Kaum Muda Jadi Sasaran Empuk Dampak Buruk dari Perubahan Iklim?

oleh -39 kali dilihat
Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan terkait Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
Ilustrasi bencana/Foto-pixabay

Klikhijau.com – Perubahan iklim dan guncangan yang dibawanya, rupanya dapat memberi dampak yang lebih besar dan luas, khususnya kepada kaum muda.

Peristiwa perubahan iklim dapat memberi daya kejut yang dapat melahirkan rasa trauma. Bukan hanya persoalan cuaca yang mudah beruba, tetapi juga akan siklus alam hingga pendapatan atau ekonomi.

Belum lama ini ada sebuah studi baru-baru yang dilakukan oleh para peneliti dari Penn State ‘s College of Agricultural Sciences.

Penelitian tersebut dipimpin oleh Carolyn Reyes, rekan peneliti senior di Public Wise. Menurutnya, “Karena perubahan iklim menyebabkan peristiwa cuaca yang lebih sering dan parah, dan krisis ekonomi serta pandemi yang sedang berlangsung terus menciptakan tantangan bagi keluarga, sangat penting bagi kebijakan untuk membantu meminimalkan dampak guncangan ini” kata Reyes.

KLIK INI:  Polusi dan Perubahan Iklim Semakin Mempengaruhi Kesehatan Anak

Para peneliti juga mengungkapkan bahwa peristiwa traumatis atau “kejutan”, seperti bencana iklim dan hilangnya pendapatan keluarga, dapat berdampak jangka panjang pada kemajuan akademik dan ketahanan pangan di masa depan.

Bercerita tentang masa depan, maka yang paling akan terguncang tentulah kaum muda, sebab merekalah pemegang tongkat stafet di masa mendatang

Dalam studi tersebut, para peneliti mengambil dari data yang dikumpulkan di Peru. Mereka adanya menemukan korelasi langsung antara paparan jumlah kejutan yang lebih tinggi di awal kehidupan dan nilai tes membaca dan kosa kata yang lebih rendah dari waktu ke waktu.

Dampak dari traumatis itu  akan meluas hingga menurunnya tingkat ketahanan pangan. Studi yang diterbitkan dalam jurnal Population Research and Policy Review ini memberikan wawasan yang berpotensi menginformasikan kebijakan untuk mengurangi dampak guncangan.

Tawaran solusi

Untuk keluar dari ancaman tersebut, Reyes menyarankan intervensi potensial seperti transfer tunai tanpa syarat, perlindungan sosial yang diperluas, dan program asuransi yang lebih mudah diakses dan tersedia secara luas.

Selain itu, penelitian tersebut menunjukkan bahwa guncangan baru-baru ini memiliki hubungan yang lebih kuat dengan hasil pembelajaran dan kesejahteraan yang negatif.

Secara khusus, remaja Peru berusia 15 tahun yang mengalami syok dalam tiga sampai empat tahun sebelumnya ditemukan memiliki nilai ujian yang lebih rendah, ketahanan pangan yang kurang, kesehatan yang lebih buruk, dan beban tugas rumah tangga yang lebih besar.

KLIK INI:  Jejak Heriok Greta Thunberg “Melawan Perubahan Iklim” dari Waktu ke Waktu

Sementara itu rekan penulis, Profesor Heather Randel mengungkapkan,  guncangan rumah tangga yang dialami oleh anak-anak dapat berdampak buruk pada kesehatan dan pembelajaran di mana pun mereka tinggal.

“Misalnya, jika remaja harus membantu merawat saudara kandung atau membantu orang tua mereka mencari nafkah, ini dapat mengalihkan sumber daya dan perhatian dari sekolah. Hal ini pada gilirannya dapat memengaruhi jumlah waktu yang dimiliki remaja untuk fokus pada tugas sekolah, atau mungkin mendorong mereka keluar dari sekolah sama sekali,” katanya.

Perlu diperhatikan bahwa anak-anak seringkali lebih rentan terhadap guncangan daripada anggota rumah tangga lainnya. Terutama anak-anak kecil dapat menghadapi gangguan perkembangan fisik dan kognitif yang signifikan dan bertahan lama karena guncangan kehidupan awal.

Masalah ini semakin parah bagi anak-anak dari rumah tangga pedesaan, yang dapat menghadapi rintangan tambahan akibat guncangan lingkungan. Misalnya, anak-anak mungkin dikeluarkan dari sekolah untuk mengkompensasi hilangnya pendapatan keluarga akibat gagal panen di musim kemarau.

Fokus pada kaum muda

Meskipun studi sebelumnya telah mengidentifikasi hubungan antara guncangan dan hasil pendidikan yang merugikan. Kebanyakan dari mereka mengandalkan data cross-sectional daripada data longitudinal, atau hanya meneliti efek dari satu atau dua jenis guncangan.

Reyes dan Randell bermaksud untuk memperluas penelitian untuk menganalisis dampak berbagai guncangan pada pendidikan dan berbagai aspek kesejahteraan selama rentang waktu 15 tahun.

KLIK INI:  Perkotaan Rentan Dampak Perubahan Iklim, Dibutuhkan Rencana Kota Hijau

Studi tersebut memanfaatkan data dari Young Lives Longitudinal Survey yang melibatkan 1.713 anak dari Peru, yang dikumpulkan selama 15 tahun.

Para peneliti mempertimbangkan beragam guncangan, termasuk guncangan ekonomi atau pertanian seperti kehilangan pekerjaan atau gagal panen, guncangan lingkungan seperti banjir atau gempa bumi, dan guncangan keluarga seperti perceraian atau kematian anggota keluarga.

Beberapa penjelasan yang masuk akal diajukan oleh para peneliti untuk temuan ini. Misalnya, jika banjir menghancurkan panen keluarga, anak-anak mungkin terpaksa bekerja lebih banyak untuk menutupi pendapatan yang hilang, mengurangi sekolah atau belajar mereka.

Sebaliknya, kematian anggota keluarga dapat menimbulkan dampak psikologis yang menghambat kemajuan sekolah.

Reyes menyarankan bahwa implikasi dari mengalami banyak kejutan di awal kehidupan berpotensi melampaui masa remaja dan bertahan selama bertahun-tahun.

“Karena pendidikan dan pengalaman kerja awal sangat penting untuk kesuksesan ekonomi dan sosial di masa depan. Paparan terhadap guncangan dapat menciptakan keadaan yang mengakibatkan kesulitan seumur hidup,” katanya.

“Penelitian tambahan dapat mengeksplorasi mekanisme yang tepat tentang bagaimana guncangan ini memengaruhi sekolah dan kesejahteraan, yang kemudian dapat membantu merancang intervensi yang ditargetkan dan efektif,” tutupnya.

KLIK INI:  Kepungan Bencana di Sulsel, Sebuah Penanda Indonesia Sedang Sakit Parah

Sumber: Earth