- Menyerap Sensasi Hijau Donggia Bersama TBM Al-Abrar, Bulukumba - 01/10/2024
- Dipeluki Sampah - 29/09/2024
- Yudi, Urang Aring yang Tak Terawat, dan Manfaatnya yang Mengejutkan - 27/09/2024
Klikhijiau.com – Jupri berhenti sejenak. Ia memetik buah tumbuhan liar yang telah memerah. Tanda telah layak untuk dikonsumsi.
“Bukkere,” ujar ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kindang itu. Buah yang berhasil dipetik kemudian langsung dimakan.
Bukkere adalah nama lokal tumbuhan arbei gunung atau arbei hutan di Desa Kindang, Bulukumba. Tumbuhan dari dari famili Rosaceae buahnya memang dapat dimakan.
Jupri menemukan tumbuhan itu saat kami sedang “mencari” mata air di wilayah Tappalang. Salah satu wilayah di Desa Kindang, yang terletak di sebelah baratnya.
Tappalang adalah termasuk pula Daerah Aliran Sungai (DAS) Addungan yang airnya dimanfaatkan untuk pengairan sawah masyarakat.
Untuk sampai ke mata air yang akan menyuplai air minum masyarakat. Kami harus menempuh jarak kurang lebih 2 kilometer.
Di sepanjang jalan itu, terkadang kami menemukan bukkere. Tumbuhan bernama ilmiah Rubus rosifolius ini memang termasuk tumbuhan liar. Ia tumbuh pada ketinggian kurang lebih 1000 meter di atas permukaan laut (Mdpl)
Tumbuhan ini memiliki ciri khas, ia terlihat tumbuh merambat dengan duri pada batangnya. Buahnya kecil. Saat buahnya belum matang akan berwarna hijau. Apabila telah matang maka akan berwarna merah.
Meski buahnya memiliki rasa yang enak. Terkadang diabaikan saja oleh masyarakat. Padahal jika kemarau begini dan mendapat buah ini, maka akan sangat cocok dikonsumsi. Karena mengandung banyak air. Rasa buahnya manis bercampur asam.
Tumbuhan ini berdaun majemuk. Pada tepi daunnya bergerigi. Ada bulu halus di atas dan bawah daunnya.
Arbei memiliki bunga berwarna putih, malai atau soliter. Buahnya kecil, hanya berukuran sekira 2 cm saja.
Buah dari tumbuhan yang masuk ordo Rosales ini berjenis agregat. Tumbuhan ini berbentuk semak. Batangnya memiliki duri yang tajam.
Tumbuhan dari genus rubus ini acap dijumpai ada anakan yang tumbuh dibawah tumbuhan ini.
Penyebaran dan habitat
Untuk penyebarannya sendiri, tumbuhan ini dapat kita jumpai di Asia Tenggara, Himalaya, Asia Timur dan bagian timur Australia.
Meski tumbuh liar, jangan harap menemukannya di dataran rendah. Sebab tumbuhan ini hanya tumbuh di dataran tinggi pada ketinggian kurang lebih 1000 mdpl.
Saat menjelajah pada ketinggian, tumbuhan ini akan mudah ditemukan, ia dapat dijumpai dijumpai di area terbuka, ladang atau di dalam hutan.
Manfaat arbei
Di Indonesia, khususnya Desa Kindang, tumbuhan ini belum dilirik dan tidak memiliki nilai ekonomi. Padahal buahnya dapat dimakan saat matang. Bahkan di pasar sekitar Himalaya, buah tanaman ini dijual.
Selain buahnya dapat dimakan, daun tumbuhan ini juga dapat digunakan sebagai obat teh herbal. Khasiatnya untuk mengatasi sakit akibat diare, menstruasi, flu, dan mual di pagi hari dan sakit akibat persalinan. Daun tumbuhan ini mengandung minyak atsiri.
Buahnya, selain enak dimakan, juga memiliki manfaat menakjubkan sebab dapat dimanfaatkan sebagai pencahar dan mengatasi demam.
Hasil penelitian menunjukkan buah arbei memiliki efek antidiabetes, antimikroba, antikanker, antiinflamasi dan antihipertensi.
Daun arbei memiliki aktivitas antioksidan, inhibitor elastase pankreas dan memiliki kandungan fenol yang tinggi.
Afriyeni dkk (2023) mengungkapkan bahwa hasil isolasi senyawa murni menunjukkan, daun arbei mengandung quercetin, pomolic acid, tormentic acid, euscaphic acid, ellagic acid, B-Caryophyllene, rosifoliol dan nevadensin.
Beberapa dari senyawa tersebut telah terbukti memiliki efek sebagai antihiperglikemia, yaitu quercetin, pomolic acid, tormentic acid, dan euscaphic acid dengan mekanisme kerja berbeda satu sama lain.
Belum dimanfaatkan maksimal
Meski beberapa penelitian menunjukkan jika tanaman ini memiliki manfaat kesehatan. Namun, masyarakat desa kendang belum memanfaatkannya secara maksimal. Bahkan cenderung tumbuhan ini dianggap gulma yang harus diberantas.
Arbei gunung, adalah salah satu potensi tanaman obat yang bisa dibudidayakan. Apa yang ditemukan oleh Afriyeni dan peneliti lainnya dapat menjadi acuan dan angin segar di antara kepungan obat medis.
Menjadikan tumbuhan sebagai landasan kesehatan telah dilakukan beribu tahun lampau. Tidak ada salahnya jika kita back to nature dalam hal penanganan dan pencegahan penyakit.
Selain itu, menurut Surya dan Ismaini (2021) tumbuhan ini adalah salah satu jenis rasberi liar yang memiliki potensi cukup tinggi untuk dikembangkan sebagai tanaman buah
Pengembangannya dapat ditujukan ke arah buah segar, bahan baku makanan, minuman maupun industri serta berbagai jenis produk turunan lainnya.
Bagaimana sahabat hijau, tertarik membudidayakannya atau tertarik menikmatinya langsung di alam bebas seperti Jupri?