- Kaktus Centong, Tanaman Hias yang Bisa Menjernihkan Air Sungai - 28/03/2023
- Pohon Air Mata - 26/03/2023
- Pisang Mas, Potensi Desa Kindang yang Belum Dilirik - 22/03/2023
Lelaki Pemancing Sampah
Lelaki tua itu terus memandangi sungai. Pancing di tangannya siaga. Dari jauh, lima gelas bekas kemasan air minum mengarah ke arahnya.
Ia menatapi gelas bekas kemasan itu. Menyiapkan pancing. Begitu dekat, ia melemparkan pancingnya. Ia memancing sampah.
Sejak lima tahun lalu, tak ada lagi ikan di sungai itu. Sejak banyak pabrik, rumah makan, warkop, dan laundry berdiri di tepinya.
Ketika ikan telah punah di sungai itu. Hobi memancingnya tak memunah. Maka dia salurkan hobinya dengan memancing sampah plastik.
Karenanya sekali seminggu dia akan membersihkan sungai dari eceng gondok. Agar sampah bisa sampai ke padanya, ke tempat dia duduk memancing.
Sampah plastik yang paling diburu dan dinanti adalah gelas bekas air kemasan. Ia mencari bekas bibir istrinya di gelas itu.
Istrinya, sejak lima tahun lalu, tepat ketika ikan menghilang dari sungai itu. Istrinya juga ikut menghilang. Tak ada yang paling diingat dari istrinya itu selain bibirnya.
Dan dia percaya, di salah satu gelas plastik yang dipancingnya, ia bisa menemukan bekas bibir istrinya.
Lima gelas kemasan air minum mineral itu semakin mendekat. Dua yang berhasil dipancingnya. Tiga lolos menuju laut.
Dia menilik gelas yang dipancingnya itu, wajahnya berubah bingung. Seekor ikan berbentuk bibir berenang di dalam gelas bekas itu.
Maret 2023
Dari Hulu Sungai
Dua minggu lalu, lima suara senso meraung-raung di hulu sunga Addungang. Matahari sedang terik saat itu. Panas mencuri semua keringat dalam tubuh.
Dodding menari gembira. Suara senso itu adalah penanda ikan bolu akan tersaji di atas meja. Sebagai orang terkuat dalam hal ‘nyompo’ (memikul) kayu. Sudah pasti jatah nyompo akan jatuh ke pundaknya.
Kayu-kayu dari hulu itu akan disompo ke pinggir jalan. Lalu mobil truk datang mengangkatnya menuju jauh. Mungkin ke kota. Tapi Dodding tak pernah tahu ke kota mana. Pun itu bukan urusannya.
“Sebentar lagi kita akan makan ikan bolu, Anti,” katanya ada istrinya.
“Bagaimana bisa?”
“Kamu dengar suara senso itu,” jelasnya. Istrinya itu menajamkan pendengarannya. Suara senso bersahutan, mengalahkan ricik sungai Addungang di belakang rumahnya.
Dua hari lalu, hujan tak mereda-reda. Ikan bolu benar-benar tersaji di atas meja makan Dodding. Ia menikmatinya dengan lahap. Melupakan perih di punggungnya karena tergesek kayu yang dia sompo dari hulu sungai.
Pada suapannya yang ketuju, Dodding terperanjak, suara gemuruh di belakang rumahnya menghantam pendengarannya.
Dia dan istrinya beranjak serentak, memastikan apa yang terjadi.
Keduanya saling pandang, sungai Addungang meluap. Rumah panggungnya bergoyang hebat.
Lalu, tak ada suara selain suara gemuruh air
Maret 2023
Warna
Asap hitam mengepul dari penyulingan minyak daun cengkeh itu. Angin datang, asap itu mengepung kampung.
Warga hanya bisa melihat satu warna saja. Hitam. Tak ada lagi yang saling mengenali. Kecuali dari suara batuk-batuk mereka.
Satu-satunya orang yang bisa melihat semua warna, khususnya warna uang hanyalah Jamala, si pemilik penyulingan.
2023
Senapan Angin
Dua anak kecil berjalan di pematang sawah. Mereka menenteng senapan angin. Parang terselip di pinggang
“Saya akan membawakan mata bangau untuk adikku,” ujar Salaha
“Saya akan membawakan kepala elang untuk bapakku,” sahut Suhara.
Keduanya terus berjalan. Tak ada bangau, tak ada elang mereka temukan. Bangau dan elang telah lama punah. Tapi janji tak kenal kata punah.
Setelah seharian berburu, lelah menyergap keduanya. Kedua istirahat sebelum pulang.
“Bagaimaha dengan janji kita?” Tanya Sahala
Suhara berpikir. Sangat keras.
“Kau ambil mataku, saya ambil kepalamu,” usul Suhara.
“Ide bagus,” sahut Sahala.
Keduanya lalu mencabut parang masing-masing dari sarungnya.
Maret 2023