Ali Topan, Pejuang Bank Sampah dari Kabupaten Pinrang yang Tanpa Kata Menyerah

oleh -366 kali dilihat
Ali Topan, Pemuda Asal Pinrang, Penerima Penghargaan Khusus dari KLHK
Ali Topan, pemuda asal Pinrang penerima Penghargaan khusus dari KLHK 2021 - Foto/Ist
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Ali Topan (36) adalah seorang difabel yang gigih berjuang memerangi kepungan sampah di daerahnya, Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan.

Ketika bertemu dan berdiskusi panjang lebar di Kota Pinrang, sorot mata Ali memancarkan aura pengabdian dan kerja keras. Kata-kata yang dilontarkan dari bibirnya penuh semangat, seolah memberi pesan betapa pengabdian pada apa pun memerlukan keberanian dan cinta.

Sehari-hari, Ali mengabdi sebagai tenaga honorer di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Pinrang. Namun, di sela-sela jam kerjanya, Ali lebih dikenal sebagai Pegiat Bank sampah yang sangat aktif melakukan advokasi dan mentoring di komunitasnya. Di samping itu, Ali juga terlibat di sejumlah organisasi sosial seperti di Karang Taruna, KNPI, Pramuka, hingga sebagai jurnalis.

Semua aktivitasnya ini membuatnya lebih banyak wara-wiri di lapangan. Padahal, jarak tempuh kedua kakinya sudah tak seperti di masa-masa mudanya. Ia kini harus berjalan dengan tongkat empat kaki.

“Kalau tidak pakai tongkat, tidak bisa jalan karena cuma lutut kiri yang bisa menopang yang kanan. Bagian lutut saya ke bawah tidak berfungsi kak,” cerita Ali menjelaskan keadaannya.

KLIK INI:  KLHK Bangun IPAL dan MCK di Pesantren Darul Hijrah Martapura Kalsel
Tragedi di ketinggian 15 meter

Setengah dari bagian tubuhnya mengalami masalah serius akibat insiden yang dialami pada tahun 2015 silam. Sebuah kecelakaan kerja merenggut separuh dari kekuatan hidupnya. Alumni SMA 1 Pinrang ini sempat terjatuh di ketinggian 15 meter di tumpah besi tower komunikasi. Akibat kejadian ini, Ali sempat mendekam sakit dan tak beraktivitas selama satu tahun.

Meski demikian, Ali tak mau terperosok terlalu dalam pada tragedi yang pernah membuat nyawanya hampir melayang. Ali mencoba bertahan dengan dirinya yang sekarang dengan semangatnya yang seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Keterbatasan bahkan sakit bukan halangan bila semangat juang dalam hati demikian menggelorah, begitulah Ali.

“Intinya bersyukur kak, inilah jalan terbaik yang sudah tuhan gariskan ke saya,” kata Ali meresapi nasibnya.

Setehun setelah kejadian itu, Ali kembali beraktivitas. Posisinya sebagai tenaga honorer di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Pinrang tetap dijalani. “Kegiatan di kantor saat piket itu saya stay di bagian komunikasi,” katanya.

Di luar jam dinasnya, Ali seperti peluru yang melesat kemana-mana. Aktivitasnya lebih banyak mengurusi masalah persampahan.

“Awalnya saya hanya aktif melakukan bersih-bersih lingkungan dan penghijauan. Lalu, kemudian saya tertarik untuk mendirikan bank sampah karena melihat banyaknya sampah plastik yang terbuang bebas. Orang-orang menganggap ini masalah, padahal inikan peluang untuk penghasilan,” kisahnya.

KLIK INI:  Rumah Koran Fasilitasi Petani Sedekah Sayur di Masa Pandemi
Mendirikan bank sampah

Pada tahun 2018, Ali Topan resmi mendirikan bank sampah. Di bawah bendera Yayasan Masyarakat Peduli Pinrang, geliat bank sampahnya dimulai. Di Bank sampah inilah, aksi Ali semakin bergema. Niatannya sangat tulus ketika itu yakni ingin mengubah minset masyarakat.

Baginya, sampah adalah sesuatu yang berharga sehingga perlu diperlakukan secara baik.

“Saya ingin mengubah paradigma bahwa sampah itu bisa membantu orang lain. Intinya, saya ingin mengubah sampah menjadi berkah,” tuturnya.

Namun, niatan baik saja belum cukup, diperlukan pula dukungan dari orang lain khususnya keluarga. Ali mencoba memberi pemahaman pada keluarga dekatnya. Tentu sesuatu yang tak mudah, sebab jalan yang dipilihnya saat itu untuk mengurusi sampah memang terdengar tak lazim.

Awalnya, keluarga dekatnya tak setuju, terlebih mendengar kata “sampah”. Belum lagi cibiran yang datang dari tetangga dan kerabatnya. Ini satu tantangan tersendiri bagi Ali, tapi ia tetap kokoh pada pendiriannya, show must go on….

“Awalnya keluarga tidak menyetujui, tapi saya edukasi selalu. Alhamdulillah sekarang sudah ikut sosialisasi. Masyarakat sekitar bahkan banyak yang cuek dengan pekerjaan saya ini. Tetapi, seiring waktu, sudah ada beberapa orang yang mengerti tentang sampah dan bahaya sampah membuang bebas sampah plastik,” cerita Ali.

KLIK INI:  Dosen Unsoed Ciptakan Masker Canggih yang Bisa Deteksi Covid-19

Anak dari Samson P Lamma ini pun semakin menikmati pekerjaannya. Hal itu karena  semakin banyak saudara dan warga yang bermunculan bekerjasama dengannya. “Mungkin karena saya memang benar-benar ikhlas  bekerja untuk bumi ini…” ucapnya optimis.

Ali juga bahagia karena nasabah bank sampahnya semakin bertambah dari watu ke waktu. Meski di masa pandemi Covid-19 ini, penurunan drastis terjadi karena sebagian nasabahnya enggan mengurusi sampah. Betapa pun itu, ia selalu merasa bersyukur sebab masih ada orang-orang yang peduli bersamanya mengatasi krisis sampah plastik.

Ia juga sangat bahagia karena semakin sering dilibatkan dalam banyak forum diskusi mengenai sampah. Berkali-kali ia diundang sebagai narasumber dalam berbagai kegiatan lingkungan, baik di tingkat regional maupun nasional. Ia juga aktif memperdalam pengetahuannya dengan intens mengikuti pelatihan bank sampah yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Belum lagi, tamu-tamu yang berkunjung ke bank sampahnya sudah mulai berdatangan dari berbagai daerah. Mereka datang untuk melihat best practise yang dilakukan Ali Topan dan ia senang berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada siapa saja.

KLIK INI:  Forsi LHK Sulsel Gelar Temu Pejabat Fungsional dan Pilih Ketua Baru

Nominator Kalpataru 2021

Namanya kini jadi buah bibir di Kabupaten Pinrang bahkan di Indonesia. Ali masuk dalam 21 nominator penerima Kalpataru tahun 2021, sebuah award bergensi di bidang lingkungan. Ini adalah capaian tertinggi seorang aktivis atau pejuang lingkungan. Penghargaan yang diberikan oleh pemerintah pada para pengabdi dan perintis di bidang lingkungan atas dedikasi dan perjuangannya yang berdampak luas secara sosial.

Dari lubuk hatinya yang terdalam, Ali sejatinya tidak jumawa atas dirinya yang masuk nominasi Kalpataru. Baginya, tanpa penghargaan pun ia memang telah menghibahkan dirinya untuk lingkungan.

Kata Ali, masalah sampah ini seperti pekerjaan rumah yang tiada ujungnya. Karena itu, ia berharap kerjasama multipihak bisa terjalin. Kolaborasi antara pemerintah, pegiat bank sampah dan semua pegiat lingkungan dirasa penting untuk melakukan edukasi mengenai tata kelola sampah.

“Saya kadang sedih ketika melihat sampah tergeletak di mana-mana. Orang-orang enak saja memakai, setelah itu membuangnya begitu saja,” ucapnya sedih.

Kenyataan seperti ini masih jadi pemandangan sehari-hari. Ali berharap, ke depan semakin banyak orang yang peduli tentang sampah.

“Bukankah agama sudah mengajarkan kita tentang pentingnya kebersihan. Mari mulai dari sekarang kita menganggap sampah itu jadi sahabat kita, bukan musuh yang dibuang saja saat sudah dicicipi. Ayo bijak memilah sampah!” pesan Ali bersemangat.

Ali Topan terus bergerak dengan keterbatasannya sebagai difabel. Tapi, ia menganggap kedua kakinya yang lumpuh saat ini bukanlah hambatan. Semangatnya benar-benar membara dan mengenal kata menyerah, demi bumi yang lestari.

KLIK INI:  P3E SUMA KLHK Gelar Rakernis Pengendalian Pencemaran Lingkungan