11 Tips Sederhana Merdeka dari Kepungan Polusi Udara

oleh -56 kali dilihat
Anies Akan Cabut Izin Lingkungan Perusahaan Pemicu Polusi Udara Jakarta
Kabut asap polusi udara menyelimuti kota Jakarta - Foto/ Jurnasyanto Sukarno / Greenpeace

Klikhijau.com – Dampak buruk polusi udara bagi kesehatan. Bukan sebuah mitos. Dampaknya tidak hanya mengganggu sistem pernapasan. Lebih dari itu.

Polutan yang terkandung di dalam polusi udara dapat pula meningkatkan deretan penyakit lainnya, diantaranya kardiovaskular (pembuluh darah dan jantung), stroke, hingga gangguan kognitif anak.

Polusi udara telah menjadi permasalahan global. Sebuah permasalahan yang harus dicarikan solusi. Karena jika tidak, maka dampaknya akan semakin meluas dan parah.

Serangan polusi udara memang sulit dihindari. Hal yang mesti dilakukan adalah meminimalkan dampaknya. Agar kita bisa merdeka menghirup udara. Tanpa perlu merasa was-was kesehatan bakal terusik.

KLIK INI:  Hal-Hal yang Sebaiknya Tak Dilakukan Setelah Begadang

Berikut ini, dilansir dari berbagai sumber tips sederhana merdeka dari kepungan polusi udara:

  • Menjalani pola hidup bersih dan sehat

Harus diakui jika pola hidup bersih dan sehat dapat membantu menjaga kondisi tubuh. Karena itu, penting untuk diterapkan dalam keseharian kita.

Salah satu cara adalah menjaga pola. dr. Meryl Kallman dari Clinical & Scientific Lead AsaRen mengatakan, masyarakat  perlu mulai melakukan pola hidup sehat. Tujuannya untuk menghindari risiko penyakit yang disebabkan kualitas udara buruk.

“Rekomendasi sejak awal zaman kedokteran masih berlaku saat ini, yaitu kita harus menjalani gaya hidup sehat, tidur yang cukup, minum air yang cukup, dan menjaga pola makan seimbang dengan nutrisi yang tepat,” paparnya dikutip dari CNBC Indonesia.

“Zinc (seng) dan vitamin C adalah nutrisi yang harus selalu tercukupi karena dapat mendukung fungsi kekebalan yang sehat,” imbuhnya.

KLIK INI:  Membawa Tumbler itu Repot, tapi Asyik
  • Olahraga dalam ruangan

Aktivitas olahraga di luar ruangan memang menyenangkan. Namun, saat kualitas udara sedang buruk, maka olahraga dalam ruangan dapat jadi pilihan tepat.

saat polusi udara memburuk, maka  pola hidup sehat perlu diterapkan. Salah satunya adalah menyeimbangkan aktivitas sehari-hari dengan rutin berolahraga ringan.

Namun, olahraga perlu dilakukan di dalam ruangan.

  • Bernapas lewat hidung

Ada dua saluran napas, yakni hidung dengan mulut. Saat polusi udara kurang sehat, dr. Meryl Kallman menyarankan agar bernapas melalui hidung dan menggunakan masker.

Menurutnya, hidung  merupakan ‘air purifier’ alami manusia. Hidung memiliki sistem penyaringan alami berupa bulu hidung.

“Kalau harus beraktivitas di luar, sebaiknya gunakan masker respirator, seperti N95. Lalu, perlu diingat untuk bernapas lewat hidung karena hidung semacam ‘air filter’ (penyaring udara) bawaan,” sarannya.

“Kalau tarik napas, kita harus tarik napas lewat hidung. Kalau napas lewat mulut, itu lebih banyak polusi yang bisa masuk ke paru-paru,” lanjutnya.

  •  Gunakan air purifier tambahan

Cara lain untuk merdeka dari polusi udara adalah menggunakan penyaring udara atau air purifier di dalam ruangan.

Polusi udara dalam ruangan jangan disepelekan, sebab, terbukti lebih tinggi bila dibandingkan dengan polusi di luar ruangan.

“Penggunaan air purifier di dalam ruangan sangat direkomendasikan karena bisa menyaring polutan di udara, apalagi jika semua hal tersebut (polutan) berada di satu ruangan tanpa ventilasi,” ujar dr. Meryl Kallman.

  • Menutup jendela kendaraan dan rumah

Apabila bepergian keluar rumah dan menggunakan mobil. Ada baiknya menutup jendela mobil rapat-rapat.

Hindari merokok di dalam kendaraan. Dan apabila menggunakan kendaraan roda dua, sebaiknya menggunakan masker.

Sedangkan saat berada di rumah, tutuplah jendela rapat-rapat agar polusi udara dari luar tidak menerobos masuk.

KLIK INI:  Mewaspadai Bahaya Polusi Udara dalam Ruangan
  •  Memantau kualitas udara secara berkala

Agar tidak menerka-nerka apakah kualitas udara baik atau buruk. Baiknya polusi udara meski dipantau secara berkala.

Memantau kualitas udara sangat penting untuk dilakukan, terutama bagi mereka yang banyak memiliki mobilitas di luar ruangan.

Saat ini banyak aplikasi pemantau udara bisa digunakan, misalnya IQAir, Nafas, UdaraKita, Air Quality, BreezoMeter, dan berbagai aplikasi lainnya.

  • Mengurangi aktivitas di luar ruangan

Prof DR Dr Agus Dwi Susanto, SpP(K) menyarankan menghindari  beraktivitas di luar ruangan saat udara memburuk.

“Penting mengukur kualitas udara secara berkala. Kalau (PM2.5) di bawah standar WHO itu 15 sudah bagus, tidak ada masalah. Tapi kalau nilai PM-nya 30, 40, 50 itu tidak bagus buat kesehatan. Pasti muncul gejala iritasi,” paparnya Prof Agus dikutip dari haibunda.

  • Bersihkan rumah secara rutin

Jangan mengira polusi hanya terjadi di luar ruangan. Di dalam ruangan pun terdapat polusi udara. Karena itu, perlu membersihkan rumah secara rutin.

KLIK INI:  Mencengangkan, di Negara Vladimir Putin, Asap Industri Batu Bara Menyulap Salju Jadi Hitam
  • Tidak menyalakan sumber api

Partikel rokok adalah salah satu sumber polusi di dalam ruangan. Karena itu, ruangan perlu steril dari asap rokok.

Selain itu, penting pula menghindari agar tidak sumber api, misalnya membakar sampah, lilin atau sumber api lainnya. Apalagi jika rumah tidak didukung oleh ventilasi udara yang cukup.

  • Pantau kondisi kesehatan secara berkala

Udara yang buruk akan memberi dampak kesehatan yang buruk pula. Karena itu, Prof DR Dr Agus Dwi Susanto menyarankan agar memantau kondisi kesehatan secara berkala.

“Pada orang dengan penyakit sebelumnya seperti PPOK, asma, jantung, dan penyakit paru lainnya, harus mengenali tanda-tanda perburukan atau serangan,” ucap Prof Agus.

“Penyakit asma pada orang yang belum memiliki asma, karena terkena polusi bisa jadi asma. Sedangkan yang sudah asma, bisa makin parah. Ketika ozon dan polusi meningkat, akan meningkatkan jumlah serangan asma. Remaja di Jakarta jumlah penderita asmanya lebih tinggi daripada di pedesaan,” bebernya.

  • Segera tangani gejala yang muncul

Saat ada gejala yang muncul, Prof DR Dr Agus Dwi Susanto menyarankan pula agar ditangani secepatnya.  Ada beberapa gejala. Gejalah itu bisa berupa hidung berair, mata merah dan tersumbat dan gatal

Untuk  saluran napas atas, gejalanya bisa berupa sakit tenggorokan, batuk, dan gatal tenggorokan. Sedangkan untuk saluran napas bawah dapat menyebabkan batuk berdahak, sesak napas yang dapat jadi pemicu ISPA.

KLIK INI:  Ingin Berperan Ciptakan Bumi yang Lebih Hijau? Simak Tips Mencuci Pakaian Berikut!