Pegagan, Si Liar yang Telah Jadi Tanaman Obat Tradisional Sejak Tahun 1884

oleh -283 kali dilihat
Pegagan, Si Liar yang Telah Jadi Tanaman Obat Tradisional Sejak Tahun 1884
Daun pegagan-foto/Ist

Klikhijau.com – Pegagan (Centella asiatica (L.) memang liar. Ia dapat tumbuh sendiri tanpa perawatan, bahkan dianggap gulma. Namun, tanaman dari famili Apiaceae memiliki prospek cukup baik sebagai tanaman obat.

Tanaman yang juga dikenal dengan nama kaki kuda ini termasuk dalam 50 jenis tanaman obat utama. Menurut  Winarto dan Surbakti (2003)  sejak tahun 1884 telah ditetapkan sebagai tanaman obat tradisional.

Pegagan tergolong ke dalam  ordo Apiales. Ia termasuk tumbuhan tropis dengan daerah penyebaran cukup luas, mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi 2.500 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Ia mudah tumbuh dengan daya adaptasi yang luas. Pertumbuhannya akan maksimal pada tanah yang agak lembap, asal cukup sinar matahari atau agak terlindung.

KLIK INI:  Selain Berbunga Indah dan Beraroma Harum, Kacapiring Juga Kaya Manfaat Kesehatan

Secara empiris tanaman ini memiliki syarat tumbuh spesifik dalam hal kebutuhan cahaya matahari, yang akan memengaruhi bentuk morfologi daun dan kandungan bioaktif (Musyarofah 2006).

Besung (2009) mengungkapkan, pegagan dapat ditemukan di daerah perkebunan, ladang, tepi jalan, pematang sawah, rawa-rawa ataupun di ladang yang agak basah.

Perihal daun pada pegagan

Daun pegagan merupakan tumbuhan perenial yang tumbuh menebar dan memiliki batang ramping. Daunnya berbentuk bulat dengan tepi bergelombang.

Bentuk daun tanaman ini adalah bundar hingga lonjong, dengan ujung daun yang lancip atau meruncing. Bentuknya sering digambarkan sebagai daun berbentuk seperti setengah hati.

Tata letak dan penyusunan daun pada tanaman ini adalah daun majemuk dan berseling. Itu berarti bahwa daun-daunnya terdiri dari beberapa anak daun atau leaflet yang disusun berseling di sepanjang tangkai daun. Setiap daun pegagan memiliki 3 hingga 7 leaflet yang tergantung pada varietasnya.

KLIK INI:  Nampu, Si Liar yang Dapat Tingkatkan Gairah Pria

Setiap leaflet pada daun pegagan memiliki bentuk bulat telur atau lonjong dengan tepi yang rata atau bergelombang. Permukaan daunnya halus atau sedikit berbulu.

Ukuran daun pegagan dapat bervariasi tergantung pada faktor genetik dan lingkungan pertumbuhannya.

Kandungan pegagan

Sebagai tanaman obat, Sutardi, 2016 meyakini bahwa pada masa mendatang, tanaman ini prospektif sebagai bahan simplisia obat tradisional. Itu disebabkan seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dengan memanfaatkan bahan-bahan alami, termasuk obat tradisional.

Hal menarik dari tanaman ini sebagai tanaman obat karena tidak terlalu menyebabkan efek samping karena dapat dicerna oleh tubuh dan toksisitasnya rendah (Rusmiati 2007).

Tanaman berdaun hijau ini mengandung beberapa senyawa bioaktif, di antaranya  asiatikosida berupa glikosida. Senyawa ini  banyak digunakan dalam ramuan jamu atau obat tradisional, baik dalam bahan tunggal maupun ramuan.

Kandungan asiatikosida tanaman ini berkhasiat meningkatkan vitalitas dan daya ingat serta mengatasi pikun yang berkaitan erat dengan asam nukleat.

Selain itu, tanaman ini juga mengandung tanin, resin, minyak atsiri, sitosterol yang terdiri atas gliserida,  palmitat asam oleat, linoleat, stearat, sentoat dan sentelat. Kandungan tersebut berperan penting dalam  mendongkrak sistem imun tubuh.

KLIK INI:  Tanaman Tanduk Rusa, Solusi bagi Haid yang Tidak Teratur

Kandungan lain dari tanaman liar ini adalah senyawa glikosida madekosida pada bagian daun dan tangkai daun dan senyawa tersebut memiliki efek antiinflamasi dan antikeloid.

Senyawa vallerin terdapat dalam daun dan resin ditemukan dalam akar. Kedua senyawa tersebut memberikan rasa pahit atau mengandung asam pekat (Pramono 1992 dalam Sutardi, 2016).

Daun pegagan-foto/Ist
Manfaat pegagan

Tanaman ini banyak nama, misalnya di Jawa Barat disebut antanan, di Sumatera dinamai kaki kuda, di Madura namanya tikusan, dan masyarakat Bali menamainya  taiduh.

Sedangkan di Halmahera namanya kori-kori, Pegago di Minangkabau), dogauke atau sandanan atau gogauke di Papua), kalotidi manora di Maluku, dan bebile di Lombok. Sedangkan  di Desa Kindang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, masyarakat menamainya ta’dung-ta’dung balaho.

Tidak hanya namanya yang banyak, tetapi juga manfaatnya, di antaranya sebagai penyembuh luka, radang, wasir reumatik, asma,  demam, tuberkulosis, lepra, disentri, dan penambah darah.

KLIK INI:  Miana Ungu, Si Pembawa Beragam Manfaat Kesehatan yang Mudah Tumbuh

Sutardi, 2016 dalam penelitiannya yang berjudu Kandungan Bahan Aktif Tanaman Pegagan dan Khasiatnya untuk Meningkatkan Imun Tubuh mengungkapkan kandungan tanaman ini, yakni:

  • Sebagai antilepra dan antilupa.
  • Menurunkan tekanan darah dan menghambat terjadinya keloid.
  • Menurunkan gejala depresi, mencegah varises, dan memperlancar air seni.
  • Mengatasi gangguan pencernaan dan membersihkan darah.
  • Mengatasi wasir dan konstipasi.
  • Menyembuhkan flu dan sinusitis.
  • Mengatasi TBS kilit, gigitan ular, dan bisul.
  • Meningkatkan daya ingat, kecerdasan, dan konsentrasi.
  • Membangkitkan fungsi sistem saraf pada otak.
  • Membantu penyembuhan penyakit TBC.
  • Menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan.
  • Memberikan efek menenangkan, sebagai anticemas dan antistres.
  • Memperbaiki sel kulit mati, merangsang pertumbuhan kuku, rambut, dan jaringan ikat.
  • Menghilangkan rasa nyeri pada persendian.
  • Melancarkan peredaran darah.
  • Mengobati wasir

Sedangkan menurut Noor dan Ali (2004) tanaman ini adalah memiliki efek antispermatogenesis. Daunnya dapat digunakan sebagai penambah nafsu makan, sipilis, sakit perut, peluruh air seni, lepra, radang usus, batuk, sariawan, pembersih darah, obat disentri, dan sebagai kompres luka.

Sementara getahnya dapat  dimanfaatkan sebagai obat borok, cacingan, dan nyeri perut. Ekstraknya dimanfaatkan sebagai obat luka pada penderita lepra dan gangguan pembuluh darah vena.

Di samping itu, semua bagian pegagan dapat manfaatkan sebagai obat masuk angin, radang paru-paru, batuk, mimisan, dan disentri (Sudarsono et al. 2002).

Namun, perlu diingat daun tanaman ini dapat bekerja sebagai antifertilitas alami pada lelaki.

KLIK INI:  Boroco, Tanaman Obat Potensial yang Dibiarkan Tumbuh Liar