkan. Maka mulailah Hj. Nani melakukan pergerakan bersama rekan-rekan yang berjumlah 10 orang. Mereka mendirikan Bank Sampah pada tahun 2014 lalu.

“Kita mulai rintis 2014 di akhir September, tapi diresmikan oleh Wakil Walikota Makassar, yang  saat itu masih dijabat oleh Syamsu Rizal (Deng Ical)  pada tahun 2015. Saya mau melihat kebersihan lingkungan. Itulah yang mendasari saya ingin membentuk Bank Sampah,” ujarnya.

Hj. Nani akui, pertama yang didirikan adalah kelompok daur ulang, namun setelah ada pengurus dari Yayasan Peduli Negeri (YPN) datang ke lokasi daur ulang yang didirikannya. Akhirnya kelompok daur ulang itu menjadi Bank Sampah.

Ketika resmi menjadi Bank Sampah, fasilitas pertama yang diterima dari YPN adalah karung dan timbangan. Karung tujuannya untuk menampung, dan timbangan untuk menimbang sampah dari masyarakat.

Pada awal dirintis tahun 2014 lalu, Bank Sampah ini mengambil lokasi di bekas warung makan coto.

“Saya ambil tempatnya tetangga penjual coto, karena tidak dipakai, biasanya setiap sampah yang dibawa dititip ke situ. Akhirnya setelah ada sedikit kendala, kami pun memindahkan ke tempat lain. Tapi setelah Pertamina turun tangan, akhirnya dibangunkan sekretariat di tahun 2018,” ungkap Hj. Nani.

KLIK INI:  Geliat Positif dari Bank Sampah 'Butta Barakka' SD Inpres Pannara Makassar
Jadi binaan Pertamina

BSU Hoki merupakan binaan Pertamina Intergrated Terminal Makassar. Pembinaan itu adalah bagian dari  program TASBERLIN akronim dari Tabungan Sampah Bersihkan Lingkungan.

“Awalnya kami dihubungi Community Development Officer (CDO) Pertamina, Bu Ade dan Pak Mustafa, yang masih menjabat saat itu lalu mendapatkan bantuan dari Pertamina pada akhir 2017. Setelah masuk 2018 barulah Pertamina membangunkan kami kantor dan pembinaan beserta berbagai fasilitas, seperti timbangan ukuran besar dan berbagai fasilitas lainnya,” terang Hj. Nani

Pada awalnya lokasinya tidak jauh dari kawasan BSU ada bantuan hidroponik dari Pertamina, tapi melihat kondisi tanaman tidak tumbuh dengan baik akhirnya  dipindahkan ke RW 11 dan RW 4 di Kecamatan Ujung Tanah.

“Setelah Pak Mustafa berpindah tugas lalu digantikan oleh Pak Gunawan Rasyidin, kami banyak berkomunikasi. Beliau selalu memantau dan memperhatikan kebutuhan kami di BSU Hoki,” tambah Hj. Nani

BSU Hoki beroperasi dari Senin hingga Jumat, menerima sampah berupa plastik, kardus, besi, aluminium,  dan tembaga.

Penerimaan  sampah sendiri tidak menentu, karena pengurus Bank Sampah Hoki selalu siap sedia, “Kami tidak kenal waktu, baik hujan atau lagi terik matahari, kami tetap selalu ada. Namun, untuk sekarang ini masyarakat biasa membawa sampahnya di pagi hari atau sore,” jelasnya.

KLIK INI:  Inspiratif, SDN Borong Memulai Gerakan Satu Orang Satu Pohon
Anggota tidak digaji

Di BSU Hoki sampah yang telah disetor akan dibersihkan dan diatur terlebih dahulu. Setelah itu  sampah tersebut akan ditimbang lalu dibawa ke BSP (Bank Sampah Pusat) yang terletak di Jl. Toddopuli.

“Nanti sesudah dipilah, karena kalau dijual kotor hanya laki 1500 perkilo. Tapi jika telah bersih bisa 3000-3500 perkilo,” ungkap Hj. Nani.

Hasil penjualan sampah yang dikumpulkan biasanya ditukar dengan voucher listrik token. Sampah yang masuk ke BSU sendiri   tidak menentu banyaknya, kadang-kadang ada yang bawa satu kilo kardus  atau kadang kurang.

Perlu diketahui anggota BSU Hoki tidak ada gaji. Mereka kerja sosial demi membersihkan lingkungan, mengajari anak-anak pemilahan sampah kering dan sampah basah. Untuk sampah basah nantinya diproses menjadi kompos  di keluarga masing-masing

“Paling penting pemahaman mengenai pengolahan sampah di keluarga masing-masing. Ini yang  terlebih dahulu kita bisa ajarkan,  baru diterapkan kepada masyarakat,” tutur Hj. Nani.

Ubah paradigma masyarakat

Kehadiran   BSU Hoki telah berhasil mengubah paradigma masyarakat tentang sampah. Awalnya masyarakat di kawasan tersebut abai saja, mereka kira sampah tidak memiliki nilai. Namun,  setelah ada Bank Sampah, masyarakat  mulai memberi perhatian, mereka lebih peduli terhadap lingkungan.

BSU Hoki merupakan Bank Sampah pertama di Kelurahan Tamalabba, RT 1, RW 1 Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar.

“Kami menerima cukup banyak penghargaan dari tahun 2014. Pertama, juara 3 se-kelurahan, setelah itu tingkat Kota Makassar mendapat juara 3 dan dapat hadiah fasilitas berupa uang tunai, gerobak, sekop, dll.  Kalau juara platinum satu kali, dan gold dua kali dari Yayasan Peduli Negeri (YPN)

Ketika pertama terbentuk bank sampah ini memiliki 500 nasabah. Setelah ada beberapa BSU, nasabah yang aktif kurang lebih hanya 70-80 orang. Saat ini di Tamalabba sendiri terdapat ada 4 BSU, yakni Sejahtera, Bahagia, Hoki, dan Dewa Kembar.

Perkembangan  BSU Hoki, tidak lepas dari sumbangis besar dari Pertamina. Karena itu HJ. Nani tidak ingin melupakan sumbangsi itu. Ia  sangat  berterima kasihkepada Pertamina , yang telah banyak membantu masyarakat di Tamalabba.

“Kami bersyukur  dengan adanya Pertamina, karena telah banyak membantu. Kalau dibilang memuaskan, sangat memuaskan, sebelum ada uluran tangan Pertamina, kami sangat susah membangun kantor. Tidak ada dana. Kami di sini pada umumnya kelas menengah ke bawah, jadi waktu itu cuma menggerakkan dari hati nurani saja,” jelas Hj. Nani.

Hj. Nani berharap bantuan dari Pertamina  bisa terus berlanjut, tapi tidak lagi berfokus pada sampah, mungkin bisa berupa bantuan lain. Karena sekarang BSU Hoki sedang merintis Ratu Tamalabba berupa budidaya tomat jadi keripik. Itu merupakan ide dari kaum ibu untuk berusaha meningkatkan ekonomi rumah tangga, karena penghasilan dari bank sampah tidak bisa diharap sebagai penghasilan tetap.

KLIK INI:  Sengkarut Pengelolaan Sampah di Kota Makassar
Pembinaan Pertamina terhadap bank sampah

Pembinaan Bank Sampah oleh pihak Pertamina dilakukan secara langsung. Caranya  dengan menugaskan Community Development Officer (CDO) untuk mendampingi masyarakat dalam menjalankan program-program Corporate Social Responsibility (CSR) di lapangan.

CDO ini  akan melaporkan kebutuhan, kondisi, dan perkembangan Bank Sampah yang dibina oleh Pertamina.

“Dengan pembinaan dalam bentuk pendampingan, maka peningkatan SDM bank sampah lebih terukur dan sistematis,” ujar Bambang Soeprijono,  Manager Pertamina Integrated Terminal Makassar

Bambang menjelaskan pula, ke depan dalam memperkuat kelembagaan bank sampah binaan Integrated Terminal Makassar akan dilakukan beberapa langkah, antara lain Terus mengevaluasi dan memberikan masukkan terkait sistem managemen Bank Sampah dan meningkatkan performa binaan.

Selain itu, mempertahankan dan mengundang nasabah baru tidak kalah penting dalam keberlangsungan Bank Sampah.

“Untuk hal ini kami bersama warga binaan dan pemerintah setempat secara konsisten menggelar awarding bank sampah tingkat kelurahan di setiap tahunnya. Hal ini dilakukan selain sebagai bentuk apresiasi kita kepada para nasabah dan pengelola Bank Sampah, awarding juga sekaligus sebagai upaya kita dalam mengampanyekan Bank Sampah kepada masyarakat dan mensosialisasikan pentingnya kebersihan lingkungan, khususnya di sekitar wilayah operasi Pertamina Integrated Terminal Makassar,” jelas Bambang.

Bambang Soeprijono, Manager Pertamina Integrated Terminal Makassar-foto/Noya
KLIK INI:  Cerita dari Bekal Pemimpin 2021 dan Niatan Mengelola Keberlanjutan

Ia juga menjelaskan bahwa sebagai pribadi dan pimpinan lokasi perusahaan minyak dan gas bumi. Pihaknya sangat peduli terhadap berbagai isu lingkungan.

Sebagai langkah konkret ITM telah menerapkan Sistem Managemen Lingkungan dengan semangat konservasi sumber daya alam, dalam bentuk efisiensi energi, penurunan emisi udara, efisiensi air, penurunan beban pencemar air, reduce limbah B3, 3R sampah non B3, dan konservasi keanekaragaman hayati.

Program-program tersebut tidak lain ditujukan sebagai bentuk nyata kepedulian kami terhadap lingkungan.

 Bina empat BSU di Tamalabba

PT Pertamina Patra Niaga, Khususnya Integtrated Terminal Makassar secara konsisten di setiap tahunnya menganggarkan dan menyusun program-program CSR. Program ini tidak hanya berfokus pada pengembangan masyarakat,  tetapi juga pada penanganan isu lingkungan. Salah satunya adalah program Bank Sampah.

Bank Sampah yang dibina oleh Integrated Terminal Makassar kini berjumlah 4 yang tersebar di 4 RW di Kelurahan Tamalabba, salah satunya adalah BSU Hoki.

“Kami melihat bahwa program Bank Sampah saja tidak cukup untuk menjawab pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu, kami mencoba untuk menambah fokus penanganan sampah kami dengan menjalankan program Tamalabba Organic Center (TOC) yang tujuan utamnya, yakni mengurai limbah-limbah organik seperti sampah-sampah rumah tangga dengan pemanfaatan maggot,” tambahnya.

Tak ada kata exit untuk lingkungan

Program TOC ini menjadi program jangka panjang dari Pertamina di tahun-tahun mendatang. Selain karena tergolong baru di Kota Makassar, program yang memanfaatkan maggot ini juga baru berjalan di pertengahan tahun 2021.

Kini, Integrated Terminal Makassar, khusus yang terkait masalah sampah terus berjalan melalui program CSR, yang berfokus pada dua hal, yakni penanganan sampah organik dan penanganan sampah non organik.

Bank Sampah binaan pertamina,  setelah 5 tahun akan dilepaskan, istilah ini lebih dikenal dengan exit. Hal ini menimbulkan kekhawitaran bank sampah karena bantuan dan binaan pertamina akan berhenti.

Namun, hal itu disanggah oleh Bambang, katanya walaupun sudah exit, tidak serta merta dilepas begitu saja, tapi tetap akan selalu diperhatikan dan dikontrol serta dibantu kebutuhannya.

KLIK INI:  KWT di Makassar Wakili Sulsel Lomba Pangan Lestari di Tingkat Nasional