Petai Cina alias Kopi-kopi, Cerita di Baliknya dan Ragam Manfaatnya

oleh -700 kali dilihat
Petai Cina alias Kopi-kopi, Cerita di Baliknya dan Ragam Manfaatnya
Buah muda dan tua kopi-kopi yang rasanya mirip petes - Foto/Taufiq
Taufiq Ismail

Klikhijau.com – Ada kebahagiaan tersendiri tatkala menyapa dan memaknai alam. Seperti yang saya lakukan dalam kegiatan Eksplorasi Flora” beberapa waktu lalu.

Senin, 25 Januari 2022, kontributor Klikhijau bertandang ke Rumah Hijau Denassa (RHD). Sebuah persinggahan bagi mereka yang haus ilmu dan rindu dengan kampung halaman.

Sebuah kebun tetumbuhan menghampar. Darmawan Denassa adalah pemiliknya. Merawat tanah leluhurnya dengan cara berbeda.

Tak sepertinya kebanyakan warga sekitarnya, mengolahnya menjadi sawah. Denassa, sapaan akrabnya, justru menjadikannya kebun.

Menanam aneka tumbuhan unik. Apalagi tumbuhan endemik Sulawesi Selatan jadi prioritasnya.

Meski begitu, sawah warga sekitar seolah tak terpisahkan dari Denassa Botanical Garden ini. Saat menuju kebun Denassa, hamparan sawah menghijau menyambut.

Aktivitas tani seperti membajak, menyiangi rumput, hingga mengusir burung jadi pemandangan bonus.

Mengingatkan suasana pedesaan yang kental. Bagi Denassa, dengan kegemaran menanamnya, mengingatkan masa kecilnya.

“Menanam seolah menjadi penenang jiwa bagi saya,” timpal Denassa.

KLIK INI:  Burung Cabai Sulawesi, Si Mungil yang Menawan

“Saya merasa terlambat memulai. Kenapa tidak sejak saya tamat SMA. Jika tidak kebun saya sudah rimbun sekarang,” tambahnya.

Saat berkeliling, Denassa mengenalkan beragam tetumbuhan yang menghampar. Mulai dari tumbuhan liar hingga tanaman holtikultura.

Satu tumbuhan yang menarik perhatian saya: petai cina. Kopi-kopi (Makassar), begitu Denassa menyebutnya.

Pemilik nama latin Leucaena leucocephala ini adalah jenis perdu dari keluarga Fabaceae. Tumbuh pada beragam habitat hingga ketinggian 1.000 m dpl.

Tumbuhan ini mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Karenanya tak heran jika tumbuhan ini bisa kita jumpai di mana-mana.

Denassa menjelaskan lebih jauh perihal tetumbuhan yang kerap menghias di daerah terbuka ini.

“Warga di sini menyebutnya ‘kopi-kopi’. Mungkin karena mereka biasanya mencampur dengan biji-biji kopi saat disangrai, jadi sebab. Tambahan kopi-kopi ini membuat seduhan kopi terasa lebih gurih,” dengan fasih Denassa menerangkan.

Pemerhati lingkungan ini pun mendekati tumbuhan perdu berdaun majemuk itu. Memetik buahnya.  Tak berapa lama ia sudah mengicipnya. Saya juga kebagian. Peserta lain pun penasaran dengan rasanya.

“Gimana? Khas kan rasanya. Sepertinya kacang ya, cuma ada aromanya yang membuat unik.” Denassa berceloteh dengan mulut terus mengunyah kopikopi.

kopi-kopi alias petai cina
Kopi-kopi (Makassar), tanaman yang rasanya mirip petes – Foto/Eva Engeline
KLIK INI:  Pohon Cemara, Tumbuhan Hijau Abadi yang Bernapas Ratusan Tahun
Manfaat Kopi-kopi

Menurut Denassa, orang-orang dulu juga memanfaat kopi-kopi ini sebagai obat. Tepatnya sebagai obat sakit perut. Caranya, cukup mengkonsumsi buah kopikopi, terutama buah mudanya.

Sartinah & Wahyuono (2011), mengabarkan bahwa kopikopi memiliki khasiat sebagai obat luka dan obat bengkak. Caranya dengan menggunakan daunnya. Sebagai obat luka dengan menggunakan perasan daunnya. Terutama perasan daun muda. Sedangkan untuk obat bengkang dengan menempelkan daun yang telah digosok-gosok agar cairannya keluar.

Karena merasa penasaran, keduanya lalu meneliti senyawa kandungan daunnya. Meneliti kandungannya dengan teknik isolasi dan identifikasi senyawa anti bakteri dari kopi-kopi. Hasilnya menemukan adanya senyawa lupeol. Senyawa ini mampu menghambat bakteri S. aureus.

Kopi-kopi merupakan tanaman serbaguna. Menjadi pagar hidup, sekat api, jalur hijau dan penahan angin. Petani juga memnafaatkan sebagai sandaran hidup bagi tanaman melilit. Tanaman melilit seperti lada, markisa, dan vanili.

Bahkan juga berfungsi sebagai pohon penaung pada perkebunan kopi dan kakao. Bahkan juga dimanfaatkan sebagai tanaman sela di hutan-hutan. Fungsinya untuk mengendalikan erosi dan meningkatkan kesuburan tanah (Rivai, 2021).

KLIK INI:  Lagi, Karena Ulah Manusia Ribuan Spesies Binatang Berisiko Punah

Lebih jauh Denassa menjelaskan bahwa di Mandar, Sulawesi Barat, petani juga memanfaat kopikopi. Menjadikan tumbuhan yang juga disebut lamtoro ini sebagai pakan sapi. Sapi sangat menyukai daunnya.

Petai cina ini juga mengingatkan masa kecil saya. Masa-masa bahagia di kampung halaman. Kami menyebutnya ace-ace (Bugis). Kala bermain di wilayah terbuka sering menemukannya. Saya bersama sejawat kerap kali mencicipi buahnya. Bagi saya aromanya terlalu menyengat. Cuma sering iseng saja mencoba dua tiga biji buahnya.

Bagi warga di kampung, kopi-kopi juga sangat bermanfaat bagi mereka. Menjadi pakan ternak pavorit, terutama ternak kambing dan sapi. Tak hanya itu, warga juga kerap memanfaatkan kulit kayunya sebagai tali. Menjadi alternatif saat tak ada rotan ataupun tali plastik.

Senada dengan sebagian warga di Gowa, menggunakan kulitnya sebagai tali. Lebih jauh lagi warga yang doyan maka pete, juga menjadikan kopi-kopi sebagai penggantinya. Terutama saat harga pete melambung.

“Jadi orang-orang dulu kita sering mencampur kopi-kopi dengan sambal,” ujar Denassa.

Wah.. seru juga ya, berkeliling di rumah hijau Denassa. Menikmati alam sembari mendapati makna dari tetumbuhan sekitar kita. Tetumbuhan yang terkadang sering kita dapati namun tak mengetahui nama, apalagi manfaatnya.

Semoga Denassa terus berjuang. Menjaga lestarinya tetumbuhan lokal yang kurang perhatian. Juga menjadi penyadar bagi banyak orang untuk selalu mencintai alam. Karena sesungguhnya alam telah merangkul kita, selama kita mau berdamai dengannya.

*Referensi

  • Sartinah, A. & Wahyuono, S. 2011. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Antibakteri dari Daun Petai Cina (Leucaena leucocephala (Lam.) De Wit.). Tesis. Universitas Gajah Mada
  • Rivai, Harrizul. 2021. Petai Cina (Leucaena leuconcephala): Penggunaan Tradisional, Fitokimia, dan Aktivitas Farmakologi. Deepublish. Yogyakarta.
KLIK INI:  Mengenal Kayu Ular dan Deretan Manfaatnya yang Mengejutkan