Anoa, Kisah dan Habitatnya yang Terancam Punah

oleh -3,955 kali dilihat
Anoa, Kisah dan Habitatnya yang Terancam Punah
Anoa Sulawesi
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Menurut WIKIPEDIA, Anoa adalah hewan endemik Sulawesi, sekaligus maskot Provinsi Sulawesi Tenggara. Berdasarkan letak persebarannya, hewan ini tergolong fauna peralihan. Sejak tahun 1960-an, anoa berada dalam status terancam punah.

Dalam sepuluh tahun terakhir populasinya menurun secara drastis dan terancam punah. Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor yang masih bertahan hidup.

Akhir tahun 2015 silam, saya mendapat kesempatan istimewa berkunjung ke Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado untuk melihat anoa.

Di sana, saya berjumpa empat anoa betina bernama Denok (4 tahun), Manis (5 tahun), Ana (4 tahun), Rita (2 tahun) serta dua jantan bernama Rambo (4 tahun) dan Rocky (2 tahun).

Kini, hewan-hewan itu mungkin sudah besar, semoga sehat-sehat saja dan tak terancam punah.

Menakjubkan, ketika saya mendekat dan mencoba memanggil nama-nama anoa itu, mereka memberi respon layaknya manusia. Matanya tertujuh pada sumber suara.

KLIK INI:  Dianggap Hama, Balakacida Mempunyai Segudang Manfaat bagi Kesahatan
Kisah Denok

Bahkan, seekor yang bernama Denok—konon yang paling lincah dan agresif, tetiba bereaksi dengan berlari lalu-lalang saat melihat kami bergerombol.

Ia seperti mencari perhatian. Namun, ketika seorang pegawai Balai memanggil namanya, Denok pun terkulai tenang.

Denok menyandarkan tubuhnya di sisi sebuah pohon yang daunnya meranggas sebagai pelindung terik matahari.

Di sisi kanan bawah bagian perutnya, masih tampak jelas bekas luka operasi saat kelahiran yang tak menggemberikan beberapa bulan sebelumnya.

Diah Irawati Dwi Arini, peneliti di BPK Manado sangat ingat betul kisah duka itu. Bagaimana Denok nyaris meradang maut. Bayi dalam perutnya lahir sumsan dengan bobot melebihi berat normal (di atas 4 kg).

Wah, saya terenyuh mendengar cerita Mbak Arini yang katanya, proses persalinan dan kehamilan Anoa sangatlah mirip dengan manusia.

Mulai dari usia kehamilan selama Sembilan bulan, proses persalinan yang tidak mudah, hingga bobot bayi normal maksimal 4 kilogram.

Berbeda dengan hewan lainnya, hewan ini tidak mudah dikembangbiakkan bila kondisinya berada di lingkungan yang buruk.

Bahkan, menjelang kelahiran bayi, seekor Anoa betina harus diaturkan pola makanannya.

KLIK INI:  Cagar Alam Gunung Ambang Antara Pesona dan Ancaman Kepunahan Satwa Endemik 

Bila, sumber makanan berprotein terlampau besar di usia tujuh bulan kehamilannya, bobot bayi bisa meningkat dan akan membahayakan persalinan normal.

“Di beberapa kebun binatang yang sudah memiliki peralatan canggih, proses kehamilan Anoa akan dipantau secara intensif. Mengawasi makanannya, USG secara periodik untuk memperhatikan perkembangan bayi, hingga proses operasi sesar bila ada kendala persalinan,” kata Arini.

Bahkan, menurut Asmadi, koordinator program “breeding center of anoa,” ada pandangan umum yang berpendapat bahwa anoa tidak bisa dikembangbiakkan secara alamiah, tetapi harus melalui DNA.

Faktanya, kata Asmadi, di Balai Kehutanan Manado, pengalaman kelahiran se ekor anoa dapat dilakukan. Walau pada akhirnya tidak terselamatkan.

“Paling tidak, kami optimis bahwa hewan ini sebetulnya bisa dikembangbiakkan secara alamiah. Kami juga sudah mendapat banyak pelajaran dari peristiwa duka itu,” kata Asmadi.

Jenis-jenis anoa

Di Sulawesi Utara, Anoa paling populer dan banyak ditemui adalah jenis dataran rendah. Jenis dataran rendah dibedakan dari jenis gunung (masing-masing lowland dan mountain anoa).

KLIK INI:  Perihal Raden dan 7 Fakta Unik Anoa yang Jarang Terungkap

Anoa memiliki nama lokal lainnya yakni anoang (=anoeang) dan sapi hutan (=sapi oetan=sapi hutan), buulu tutu atau bandogo tutu (Gorontalo), dangko atau dangkon (Manado), langkau (Tombulu dan Minahasa, nua (Kaili), lupu (Kulawi) di Sulawesi tengah.

Di Sulawesi Tenggara anoa dataran rendah disebut kadue sedangkan daerah gunung disebut perak. Sedangkan, di Sulawesi Selatan, hewan ini disebut dangko atau langkau; anoa gunung disebut soko oleh orang bugis dan anoewang matjetjo oleh orang Toraja (Jahidin 2003 dalam Diah Irawaty 2013).

Bentuk tubuh anoa mirip dengan kerbau sehingga ada yang menyebutnya sebagai kerbau cebol. Anoa dataran rendah atau bubalus depressicornis memiliki tinggi pundak antara 80-100 cm, sedangkan anoa dataran tinggi atau bubalus qualessi antara 60-75 cm.

Anoa dataran rendah relatif lebih besar dibandingkan anoa yang ditemukan di dataran tinggi.

Bentuk kepala anoa menyerupai kepala sapi, sementara kaki dan kukunya menyerupai banteng. Kaki bagian depan berwarna putih atau mirip sapi bali namun mempunyai garis hitam ke bawah.

Tanduk anoa mengarah ke belakang, tampak seperti penampang yang bagian dasarnya tidak bulat seperti tanduk sapi namun menyerupai  bangun segitiga seperti tanduk kerbau.

Pada umumnya, anoa hidup di hutan-hutan lebat, di dekat aliran air/sungai, danau, rawa-rawa, sumber air panas yang mengandung mineral, dan di sepanjang pantai.

Panjang umur, beranak-pinaklah duhai kawanan anoa!

KLIK INI:  Peach Berpadu Pink, Warna yang Menawan Hati