Cerita Komunitas Manggala Tanpa Sekat, Kembangkan F2 Eco Enzyme Multiguna

oleh -851 kali dilihat
Cerita Komunitas Manggala Tanpa Sekat, Kembangkan F2 Eco Enzyme Multiguna
Cairan eco enzyme di MTS yang dikembangkan dengan produk turunan lainnya - Foto: Ist

Klikhijau.com – Sampah menjadi permasalahan global saat ini yang mendera masyarakat. Di Beberapa wilayah di Indonesia, masalah sampah bahkan sudah menjadi situasi darurat yang kian mencemaskan.

Sampah organik terbilang paling dominan dalam timbulan sampah yang dihasilkan dari rumah tangga. Sayangnya, sampah organik belum sepenuhnya dimanfaatkan. Sebagian besarnya hanya terbuang ke TPA bahkan bercampur dengan sampah anorganik.

Akan semakin problemati tentu saja bila skema TPA masih open dumping dimana sampah hanya tertumpuk begitu saja tanpa pengolahan lanjutan.

Satu opsi saat ini yang diupayakan adalah pengolahan sampah dapur dengan pembuatan eco enzyme. Eco enzyme merupakan cairan ajaib multiguna yang dihasilkan dari fermentasi sampah buah, sayuran dan gula merah.

Di Kota Makassar, kampanye pembuatan eco enzyme sangat intens didorong oleh Komunitas Manggala Tanpa Sekat (MTS). Komunitas ini tidak hanya intens membuat eco enzyme melalui lumbung eco enzyme MTS yang baru saja diluncurkan pada (26/02/2023) lalu, tetapi juga aktif melakukan edukasi ke warga dan komunitas.

KLIK INI:  Kisah Dua Ekor Gajah Sumatra yang Lahir di Bulan April

Harapannya, semakin banyak pihak dan warga yang tertarik membuat eco enzyme. Selain dinilai efektif mengelola sampah organik, eco enzyme juga dapat dijadikan cairan ramah lingkungan untuk berbagai kebutuhan. Mulai dari kebutuhan bersih lantai hingga penjernih udara.

Saat ini, Komunitas MTS telah mengembangkan eco enzyme dengan melakukan ragam eksperimen dan pengembangan. Termasuk membuat produk turunan dari eco enzyme.

Skema pembuatan F2 eco enzyme

Lalu bagaimana proses pembuatan F2 eco enzyme? Sebelum membahas ini, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu bahwa eco enzyme berbahan dasar cairan hasil fermentasi sampah dapur berupa ampas buah dan sayuran dipotongan kecil, kemudian campurkan gula dan air dengan Perbandingannya 3:1:10 (sampah dapur, gula dan air).

Fermentasi pertama itu memiliki khas dengan warna  kecoklatan dan dominan diperuntukkan untuk tanaman baik tanaman hias maupun untuk pertanian.

Memasuki Fermentasi kedua dilakukan semacam peningkatan kualitas dengan meningkatkan aromatik cairan.

KLIK INI:  Sah, Nama Aktivis Iklim Greta Thunberg Kini Jadi Nama Katak

Bagaimana melakukannya? Sangat mudah melakukannya Sahabat Hijau. hanya dengan mencampurkan produk eco enzyme murni hasil fermentasi pertama dengan  tambahan seperti pandan, daun jeruk dan beberapa bahan lainnya.

Ketua MTS, Mashud Azikin, menerangkan kemudahan dalam melakukan fermentasi kedua sehingga peruntukannya dapat lebih spesifik, bahan tambahan yang diambil dari tanaman kunyit yang berada di halaman rumah.

”Bahannya eco enzyme yang sudah jadi dengan organik rempah-rempah seperti kunyit  jahe bawang putih kulit jeruk. Perbandingannya 10 : 1, eco enzyme 10 bahagian dan BO-nya satu bahagian,” tutur Mashud.

Waktu fermentasinya pun terbilang singkat, lanjut Mashud yakni difermentasi kedua hanya 1 bulan tanpa ditambahkan lagi gula.

“Memanfaatkan hasil panen kunyit di halaman untuk proses fermentasi kedua eco enzyme F2. Produk ini sangat baik untuk digunakan secara spesifik untuk pengobatan,” kata Mashud Azikin

Berikut beberapa manfaat Eco Enzyme:

– Pembersih Buah

– Pembersih badan dan rambut

– Pembersih dapur dan alat dapur

– Pembersih Pakaian

– Pembersih udara

– Pembasmi Serangga

– Pestisida ramah lingkungan berkualitas tinggi

– Tambahan untuk Campuran perawatan pada kulit, baik wajah atau gatal-gatal

– Dipercaya dapat menjernihkan air pada kolam atau sumur dan mengurangi bau amis jika ada.

KLIK INI:  HPHA, MTS dan Klikhijau Edukasi Warga Sudiang Raya Kelola Sampah Dapur