Proyek Restorasi Bisa Digagalkan oleh Herbivora yang Tidak Terkendali

oleh -52 kali dilihat
Dianggap Membawa Keberuntungan, 4 Hewan Ini Diburu dan Terancam Punah
Gajah/Foto- AFP/Martin Bureau

Klikhijau.com – Hewan pemakan tumbuhan (herbivora) memiliki peran penting dalam ekosistem. Hanya saja pada ekosistem yang rusak atau akan dipulihkan. Kehadirannya dapat menjadi ancam.

Memang harus diakui, herbivora dapat memberikan banyak sekali manfaat bagi lanskap. Misalnya Gajah, ia dapat meningkatkan penyimpanan karbon dengan memakan pohon yang tidak terlalu kaya akan karbon.

Namun, selain berperan penting bagi ekosistem. Keberadaan hewan herbivora juga membawa ancaman. apalagi jika populasinya tidak terkendali.

Keberadaannya menjadi ancaman bagi tanaman hijau, terutama pada ekosistem yang sudah rusak atau dibiarkan liar oleh para hewan tersebut.

KLIK INI:  Gakkum KLHK Tindak Ribuan Kubik Kayu Ulin dan Meranti Ilegal di Kalimantan Timur

Dilansir dari Anthropocenemagazin, ada contok klasik yang menguatkan asumsi tersebut, yakni  kerusakan sungai di Taman Nasional Yellowstone, Amerika. Ketika populasi rusa tidak terkendali karena srigala yang merupakan predator  musnah serigala pada awal abad ke -20, maka yang terjadi, rusa-rusa itu menghancurkan semak-semak dan pepohonan di tepi sungai.

Bukti lainnya adalah, sebuah studi baru menemukan, dalam proyek pemulihan (restorasi) hutan atau lahan yang bermasalah. Hewan herbivora dapat memberikan dampak besar pada pekerjaan revegetasi.

“Pada tahap awal (proyek restorasi), tanaman ini seperti lolipop, makanan kecil yang sangat menarik bagi para penggembala,” kata Brian Silliman, ahli ekologi Duke University yang terlibat dalam penelitian tersebut.

Untuk memastikan klaimnya, Silliman bergabung dengan ilmuwan dari Asia, Eropa, Amerika Latin, dan Selandia Baru. Mereka lalu melakukan penelitian di seluruh dunia mengenai dampak yang mungkin ditimbulkan oleh herbivora terhadap proyek pemulihan hutan dan lahan.

KLIK INI:  Herbivora Berukuran Besar Berperan Merestorasi Ekosistem?

Para peneliti mengumpulkan data dari hampir 2.600 percobaan yang dirinci dalam lebih dari 600 makalah yang mengamati interaksi antara herbivora dan tumbuh-tumbuhan di lingkungan yang berbeda.

Hasilnya, ekosistem yang relatif belum tersentuh, tempat di mana kawasan yang rusak dibiarkan tumbuh kembali dengan sendirinya, dan tempat di mana manusia mencoba melakukan pemulihan dengan meningkatkan penanaman.

Para ilmuwan melaporkan survei tersebut mengungkapkan bahwa kehadiran herbivora di proyek restorasi dikaitkan dengan pengurangan 50% jumlah tanaman yang tumbuh di sana dan penurunan 15% jumlah spesies tanaman di tempat-tempat seperti hutan dan padang rumput.

KLIK INI:  Air Tawar Berperan Penting dalam Mitigasi Perubahan Iklim
Tidak bagi pengembala

Temuan ini tidak bertentangan dengan penelitian yang memuji manfaat ekologis dari hewan penggembala. Meskipun kehadiran para penggembala mengurangi jumlah total tanaman rata-rata sebesar 32% dalam studi mengenai lanskap yang relatif masih asli, keanekaragaman tanaman meningkat sebesar 14% di tempat-tempat tersebut.

Perbedaan ini mungkin terjadi karena vegetasi di lokasi yang terdegradasi umumnya kurang produktif dibandingkan di lokasi yang sehat, sehingga lebih mudah bagi hewan untuk merumput secara berlebihan, demikian temuan para ilmuwan.

KLIK INI:  Karangan Bunga Duka Cita untuk Adaro Energy yang Dinilai Memperburuk Krisis Iklim

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa tindakan pengendalian herbivora dapat mengurangi banyak kerusakan.

“Memperkenalkan predator untuk mengendalikan populasi herbivora atau memasang penghalang untuk mencegah mereka hingga penanaman menjadi lebih mapan dan tidak terlalu rentan, dapat meningkatkan pertumbuhan kembali tanaman rata-rata sebesar 89%,” kata Silliman.

Karena itu, jika tidak dijinakkan oleh predator, hewan pemakan tumbuhan yang kelaparan ini dapat mendatangkan malapetaka pada ekosistem yang sudah rusak.

Cara lain untuk memastikan agar tanaman aman dari hewan herbivora adalah dengan menggunakan pagar. Tanaman harus diberi pagar agar hewan pemakan tumbuhan tidak masuk. Hanya saja cara ini memerlukan tenaga dan juga biaya yang tidak sedikit.

KLIK INI:  Pohon yang Ditanam Kembali Tidak Bertahan Lebih dari Lima Tahun?

Dari  Anthropocenemagazin