Mencari Solusi Mencegah Banjir karena Perubahan Iklim

oleh -61 kali dilihat
Terkini, Intensitas Hujan Makin Tinggi, Makassar Terkepung Banjir
Kondisi di satu ruas jalan di Kota Makassar - Foto: Mail

Klikhijau.com – Perubahan iklim diperkirakan akan meningkatkan frekuensi dan tingkat keparahan badai hujan. Semakin tinggi instensitas hujan, akan semakin besar pula peluang terjadinya banjir dan bencana lainnya.

Sekarang ini, ancaman banjir tidak pernah gagal mengintai, khususnya daerah perkotaan. Padatnya penduduk dan bangunan jadi salah satu penyebabnya.

Ketika perubahan iklim terus meningkat, maka ancaman, khususnya banjir juga akan meningkat. Karena itu perlu pemerintah atau perencanaan kota harus terus mencari cara inovatif demi mencegah banjir yang disebabkan oleh hujan lebat.

Sebuah penelitian yang dilakukan Universitas Cincinnati bekerja sama dengan Distrik Konservasi Kabupaten Hamilton mengungkapkan, banjir perkotaan secara tidak proporsional berdampak pada penduduk berpenghasilan rendah. Mereka ini kekurangan sumber daya untuk pulih dengan cepat dari bencana.

KLIK INI:  Mencemaskan, Skenario Kepunahan Manusia Sedang Berlangsung

Profesor Lin Liu, salah satu penulis studi dan salah satu direktur UC’s Joint Center of GIS and Spatial Analysis menguraikan bahwa pemanasan global dan urban sprawl telah berkontribusi pada cuaca ekstrim. Ditambah dengan efek panas perkotaan, banyak kota metropolitan mengalami peristiwa curah hujan yang lebih ekstrim.

“Akibatnya, banjir perkotaan telah menjadi ancaman yang meningkat terhadap hilangnya nyawa manusia dan kerusakan harta benda di banyak kota di seluruh dunia,” ungkapnya seperti dinukil dari Earth

Sementara itu, Man Qi, seorang mahasiswa doktoral di UC College of Arts and Sciences yang memimpin penelitian tersebut mengatakan, Dia pernah mengalami kenyataan banjir perkotaan secara langsung pada tahun 2021. Saat itu rumah saudara perempuannya  di Kota Zhengzhou, China mengalami kebanjiran.

“Bencana tersebut mempengaruhi lebih dari 10 juta orang, menewaskan hampir 400 orang dan menyebabkan kerusakan properti senilai $10 miliar,” bebernya sebagaimana dikutip dari Earth.

KLIK INI:  Menyegarkan Hari dengan Quotes tentang Daun yang Penuh Makna

Dia juga mengungkapkan bahwa intens hujan lebat dapat menggenangi jaringan yang dirancang untuk mencegah banjir, dan kapasitas jaringan drainase bisa gagal karena mereka tidak dapat menahan air hujan sebanyak

Untuk mencegah agar bencana banjir tidak lagi terjadi, Man Qi bersama peneliti lainnya kemudian melakukan penelitian, mereka menemukan solusi berupa:

  • Membuat lubang sederhana di tanah

Man Qi menjelaskan bahwa kota terus mengembangkan cara baru untuk menjebak air hujan dan mengarahkannya ke tempat yang paling membutuhkan, terutama selama musim kemarau.

Membuat lubang sederhana di tanah atau yang mereka  disebut praktik pembangunan berdampak rendah, termasuk inovasi seperti perkerasan permeabel, yang memungkinkan air hujan meresap ke dalam tanah alih-alih dialihkan ke tempat lain.

“Kolam penahanan adalah praktik umum. Ini menyimpan air untuk sementara dan melepaskannya ke udara atau air tanah atau aliran terdekat dengan kecepatan rendah untuk mengurangi risiko banjir. Ini juga memberikan beberapa manfaat ekologis, ”kata Qi.

KLIK INI:  Bolehkah Menyimpan Tanaman di Kamar Tidur dan Kapan Sebaiknya Menghindarinya?
  • Sel bioretensi

Inovasi lainnya adalah membuat sel bioretensi   yang terdiri dari tanaman hias atau lanskap di atas tanah yang dirancang untuk mengalirkan air dengan cepat, tersebar di lapisan kerikil yang tebal untuk penyerapan yang optimal. Sel-sel ini dapat menyerap air hujan dalam jumlah besar tanpa membuat genangan air.

Perencana kota harus mempertimbangkan bagaimana mencegah air hujan tumpah ke properti atau lorong saat merancang pembangunan komersial atau perumahan. Permukaan keras seperti bangunan dan tempat parkir tidak dapat menyerap hujan lebat. Karena itu, memerlukan pengumpulan atau pengalihan air untuk menghindari kerusakan properti.

Para peneliti menilai keefektifan teknik pencegahan banjir seperti kolam penahanan dan sel bioretensi di bawah lima skenario berbeda. Hasilnya dipresentasikan pada konferensi American Association of Geographers tahunan di Denver.

Qi menjelaskan bahwa di kawasan pemukiman yang daerah kedap airnya kurang dari 40 persen, praktik pembangunan berdampak rendah lebih baik.

KLIK INI:  Mekar dengan Eksotik di Malam Hari, Benarkah Bunga Wijaya Kusuma Mistis?

“Tetapi jika 70 persen atau lebih dari permukaan tanah tidak tembus air, sebaiknya diletakkan di bak penahan. Risiko banjir dapat sangat dikurangi,” jelasnya

  • Membuat perencanaan drainase

Intensitas hujan diperkirakan akan semakin liar—tidak terkendali. Qi menekankan konsekuensi luas dari banjir, dia mencatat bahwa hal itu sangat memengaruhi jalan dan infrastruktur serta mengganggu masyarakat, sekolah hingga bisnis tutup. Dampaknya akan meluas. Karenanya pemerintah perlu membuat perencanaan drainase yang baik.

  • Membuat tempat penampungan

Karena perubahan iklim memperburuk risiko banjir perkotaan. Jadinya penting bagi para perencana untuk mempertimbangkan strategi inovatif dan efektif. Misalnya tempat penampungan untuk melindungi kehidupan, harta benda, dan lingkungan.

Untuk mengurangi dampak bencana banjir. Daerah perkotaan juga perlu mengembangkan dan menerapkan strategi adaptasi dan ketahanan yang komprehensif. Termasuk meningkatkan infrastruktur, menerapkan solusi berbasis alam, mempromosikan perencanaan kota yang berkelanjutan, dan berinvestasi dalam sistem peringatan dini, dan tindakan pengurangan risiko bencana.

Selain hal di atas, cara lain yang bisa ditempuh adalah dengan melakukan penanaman tadah hujan dan atap hijau. Khusus atap hijau ini, telah banyak diterapkan di daerah perkotaan.

KLIK INI:  6 Gaya Hidup yang Mesti Diubah untuk Membantu Atasi Krisis Iklim