Ubi Kayu, Makanan Pinggiran yang Jadi Komoditi Ekspor

oleh -913 kali dilihat
Ubi Kayu, Makanan Pinggiran yang Jadi Komoditi Ekspor
Ubi kayu-foto/Ist
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – “Gorengan kedua,” katamu memberi keterangan pada foto yang kau kirim. Saya membukanya lalu terpampanglah gambar ubi kayu yang telah digoreng.

“Enaknya,” balas saya.

“Banyak peminatnya,” balasmu lagi.

Ubi kayu goreng atau biasa disingkat saja ubi goreng. Memang telah menjadi makanan favorit banyak orang. Ia memiliki sifat yang bisa mengenyangkan. Baik sebagai cemilan atau makanan pokok, entah itu direbus atau  digoreng seperti yang kau lakukan.

KLIK INI:  Ibu, Halaman Rumah, dan Daun Singkong

Saat ini, olahan ubi kayu telah jadi primadona tersendiri bagi pencinta gorengan. Keberadaannya sangat mudah ditemukan, mulai dari warung pinggir jalan, warkop, kafe hingga hotel.

Ubi kayu menjadi sumber karbohidrat yang besar. Cara mengonsumsi dan mengolahnya menjadi makanan cukup mudah.

Karena memang tanaman yang daunnya bisa jadi sayuran ini sebagian besar telah digunakan sebagai bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri.

Sebagai bahan pangan, umbinya bisa saja langsung diolah setelah dicabut dari tanah. Tanaman ini juga mudah tumbuh dengan masa panen yang cukup cepat.

Di pasar tradisional umbi dan daun ubi kayu mudah ditemukan. Biasanya ditumpuk saja dan dijual dengan harga yang sangat terjangkau.

Selain digoreng seperti yang kau kirimkan fotonya, tanaman bernama latin Manihot esculenta juga biasanya dikukus lalu disantap sebagai pengganti nasi.

Tak terbatas pengolahannya dengan digoreng atau dikukus, namun bisa pula dibuat keripik, tape, dan ketuk, juga menjadi bahan baku terigu.

Namun, sebenarnya tanaman perdu tahunan ini memiliki peluang untuk melebarkan pemanfaatan dan pengelohannya menjadi beraneka produk pangan dengan  citra dan cita rasa yang menggoda   setelah ditemukan teknologi pembuatan tepung mocaf.

KLIK INI:  5 Panganan Vegetarian Khas Indonesia yang Mudah Ditemukan
Pangan fungsional

Sayangnya, meski kaya akan sumber karbohidrat dan menjadi pangan alternatif. Menurut Masniah dan Yusuf, (2013) ada pandangan “buruk” atau citra ubi kayu yang cenderung timpang. Karena masih sering dikaitkan dengan makanan masyarakat miskin.

Hal itu disebabkan karena sejak dulu masyarakat yang memproduksi ubi kayu sebagai makanan pokok, sebagian besar merupakan masyarakat dengan berpenghasilan rendah.

Apa yang dikatakan masniah dan Yusuf memang ada benarnya. Sering kita jumpai masyarakat kurang mampu menjadikan ubi kayu sebagai tumpuan untuk mengganjal perutnya. Namun, hal lain diungkap oleh Widowati dan Wargiono (2009), menurutnya perhatian masyarakat terhadap ubi kayu mulai meningkat.

Apalagi  potensinya sebagai pangan fungsional dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan. Pangan fungsional sendiri adalah bahan pangan yang mengandung komponen bioaktif. Kandungan tersebut bisa memberikan efek fisiologis multi fungsi bagi tubuh.

Tanaman yang juga menyandang nama singkong ini merupakan bahan pangan fungsional. Produk olahannya menjadi sumber energi dan zat gizi. Kandungannya  terdapat komponen atau sifat tertentu yang mempunyai efek fisiologis atau sifat fungsional dan berpengaruh terhadap kesehatan.

Keunggulan sifat fungsional tanaman ini sebagai sumber karbohidrat terletak pada indeks glikemik serat, dan daya cerna pati.

Kandungan tanaman budidaya ini antara lain, memperlambat penuaan, membantu mencegah penyakit, memperkuat daya tahan tubuh, mengatur ritme kondisi fisik.

Tanaman dari genus Manihot ini memiliki  komponen berupa senyawa yang mempunyai fungsi fisiologis tertentu di luar zat gizi dasar.

Seratnya termasuk non gizi yang ampuh memerangi kanker serta menjadi kolesterol dan gula darah agar tetap normal.

KLIK INI:  Seblak, Menggoyang Lidah dengan Kelezatannya Namun Waspada Dampak Negatifnya
Jadi komoditi ekspor

Saat ini, tanaman perdu tahunan subtropika dan tropika dari suku Euphorbiaceae ini menjadi komoditi primadona. Ia menjelma jadi salah satu penyumbang ekspor terbesar bagi sektor pertanian di Indonesia. Data ini merujuk pada data Kementerian Pertanian (2015) tahun 2010-2014.

Indonesia masuk dalam 5 negara podusen yang memenuhi kebutuhan ubi kayu di dunia. Kelima negara itu adalah, Indonesia memenuhi 12%,  Thailand (14%),  Brazil (18%), Kongo (19%), dan Nigeria (32%).

Di Indonesia ubi kayu termasuk pangan yang digalakan untuk diversifikasi pangan pengganti beras, (Nova Reskhi Firdaus, ddk, 2016)

Singkong atau biasa juga disebut ketela ini tumbuh dengan batang yang tak terlalu besar, dan  bisa mencapai tinggi hingga 7 meter. Ia memiliki  akar tunggang dengan sejumlah akar cabang.

Akar-akar bercabang inilah yang kemudian membesar menjadi umbi akar yang  dapat dimakan. Ukuran umbinya cukup beragam, tapi rata-rata bergaris tengah 2–3 cm dan memiliki panjang 50–80 cm, tergantung dari masa panen dan klon/kultivarnya.

Dalam 100 gram ubi kayu memiliki kandungan gizi, yaitu:

  • Air 62,50 gram
  • Kalsium 33,00 miligram
  • Kalori 121 kal
  • Fosfor 40,00 gram
  • Karbohidrat 34,00 gram
  • Vitamin C 30,00 miligram
  • Protein 1,20 gram
  • Besi 0,70 miligram
  • Lemak 0,30 gram
  • Vitamin B1 0,01 miligram

Itulah sekilas tentang ubi kayu, semoga bermanfaat.

KLIK INI:  Mengolah Makanan Pakai Cara Ini Picu Darah Tinggi dan Kanker