Mewaspadai Dampak Sinar Biru yang Dapat Menyebabkan Penuaan Dini

oleh -395 kali dilihat
Main Gawai dan Nonton TV Sambil Tiduran, Berbahaya?
Ilustrasi main gawai sambil tiduran/foto-ist

Klikhijau.com – Sinar biru mulai tak terpisah dari kehidupan manusia modern. Apalagi setelah gawai (gadget) ditemukan dan jadi kebutuhan—manusia menjadi tak terpisah darinya.

Penggunaan gawai dari tahun ke tahun terus mengalami penanjakan. Itu terbukti pada tahun 1990 hanya dipakai 3 juta orang dan menanjak menjadi 2,2 miliar pada tahun 2011.

Sinar biru atau blue light (BL) tak hanya terdapat pada gawai saja, tetapi sinar ini dipancarkan dari layar perangkat digital seperti televisi,  laptop, PC, tablet, smartphone dan perangkat gadget lainnya.

Pada awalnya sinar ini tercipta sebagai sinar buatan untuk menerangi layar perangkat elektronik yang kita gunakan.

KLIK INI:  Cara Awet Muda Hingga 15 Tahun, Bercinta Seminggu Sekali!

Untuk televisi dan computer sendiri, sinar biru yang dipancarkan mempunyai panjang gelombang 400 hingga 440 nm. Pada spektrum sinar, ini  masih dapat diterima oleh mata.

Namun, jika berlebihan akan menyebabkan kerusakan mata dikarenakan radikal bebas yang dilepaskannya. Foto-reseptor pada retina cukup rentan terhadap cedera dari cahaya, khususnya sinar biru,  dan dapat terjadi cedera fotokimia pada retina.

Eunike D. Toar dkk (2013) mengungkapkan, risiko kerusakan pada mata dapat terjadi, namun tergantung dari panjang gelombang cahaya, intensitas, serta durasi paparannya.

Tidak hanya merusak retina saja, paparan sinar biru juga dapat menyebabkan gangguan penglihatan di antaranya rabun jauh pada anak-anak. Sinar biru dapat mempengaruhi kesehatan kornea, retina, dan lensa.

Dampak sinar ini pada kornea sinar, dapat menyebabkan kerusakan sel epitel melalui peningkatan produksi ROS atau Reactive Oxigen Specie pada epitel kornea. Selanjutnya akan terjadi kerusakan akibat reaksi apoptosis dan oksidatif yang memicu peradangan dan terjadinya Xeropthalmia atau yang dikenal dengan  dry eye, yakni mata kering.

Husnun Amalia, 2019 mengatakan, paparan sinar biru pada malam hari akan menstimulasi otak. Hal itu menyebabkan terjadi hambatan pada sekresi melatonin. Kemudian akan meningkatkan produksi kortikosteroid, setelahnya terjadi gangguan sekresi hormon dan secara langsung akan mempengaruhi kualitas tidur.

KLIK INI:  Benarkah Tidur dengan Lampu Menyala di Malam Hari Bisa Bikin Gemuk?
Studi baru

Dilansir dari Earth.com, ada sebuah studi baru yang mengungkapkan jika sinar biru tak hanya berbahaya bagi mata. Tetapi juga dapat merugikan berbagai sel dalam tubuh manusia.

Hasil studi yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Aging melaporkan efek paparan sinar biru pada lalat buah, Drosophila melanogaster dan juga menyelidiki apakah cahaya biru memiliki dampak yang lebih besar pada individu seiring bertambahnya usia.

Para peneliti juga melakukan analisis otak lalat dan jalur pernapasan untuk memahami cara lalat dipengaruhi oleh paparan cahaya biru.

Hal pertama yang dilakukan peneliti adalah mengukur tingkat kelangsungan hidup lalat yang dibesarkan dan disimpan dalam kegelapan konstan. Kemudian dipindahkan ke kondisi sinar biru konstan pada usia yang berbeda sepanjang umur.

Hasilnya menunjukkan bahwa semakin tua lalat ketika terkena cahaya biru. Semakin rendah tingkat kelangsungan hidup mereka, jika dibandingkan dengan lalat pada usia yang sama yang tetap dalam kegelapan konstan.

Selanjutnya, ketika lalat terkena sesi BL sementara (10 hari) pada usia muda atau paruh baya. Kelangsungan hidup mereka selanjutnya setelah kembali ke kegelapan konstan berkurang secara signifikan dan lalat paruh baya terpengaruh lebih parah daripada lalat muda.

KLIK INI:  Selain Menetralisir Keracunan Makanan, Ini 6 Manfaat Lain Air Kelapa

Ini menunjukkan bahwa efek fototoksik cahaya biru tetap ada, bahkan setelah stresor ini dihilangkan, dan bahwa tingkat keparahan efeknya tergantung pada usia saat paparan BL terjadi.

Dr. Jadwiga Giebultowicz, seorang profesor di Departemen Biologi Integratif di Oregon State University dan penulis senior studi tersebut memaparkan, paparan cahaya biru yang berlebihan dari perangkat sehari-hari,  mungkin memiliki efek merugikan pada berbagai sel di tubuh kita, dari sel kulit dan lemak, hingga neuron sensorik.

“Kami adalah yang pertama menunjukkan bahwa tingkat metabolit spesifik, bahan kimia yang penting bagi sel untuk berfungsi dengan benar diubah pada lalat buah yang terpapar cahaya biru,” paparnya.

Kerusakan otak lebih buruk

Sepanjang percobaan itu, para peneliti menggunakan lalat buah yang dimodifikasi secara genetik untuk tidak menghasilkan mata majemuk.

Ini memungkinkan mereka untuk membuktikan bahwa efek pada umur lalat tidak tergantung pada dampak apa pun yang mungkin ditimbulkan BL pada sel retina mereka.

KLIK INI:  Selamatkan Wanita, India Kembangkan Vaksin Kanker Serviks

Untuk mendapatkan jawaban kenapa lalat buah mati  sebelum waktunya, para peneliti menyelidiki otak dan fungsi pernapasan mereka yang lebih tua.

Hasil yang ditemukan menunjukkan bahwa otak lalat yang terpapar BL sebagai individu yang lebih tua dicirikan oleh banyak bercak kecil di mana jaringan telah mati. Lalat kontrol yang disimpan dalam kegelapan tidak menunjukkan tingkat degenerasi saraf yang mendekati ini.

Selanjutnya, kerusakan otak lebih buruk pada lalat jika mereka terkena BL sebagai orang dewasa yang lebih tua daripada jika paparan terjadi selama masa muda lalat. Temuan ini menunjukkan bahwa BL adalah stresor lingkungan yang berdampak lebih parah pada organisme seiring bertambahnya usia.

Untuk menyelidiki penyebab sensitivitas cahaya terkait usia, para peneliti berfokus pada fungsi mitokondria. Mitokondria adalah struktur kecil di dalam sel di mana oksigen digunakan untuk menghasilkan energi dari substrat seperti glukosa.

Para ahli juga membandingkan kadar metabolit dalam mitokondria sel kepala pada lalat. Untuk memahami mengapa cahaya biru berenergi tinggi bertanggung jawab untuk mempercepat penuaan pada lalat buah, kami membandingkan tingkat metabolit pada lalat yang terpapar cahaya biru selama dua minggu dengan yang disimpan dalam kegelapan total.

KLIK INI:  Lakukan 5 Cara Ini Agar Si Kecil Tak Mudah Sakit

Para peneliti menemukan perbedaan yang signifikan dalam tingkat berbagai metabolit; khususnya, mereka menemukan bahwa tingkat suksinat meningkat, tetapi tingkat glutamat diturunkan.

Manusia terpapar cukup lama

Giebultowicz mengungkapkan pula, suksinat sangat penting untuk memproduksi bahan bakar untuk fungsi dan pertumbuhan setiap sel. Tingkat suksinat yang tinggi setelah terpapar cahaya biru dapat dibandingkan dengan gas yang berada di pompa tetapi tidak masuk ke dalam mobil.

“Penemuan lain yang meresahkan adalah bahwa molekul yang bertanggung jawab untuk komunikasi antar neuron, seperti glutamat, berada pada tingkat yang lebih rendah setelah paparan cahaya biru.”

Perubahan yang dicatat oleh para peneliti menunjukkan bahwa paparan BL dikaitkan dengan kinerja sel yang kurang optimal dan ini mungkin menjadi penyebab kematian sel dan percepatan proses penuaan pada lalat.

Giebultowicz juga menuturkan bahwa LED telah menjadi penerangan utama di layar tampilan seperti TV, ponsel, desktop serta pencahayaan sekitar. Sehingga manusia modern  terpapar cahaya biru melalui pencahayaan LED cukup lama.  Bahan kimia pensinyalan dalam sel lalat dan manusia sama. Hal itu menunjukkan potensi negatifnya pada pada manusia.

“Kami menggunakan cahaya biru yang cukup kuat pada lalat . Manusia yang terpapar cahaya yang kurang intens, sehingga kerusakan sel mungkin kurang dramatis,” jelas Giebultowicz.

KLIK INI:  Jangan Remehkan Cuaca Panas, Ini Cara Lindungi Tubuh dari Sakit