Tersebutlah Daun Bandotan

oleh -55 kali dilihat
Begini Pemanfaatan Bandotan di Beberapa Negara di Dunia
Bunga rumput bandotan/foto-Satu Harapan
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Tersebutlah Daun Bandotan

 

di jendela, hujan bermain-main dengan angin
sebelum membenam diri ke tanah
tumbuhkan rumput bandotan di halaman rumah

saat kemarau tahun kemarin
rumput itu tidur lelap dalam tanah
begitu hujan tiba
napasnya lebih panjang dari kemarau

kemarin, saat ibu mengupas mangga
pisau mengiris jari telunjuknya
jari yang sering digunakan
menunjukkan aku cara berjalan dengan baik

darah mengucur deras
wajah ibu pucat kaget
ayah sigap berlari ke halaman rumah
mengabaikan hujan

dipetiknya helai-helai daun bandotan itu
meremasnya dengan sangat gemas
lalu menempelkan pada jari telunjuk ibu yang berdarah

berselang beberapa saat kemudian
saat hujan menyisa gerimis
darah dari telunjuk ibu berhenti berdarah

aku lihat ibu menatap mata ayah
mereka bersitatap penuh cinta

Kindang, Februari 2024

KLIK INI:  Pisang Goreng Hilang di Meja Tamu

Berkejaran dalam Hujan

 

berlari-lari
kita berkejaran dalam hujan pagi
yang dinginkan kopi di ruang tamu

kau jadi pelukan
aku jadi kecupan

hujan selalu saja memanggil hangat
dan semua kenangan

kau selalu benci hujan
sebab tak mengeringkan jemuran

aku selalu menyukai hujan
sebab bisa memanja dalam pelukmu
selama matahari tak muncul

diam-diam aku selalu berdoa
hujan saja sepanjang hari

doa itu terkabul pada suatu waktu di akhir tahun
hujan benar-benar lupa cara berhenti

aku dan kau tak beranjak keluar rumah
bergelas-gelas kopi kita tandaskan

pada kopi yang kesekian
gemuruh tetiba datang

gunung di sebelah barat rumah longsor
kebun kopi tertimbun
air sungai membawa lumpur berton-ton menuju kota, menuju laut

sejak itu, aku tak pernah lagi berdoa agar hujan sepanjang hari

tapi, aku masih selalu suka,kita berkejaran dalam hujan
aku berubah kecupan
kau menjelma pelukan

Kindang, Februari 2024

KLIK INI:  Sebagai Hujan di Tubuhmu

Separuh di Dada

 

lalu kau berlari ke dadaku yang kosong. membawa biji-biji semangka

aku sedang berbaring. nikmati gerimis jatuh satusatu dari mata ngantukku

kubayangkan kemarau datang
rampas semua iloro dari mulutku

dan kau tetiba datang
dada kosongku penuh biji semangka

semangka, katamu–penuh dengar air
kau ingin tumbuhkan di dada kurusku

setelah dadaku penuh biji semangka
kau berjalan ke tepi jendela

kau pandangi halaman rumah yang penuh rumput teki. melihat belalang berlompatan dan capung beterbangan di udara

aku akan ke halaman menangkap capung dan belalang, katamu

udara dan lingkungan masih bersih di sini, lanjutmu

bagaimana kau tahu, tanyaku

capung dan belalang itu buktinya. itu indikator lingkungan. mereka hanya berada pada lingkungan yang tak tercemar, jelasmu sambil melangka ke halaman

aku berjalan ke arahmu, mengikutimu biji semangka dari dadaku jatuh berhamburan penuhi lantai

kau melotot ke arahku

aku punguti biji-biji semangka itu
sebagian kutanam di dadaku
separuhnya ke tanam di matamu

Kindang, 5 Februari 2024

KLIK INI:  Tak Maukah Kau Menciumiku Sekali Saja?