- Pantai yang Bersalin Nama - 13/04/2024
- Gadis Iklim - 07/04/2024
- Anak Kecil dalam Hujan - 30/03/2024
Tersebutlah Daun Bandotan
di jendela, hujan bermain-main dengan angin
sebelum membenam diri ke tanah
tumbuhkan rumput bandotan di halaman rumah
saat kemarau tahun kemarin
rumput itu tidur lelap dalam tanah
begitu hujan tiba
napasnya lebih panjang dari kemarau
kemarin, saat ibu mengupas mangga
pisau mengiris jari telunjuknya
jari yang sering digunakan
menunjukkan aku cara berjalan dengan baik
darah mengucur deras
wajah ibu pucat kaget
ayah sigap berlari ke halaman rumah
mengabaikan hujan
dipetiknya helai-helai daun bandotan itu
meremasnya dengan sangat gemas
lalu menempelkan pada jari telunjuk ibu yang berdarah
berselang beberapa saat kemudian
saat hujan menyisa gerimis
darah dari telunjuk ibu berhenti berdarah
aku lihat ibu menatap mata ayah
mereka bersitatap penuh cinta
Kindang, Februari 2024
Berkejaran dalam Hujan
berlari-lari
kita berkejaran dalam hujan pagi
yang dinginkan kopi di ruang tamu
kau jadi pelukan
aku jadi kecupan
hujan selalu saja memanggil hangat
dan semua kenangan
kau selalu benci hujan
sebab tak mengeringkan jemuran
aku selalu menyukai hujan
sebab bisa memanja dalam pelukmu
selama matahari tak muncul
diam-diam aku selalu berdoa
hujan saja sepanjang hari
doa itu terkabul pada suatu waktu di akhir tahun
hujan benar-benar lupa cara berhenti
aku dan kau tak beranjak keluar rumah
bergelas-gelas kopi kita tandaskan
pada kopi yang kesekian
gemuruh tetiba datang
gunung di sebelah barat rumah longsor
kebun kopi tertimbun
air sungai membawa lumpur berton-ton menuju kota, menuju laut
sejak itu, aku tak pernah lagi berdoa agar hujan sepanjang hari
tapi, aku masih selalu suka,kita berkejaran dalam hujan
aku berubah kecupan
kau menjelma pelukan
Kindang, Februari 2024
Separuh di Dada
lalu kau berlari ke dadaku yang kosong. membawa biji-biji semangka
aku sedang berbaring. nikmati gerimis jatuh satusatu dari mata ngantukku
kubayangkan kemarau datang
rampas semua iloro dari mulutku
dan kau tetiba datang
dada kosongku penuh biji semangka
semangka, katamu–penuh dengar air
kau ingin tumbuhkan di dada kurusku
setelah dadaku penuh biji semangka
kau berjalan ke tepi jendela
kau pandangi halaman rumah yang penuh rumput teki. melihat belalang berlompatan dan capung beterbangan di udara
aku akan ke halaman menangkap capung dan belalang, katamu
udara dan lingkungan masih bersih di sini, lanjutmu
bagaimana kau tahu, tanyaku
capung dan belalang itu buktinya. itu indikator lingkungan. mereka hanya berada pada lingkungan yang tak tercemar, jelasmu sambil melangka ke halaman
aku berjalan ke arahmu, mengikutimu biji semangka dari dadaku jatuh berhamburan penuhi lantai
kau melotot ke arahku
aku punguti biji-biji semangka itu
sebagian kutanam di dadaku
separuhnya ke tanam di matamu
Kindang, 5 Februari 2024