- Air Hilang dalam Hujan - 09/12/2023
- Kisah Pengalaman Pertama Bertamu ke Hutan - 05/12/2023
- Perjalanan Menuju Hutan - 03/12/2023
Klikhijau.com – Tanaman porang kini menjadi primadona. Harganya yang cukup mahal dan cara membudidayakannya yang mudah membuatnya kian memikat.
Porang merupakan tanaman umbi-umbian dari spesies Amorphophallus Muelleri. Tanaman ini memiliki nilai strategis dan ekonomi yang tinggi untuk dikembangkan.
Ia memiliki peluang ekspor yang cukup besar ke beberapa negara di dunia, khususnya Asia.
Saat ini budidaya porang sedang gencar. Termasuk di kampung saya. Jika kamu berkunjung ke kampung saya sekitar bulan sebelas (November) hingga bulan lima atau enam (Mei-Juni). Kamu akan temukan banyak halaman rumah warga yang hiasi porang.
Tanaman ini adalah tanaman liar pada awalnya. Ia tidak memberi manfaat apa-apa selain meresahkan petani sebagai gulma.
Selain tumbuh liar dengan mudah. Tanaman porang juga termasuk tanaman bandel. Ia tidak mudah mati meski telah ditebas dan dicabut atau bahkan disemprot dengan racun rumput.
Namun begitu, tanaman porang tidak seperti rumput liar pada umumnya. Ia memiliki masa tidur atau istirahat (dorman).
Ia akan kembali tumbuh saat musim hujan bertandang. Jika di kampung saya biasanya mulai tumbuh di bulan November hingga Juni.
Bulan Mei seperti sekarang ini. Tanaman ini mulai mempersiapkan diri memasuki masa dorman atau istirahat dari pertumbuhannya.
Pertumbuhan yang singkat
Pertumbuhannya memang termasuk singkat, hanya kisaran 5-6 bulan lalu tidak tampak lagi. Masa dorman juga merupakan masa yang biasanya orang gunakan untuk memanennya.
Dulu, ketika awal-awal tanaman ini dibeli— di kampung saya masyarakat menamainya tire. Orang yang memiliki porang di kebunnya merasa punya peluang untuk membasmi tanaman bandel ini dari kebun miliknya.
Karena itu, banyak warga yang memanggil warga lain agar mengambil porang tersebut dengan gratis. Semakin banyak banyak diambil warga, pemilik kebun akan semakin gembira.
Hal itu dilakukan karena tidak ada yang menyangka jika tanaman liar ini bisa naik daun. Bisa menjadi tumpuan ketika harga cengkih dan kopi sulit bergerak naik.
Tahun 2021 ini, terasa menjadi puncak dari budidaya porang di kampung saya, Bulukumba. Semua orang berlomba-lomba menanamnya.
Tidak tanggung-tanggung ada yang menanamnya hingga puluhan ribu batang. Padahal harga bibit perbatangnya lumayan mahal, seribu hingga tiga ribu rupiah perbatang.
Namun, warga merasa tidak ragu berinvestasi kepada porang. Selain biaya perawatannya yang murah. Tanaman ini juga dianggap memiliki prospek yang baik ke depannya.
Selain itu, tanaman ini tidak dimakan oleh hama yang paling meresahkan masyarakat, yakni babi hutan.
Jadi, selain perawatannya yang gampang, aman dari babi, dan bisa tumbuh dengan mudah. Tanaman ini juga memiliki produk turunan yang diyakini tidak akan mudah memudar.
Produk turunan itu menurut akun Instagram Kementerian Pertanian Republik Indonesia @kementerianpertanian ada empat, yaitu:
-
Panganan
Produk turunan porang dalam hal panganan cukup banyak, di antaranya tepung porang, ekstrak glukomannan, mie shirataki, beras konnyaku, pasta porang, konnyaku, boba, suplemen diet, dan pengental alami
-
Kosmetik
Untuk bahan kosmetik porang bisa menjadi butiran pembersih wajah, spoons perbersih wajah, dan minuman jelly untuk kecantikan.
-
Farmasi
Porang dimanfaatkan untuk pembuatan bahan pengisi dan pengingat tablet untuk dunia farmasi
-
Industri kimia
Produk porang bagi industri kimia adalah sebagai bahan pelapis (coating dan edible film), bahan kimia perekat seperti lem dan cat tembok. Selain itu juga dijadikan sebagai pelapis kedap air, penguat tenunan industri tekstil, media pertumbuhan mikroba, dan bahan pembuat kertas. Porang memiliki konstruk yang tipis, lemas, dan tahan air.
Melihat turunan produknya yang banyak itu. Wajar jika masyarakat mulai semakin giat membudidayakan porang. Maka tidak mengherankan pula, jika tahun 2020 kemarin ekspor porang mencapai 32.000 ton dengan nilai mencapai 1,42 triliun rupiah.
Tujuan ekspornya pun bukan hanya satu negara, tapi banyak negara, di antaranya Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia dan lainnya.
Ekspor porang terus menanjak jika dibandingkan dengan tahun 2019 yang meningkat sebanyak 160 persen.
Semoga porang benar-benar bisa jadi tanaman alternatif yang menjanjikan. Tanaman jenis ini adalah tanaman yang tidak merusak lingkungan, sebab bisa tumbuh tanpa harus menebangi pohon dan tidak rakus air. Sangat berbeda dengan kelapa sawit.