Klikhijau.com – Musim pelaksanaan ibadah haji adalah waktu yang sangat dinanti oleh umat Islam. Khususnya mereka yang memiliki kemampuan secara finansial menunaikannya.
Setelah virus Corona datang mengoyak pelaksanaan ibadah haji, maka tahun ini pelaksanaannya lebih lapang dan leluasa.
Hanya saja, ada tantangan lain yang harus dihadapi oleh para jemaah haji, khsususnya jemaah haji dari Indonesia, yakni hawa panas.
Karena saat puncak pelaksanaan ibadah haji tahun ini, Arab saudi diperkirakan akan “dipanggang” suhu panas mencapai 50 derajat celcius.
dr Budi Sylvana, selaku Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengatakan, operasional haji tahun ini akan dihadapkan pada dua situasi. Keduanya dapat berdampak pada kesehatan para jemaah haji.
“Perlu kita ingatkan pada jamaah, bahwa tahun ini, kita dihadapkan pada dua situasi. Pertama, pandemi belum selesai. Kedua, suhu ekstrem panas,” katanya.
Pernyataan itu disampaikan dr Budi Sylvana dalam keterangan persnya, sebagaimana dikutip dari dikutip laman resmi Kemenkes, Kamis, 9 Juni 2022.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, pihak Kemenkes mengimbau jemaah haji agar menjaga kesehatan mereka selama menjalankan ibadah di Tanah Suci Mekah.
Menurut Budi, ada tiga hal yang bisa dilakukan jemaah haji agar kesehatan fisiknya terjaga selama beribadah di Tanah Suci, yakni:
-
Tetap menerapkan protokol kesehatan (Prokes)
Para jemaah haji perlu menyadari, meski pelaksanaan ibadah haji telah di bolehkan. Namun, para jemaah haji harus menaati prokes untuk kenyamanan beribadah. Itu karena hingga saat ini pandemi Covid-19 yang belum benar-beanr berakhir.
“Pandemi belum selesai begitu juga penyakit menular lainnya, untuk itu para jemaah haji diminta tetap menerapkan prokes,” terang Budi.
“Kita minta jamaah tetap menerapkan protokol kesehatan, karena jemaah akan berinteraksi dengan satu juta orang, sehingga mereka rentan tertular jika tidak melakukan prokes. Tetap menggunakan masker selama melaksanakan ibadah haji,” imbuhnya.
-
Menjaga kebutuhan cairan tubuh
Di tengah panas ekstrem, serangan panas atau heat stroke sangat perlu diwaspadai oleh jemaah. Karena penyakit ini rentan menyerang seseorang saat terserang panas ekstrem.
Gejalah serangan ini penting diketahui, di antaranya sakit kepala, keluar keringat berlebihan, kulit pucat, napas lebih cepat dari biasanya, mual, dan nyeri otot.
Karena itu, untuk mencegah penyakit ini menjangkiti para jemaah, Budi meminta agar jemaah haji dapat memenuhi kebutuhan cairan tubuhnya.
Selain itu, juga perlu menghindari paparan sinar matahari secara langsung. Hal lain yang perlu diperhatikan ada selalu mengenakan alat pelindung diri, semisal kacamata hitam, topi, dan tabir surya. Selain itu, jjeaah juga diimbau untuk tidak mengenakan baju berwarna gelap dan rutin menyemprotkan tubuh dengan cairan yang diberikan.
“Tentunya jangan lupakan hastag kita #jangantungguhaus, itu penting sekali untuk menghindari dehidrasi dan heat stroke,” ujar Budi.
-
Menghindari melakukan aktivitas berlebihan
Kelelahan sangat mungkin menyerang para jemaah haji. Apalagi di tengah terjangan panas. Karena itu, jemaah diimbau untuk menghindari aktivitas yang dapat memicu kelelahan berlebih.
Karena kelelahan ekstrem yang tidak diantisipasi bisa membuat seseorang rawan terkena serangan panas.
Olehnya itu, jemaah diminta fokus pada ibadah wajib di padang Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
“Silakan melakukan aktivitas ibadah yang lainnya, namun disesuaikan. Jamaah punya cukup waktu untuk melakukan ibadah-ibadah sunnah,” tutur Budi.
Itulah tips sederhana dilansir dari laman NU, agar jemaah haji bisa menjaga kesehatannya saat menunaikan rukun Islam yang kelima itu.