Lelaki Tua, Tristania, dan Jalan Terjal Reboisasi di Jannaq Loe

oleh -390 kali dilihat
Lelaki Tua, Tristania, dan Jalan Terjal Reboisasi di Jannaq Loe
Lokasi pembibitan pohon tristan di lereng Gunung Bawakaraeng/fotp Zulengka
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Kabut tebal dan dingin menusuk tulang, jarum jam masih menunjuk pukul setengah enam pagi. Tampak seorang lelaki rentah sedang mencoba membuat api di tungku untuk memasak air dan lontong untuk sarapan pagi.

Saya memanggilnya Daeng Toa. Toa yang berarti tua sesuai usia lelaki itu. Sebelum jam delapan pagi, lelaki tua itu di temani kedua cucunya yang baru tamat Sekolah Menengah Atas mengambil linggis dan cangkul.

Mereka menggali lubang tempat menanam bibit pohon tristania. Mereka merupakan salah satu kelompok dari beberapa kelompok yang tersebar di lereng pegunungan Bulu Bawakaraeng dan Lompobattang.

Mereka adalah pekerja yang dipekerjakan oleh salah satu perusahaan untuk reboisasi atau menanam pohon di Jannaq Loe, Desa Manimbahoi, Kecamatan Parigi, di sela-sela jurang pegunungan Bulu Bawakaraeng dan Lompobattang.

KLIK INI:  PT Mitra Hijau Asia Segera Bangun Tempat Pengelolaan Limbah B3 Terbesar di Indonesia Timur

Lokasi reboisasi itu tepat di bawah puncak pegunungan Bulu Bawakaraeng dan Lompobattang, yakni Jannaq Loe. Lokasi tersebut adalah salah satu lahan yang menjadi titik kegiatan penanaman mereka.

Lokasi tersebut merupakan wilayah Balai Pengelolaan dan Hutan Lindung Jeneberang-Saddang yang luasnya seratus lima puluh hektare.

Pegunungan Bulu Bawakaraeng dan Lompobattang yang merupakan sumber mata air yang mengaliri delapan kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan. Yang menghidupi ratusan ribu jiwa dan ribuan hektare lahan pertanian tiap tahunnya.

Mungkin kita tidak sadari, sembari mandi di pagi hari, minum segelas air mineral, dan menikmati secangkir kopi hangat. Kita menikmati air yang bersumber dari rentetan pegunungan yang hulunya Daeng Toa dan cucunya tanami pohon.

Kegiatan menggali lubang tempat bibit ini nantinya akan mereka tanami saat musim penghujan. Jadi, selama kemarau mereka hanya menggali lubang demi lubang di sela-sela bebatuan dan tebing yang terjal.

Menggali di antara bebatuan keras

Setiap hari, satu orang penanam pohon mampu menggali lubang hingga seratus lubang galian yang tersebar di antara batu-batuan keras dan sela-sela tebing terjal dengan risiko longsoran dan juga ular berbisa.

Kegiatan itu telah beberapa minggu Daeng Toa lakukan bersama cucunya dan masyarakat sekitar.

Mereka terkadang bermalam di lokasi reboisasi. Mereka membuat rumah-rumah sederhana untuk menghalau dingin dan angin kencang di saat malam hari.

Daeng Toa mengatakan, mereka hanya akan turun gunung saat hari Jumat untuk ibadah dan kembali hari Sabtu, atau juga saat perbekalan sehari-hari mereka habis.

Bagi Anda yang suka mendaki, Jannaq Loe ini merupakan lokasi yang tidak asing. Pada hari libur biasanya akan datang beberapa kelompok yang berkemah. Bahkan melakukan pelatihan alam bebas dari berbagai perguruan tinggi ataupun masyarakat umum.

Lokasi yang tepat di bawah Pattau-tauang dekat puncak Lompobattang ini memiliki lanscape yang begitu indah dengan aliran sungai-sungai kecil dan pepohonan kerdil yang ditumbuhi lumut-lumut.

Anda tidak perlu khawatir akan sumber air, karena air bersih mengalir tepat di sekitar Anda. Air tak datang begitu saja dan bertahan begitu saja. Bisa jadi karena upaya seperti yang dilakukan Daeng Toa dan kawan-kawan.

Karena itu, jika ingin mengunjungi lokasi tersebut akan lebih bijak jika tak menebangi pepohonan dan merusak alam sekitar.