Cerita Corina, Harimau Sumatera yang Diselamatkan dari Jerat Pemburu di Pelalawan

oleh -327 kali dilihat
Cerita Corina, Harimau Sumatera yang Diselamatkan dari Jerat Pemburu di Pelalawan
Corina, harimau betina yang diselamatkan di Pelalawan Riau-Foto/Ist
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) itu bernama Corina. Jenis kelaminnya betina. Corina baru saja terbebas dari maut akibat terjerat kaki kanannya di hutan.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau beserta tim menyelamatkannya pada Minggu, 29 Maret 2020 di Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan Riau. Tim BBKSDA Riau bergerak cepat usai mendapat laporan dari manajemen sebuah perusahaan di sana.

Tim penyelamat harus menempuh perjalanan yang cukup berat menuju lokasi. Kaki kanannya luka berat. Umur harimau betina ini diperkirakan antara 3-5 tahun. Pemberian nama “Corina” pada sang harimau boleh jadi ada kaitannya dengan wabah corona yang sedang melanda dunia.

Untuk diketahui, konflik manusia dan harimau sumatera akhir-akhir ini memang sangat tinggi. Perburuan satwa umumnya menggunakan jerat yang tentu mengancam populasi dan kelestarian harimau Sumatera. Berdasarkan data Population Viability Analysis (PVA), harimau Sumatera kini tidak lebih dari 600 ekor.

Setelah Melakukan koordinasi dengan BKSDA Sumatera Barat, Corina dibawa ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD) Sumatera Barat.

KLIK INI:  JIKALAHARI Desak Presiden Jokowi Cabut Izin Korporasi demi Warga dan Habitat Harimau
Perjalan berat menyelamatkan Corina

Perjalanan harus ditempuh selama selama 19 jam, sebelum akhirnya Corina sampai di PRHSD untuk mendapatkan perawatan intensif. Lukanya memang cukup serius. Luka jerat tidak selalu bisa disembuhkan dan tak jarang si Harimau harus cacat diamputasi kakinya.

“Jerat yang dipasang pemburu berdampak sangat serius bagi kehidupan satwa liar yang dilindungi undang-undang. Termasuk Harimau Sumatera yang sering menjadi korban karena satwa tidak mengenal apakah jerat yang bertebaran dilantai hutan tersebut berbahaya sehingga patut dihindari atau dilewati,” ujar Kepala Balai Besar KSDA Riau Suharyono.

Kondisi terkini, Harimau Sumatera Corina berdasarkan laporan dari tim Medis PRHSD, Drh. Saruedi Simamora, secara umum cukup bagus kondisinya dan nafsu makannya baik.

Corina juga cukup aktif di dalam kandang rawat dan sering terpantau berendam di dalam bak air yang disiapkan.

KLIK INI:  Bukan Hanya Kekasih, Harimau Juga Ngambek Jika Keinginannya Tak Dipenuhi

Progres kesembuhan luka jerat cukup bagus dengan memberikan perawatan dan pengobatan yang intensif. Disiapkan pula lampu penghangat di dekat tempat tidurnya serta penutup kandang untuk mengurangi cuaca dingin di areal PRHSD.

Harimau sumatera
Corina dalam perawatan Tim KLHK-Foto/Ist

Naluri alaminya tetap saja ada, tidak jarang Corina menjilati lukanya untuk dibersihkan.

“Kondisi Luka Corina memang sangat parah karena seling jerat pemburu yang diperkirakan terjerat 2-3 hari sebelumnya. Bahkan, sampai menempel ke bagian tulang kakinya. Semua otot sudah rusak tetapi masih beruntung tendonnya masih baik sehingga masih ada peluang untuk sembuh dengan catatan proses penyembuhannya baik dan tidak terjadi infeksi sekunder,” kata Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Indra Exploitasia.

Indra berharap, luka Corina bisa sembuh dan setelah melewati masa rehabilitasi serta habituasi bisa dilepasliarkan Kembali ke habitat alamnya. Corina, Harimau Sumatera yang masih beruntun ketimbang kawannya yang mungkin harus mati karena jerat.

KLIK INI:  Sisca dan Wahid, Beri Kado Indah di Hari Gajah Sedunia dan HUT RI ke 75
Kasus harimau terjerat lainnya

Sebelumnya juga dilakukan upaya penyelamatan Harimau Sumatera Enim di Muara Enim Sumatera Selatan pada tanggal 21 Januari 2020. Saat ini direhabilitasi di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), Lampung.

Selain itu Harimau Sumatera Batua di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung pada tanggal 2 Juli 2019, yang saat ini direhabilitasi di Taman Satwa Lembah Hijau Lampung.

Juga ada Harimau Sumatera Sopi Rantang di Kabupaten Agam Sumatera Barat pada tanggal 18 April 2018. Dan Harimau Sumatera Bujang Ribut di Lubuk Kilangan Padang Sumatera Barat pada tanggal 28 Agustus 2018.

Penyelamatan juga dilakukan untuk Harimau Sumatera Dara di Subulussalam Aceh yang karena konflik lalu diperangkap pada tanggal 6 maret 2020 oleh petugas. Tetapi langsung dilepasliarkan kembali ke dalam Kawasan Taman Nasioanal Gunung Leuser.

KLIK INI:  Durian Bisa Picu Hipertensi, Mitos atau Fakta?

“Sementara di 2016 silam ada upaya penyelamatan Harimau Sumatera dari jerat pemburu yang tidak kalah dramastisnya yaitu, Harimau Sumatera betina Gadis di Taman Nasional Batang Gadis Sumatera Utara dan Harimau Sumatera jantan Monang di hutan Desa Parmonangan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara,” lanjutnya.

Indra menambahkan bahwa, Harimau Sumatera yang sehat dan memenuhi syarat untuk dilepasliarkan. Juga akan dilakukan pelepasliaran secepatnya setelah melalui masa rehabilitasi dan calon lokasi pelepasliaran ditentukan melalui kajian habitat.

Kajian habitat perlu dilakukan sebelum Harimau dilepasliarkan ke alam antara lain, ketersedian satwa mangsa, dukungan ekologi, sumber air mencukupi dan aspek sosial ekonomi masyarakat sekitar serta tentunya endemisitas Habitat Harimau Sumatera.

Langkah KLHK

 Dalam upaya penanggulangan konflik satwa liar, KLHK telah membentuk 18 Wildlife Rescue Unit (WRU) di UPT Ditjen KSDAE. Pembentukan WRU bertujuan untuk respon cepat penanganan langsung satwa yang terlibat konflik dengan manusia, penyelamatan, translokasi dan proses mengembalikan satwa korban konflik kembali ke habitatnya.

KLHK terus melakukan berbagai upaya mengurai gangguan terhadap habitat satwa liar. Diantaranya melakukan patroli operasi jerat. Menurunkan laju kerusakan hutan, pembinaan habitat dan populasi satwa liar.

Serta mencegah fragmentasi dan gangguan habitat terutama di kawasan hutan konservasi, hutan lindung dan kawasan perlindungan setempat lainnya.

Pelestarian satwa dapat berhasil apabila semua pihak bekerja bersama. Dimulai dari mendorong kesadaran semua pihak akan nilai penting Harimau Sumatera. Hingga terbentuknya kemandirian penanganan konflik tingkat tapak dalam rangka membantu pemerintah dalam konservasi Harimau Sumatera.

“Harapan kita semua ditengah situasi pandemi covid-19, kita perlu lebih mawas diri dan waspada dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Bahwa satwa liar memiliki peran penting dalam relung ekologi,” jelas Indra.

Karenanya, kata Indra kita perlu menjaga dan melestarikan alam beserta isinya. “Konservasi Harimau Sumatera harus diupayakan semaksimal mungkin demi kelestarian salah satu satwa kebanggaan Indonesia ini,” pungkasnya.

KLIK INI:  Perihal Ida Kembali ke Habitatnya dan Putri Singguluang Masuk Jebakan