Tanah Berwajah Sampah

oleh -142 kali dilihat
Demi Masa Depan, Edukasi Bahaya Sampah Penting untuk Anak-Anak
Ilustrasi buang sampah sembarangan/foto-rebanas.com
Nona Reni

Bernapas Sampah

 

Kesabaran berdenyut di antara polusi
Bertahan pada lecutan musim
Menyatu dalam alir darah dan daging
Melepas umur jadi hutan lampau yang tandus

Dari udara yang dihirup dan dihela
Pada suatu sore sesudah hujan lebat
Butiran air di pucuk daun bercerita dengan jujur
Sedih apa kiranya sampai matamu berkabut

Seorang pemulung menyeberang jalan
Ditatap iba oleh orang-orang ngasoh di pelataran
Kerut di dahinya tak sebanyak isi dompet
Membakar lelap tergelap dari segala impian

Bukan, dia bukan hanya pemulung
Dia adalah pahlawan
Meski kisah-kisahnya selalu bisu
Di telan belantara sampah
Yang merajut arah jarum jam
Dari seribu pertanyaan belaka

Dia bernapas dari sampah
Yang kau buang dari jendela mobil
Sambil menutup hidung

Juli 2023

KLIK INI:  Pembagian Tumbler Warnai Lomba Baca Puisi dan Pidato Bahasa Inggris di Kantor P3E Suma

Bumbu Menghilang dari Dapur

 

Sebelum rahmat mengecup kerut dahimu
Korek saja nyeri di rongga benakku
Cungkil, lalu bakar jadi abu
Kosongkan bola mata dari angan kelabu
Dunia yang terlanjur menua dikejar nyawanya sendiri

Tentu saja sebelum pensiun
Kau harus tahu kemana pulangmu
Seperti langit sore berpelangi
Atau macet menjelang senja

Di dadaku ada ladang tebu subur
Tetapi kau gusur demi jalan raya beraspal
Desa yang hijau kau paksa tandus
Sementara dapur meraung ganas
Bumbu-bumbu tak mampu terbeli.

Juli 2023

KLIK INI:  Seekor Camar di Bahu Mercusuar

Tanah Berwajah Sampah

 

Ini tanahmu juga, di mana rumah-rumah berdesakan sepanjang aliran sungai
Kampung halaman dari sampah yang dibawa pengendara dari jauh
Di lempar begitu saja dari atas jembatan

Ini tanahmu juga
Tanah yang sering dimukimi banjir
Hewan hanyut dan popok bekas pakai
Berkejaran menuju laut dan halaman rumah

Ini tanahmu juga
Tanah yang seenaknya kau jadikan tong sampah
Apakah nasib di sini akan terus seperti benda rongsokan itu?

Lalu kepada siapa akan kami larikan kutuk?
Sedang kalian lebih bodoh dari orang yang buta huruf?
Yang takt ahu baca
“Buang sampah pada tempatnya”
“Di larang membuang sampah di sini”

Sampah-sampah terus saja menumpuk
Berkejaran di sungai
Terus saja dibuang
Lahirkan teror
Terus saja dianggap jijik
Melihai kita menutup hidung
Begitu terus, seterusnya
Lalu sampah berubah aku, kamu lalu kita
Di tanah sendiri yang menumbuhkan kehidupan

Juli 2023

KLIK INI:  Perihal Hujan yang Mengenangmu